Satu Harapan

5.7K 420 16
                                    

Cerita ini hanya fiktif
Untuk Karakter masih milik Masashi Kishimoto ya,,,
Selamat membaca ❤
.
.
.

"Tolong jaga dan bahagiakan putriku"
Seuntai pesan tersayang dengan beban yang teramat sangat berat, aku menyetujuinya.
Pria paruh baya tersenyum diantara lipatan wajahnya. Mata pria tua itu terlihat sayu menarik kedua ujung bibirnya tersenyum larut dalam kebahagiaan sang putri. Hanya kedua tangannya saja yang masih bebas bergerak, tubuh beserta kakinya lumpuh akibat penyakit yang dideritanya kala usianya mulai menua. Mengharuskannya menghabiskan hidup hanya duduk dan berbaring, kursi roda adalah tempatnya bergantung.

Sesekali bibirnya kembali menawariku untuk meneguk teh di cangkir berbahan keramik yang mulai mendingin. Aku mengangguk dan sedikit demi sedikit menyesapnya. Ku lihat gadis di samping ku. Mata peraknya mulai tenggelam dibanjiri air mata. Haru. Hari ini aku secara resmi meminta restu untuk meminang anak gadisnya.
Mulutku tak berhenti merayu menjanjikan hal-hal luar biasa untuk kebahagiaan Hinata. Rumah kecil dan sederhana menjadi saksi bisu janjiku pada ayah yang membesarkan gadisku.

Aku hanya mengenal satu cinta, kepada ayah dan ibu semata. Kehadiran Hinata yang selalu ku temui kala senja, membuatku mengenal cinta yang lain. Cinta kami tumbuh layaknya kisah romantis kebanyakan orang-orang.

Tapi, semua berubah ketika mata sapphire ku melihat Hinata bersama pria lain. Bencana merusak rumah tangga yang ku bangun bersamanya. Aku mengingkari janjiku kepada ayah Hinata. Menjejalinya pil pahit di kehidupannya.

Kami duduk berdampingan di kursi kayu yang dipoles mengkilat. Hening, baik aku dan Hinata tak ada yang saling bersuara. Ruangan besar ini terasa pengap, untuk menghirup udara saja aku seakan tak mampu. Mengingat sebentar lagi kami terpisah.

Suara isak tangis milik ibuku sayup-sayup terdengar sakit di telinga. Aku tak berani menoleh dan tetap membelakanginya. Aku tau seberapa besar sayang ibuku kepada menantunya, tapi perlakuan ayah berbeda untuk Hinata.
Suara hakim wanita mendominasi ruang sidang hari ini. Masih ku lirik wajahnya dengan mataku, Hinata terlihat pucat dan kurus. Aku khawatir dan bertanya-tanya dalam hati, takut jika perceraian kami membawa dampak buruk pada kesehatannya. Wajah cantik yang biasa menebar rona merah muda di pipi terlihat memucat nan dingin.

Hingga ketukan palu selesai diperdengarkan, satu tetes air mata tak meluncur di mata indahnya. Rasa kecewaku semakin meninggi. Aku berpikir bahwa cinta telah hilang bersamanya yang melenggang pergi.
Seandainya saja Hinata mau memperdengarkan suaranya padaku, seandainya saja saat itu aku tau kesedihan yang menampar keras hidupnya.

Dunia ku runtuh, sejak saat itu yang ku ketahui cinta begitu menyakitkan.
Aku menutup kepercayaan ku kepada wanita. Tanpa Hinata, aku kembali menjadi pria yang dulu. Dedikasi ku, semua aku persembahkan untuk ayahku kembali.

***

Sasuke melihat datar mata Naruto yang terpejam. Telapak tangannya digunakan menutupi layar laptop miliknya. Sekali, dua kali, Naruto akan mengintip dari seperempat matanya yang terbuka. Jantungnya berdegup kuat, tak siap mengetahui kenyataan buruk yang pasti akan didapatkannya.
Kejadian itu terus berulang. Setengah jam Sasuke diabaikan dan menunggu dengan sabar. Satu kakinya dihentakkan, kedua tangannya menyilang pria itu akan menunggu sampai kesabarannya habis dan menceramahi Naruto.

"Ahh! Astaga" Naruto mendengus setelah melihat grafik nilai saham yang tadi ia tutupi. Turun. Tidak, harga sahamnya anjlok hingga 5 kali lipat dari harga sebelumnya.
Wajah Naruto tertekuk, keadaan genting yang sudah dirinya prediksi. Naruto menutup kesal laptop mahalnya.

Seminggu berlalu, Naruto akan kembali menyandang status sebagai duda. Berita perceraiannya kembali menggemparkan. Belum dua jam seluruh negeri sudah mendengar. Seluruh kerjasama yang terjalin dengan perusahaan orang tua Shion dicabut. Bahkan jika diperhatikan lebih dekat, kantung hitam di mata Naruto terlihat jelas, seminggu dirinya diburu awak media hingga membuatnya terpaksa menginap di rumah Sasuke. Naruto dan Shion bungkam tanpa mengklarifikasi masalah perceraian mereka. Majalah dan beberapa akun gosip menyebarkan berita miring demi menaikkan rating. Kedua pasangan yang sama-sama berasal dari keluarga tersohor tentu masyarakat haus informasi tentang mereka berdua.

If Time ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang