Cerita ini hanya fiktif
Untuk Karakter masih milik Masashi Kishimoto ya,,,
Selamat membaca ❤
.
.
.Naruto berjalan pelan. Langkah yang berat itu berusaha ia angkat agak tinggi agar tak bergesekan dengan lantai rumah sakit. Pria itu berjalan mendekat ke arah wanita yang tertidur lelap di samping ranjang. Wajahnya terlihat sendu dengan posisi tidur tertelungkup bertumpu lengan di pipinya. Nyeri yang dirasakan jantungnya mulai terasa melihat pemandangan yang begitu menyakitkan. Menyeka pelan sisa air mata yang membekas di sisi pipi sang wanita, Naruto menyelimuti tubuh Hinata dengan jas miliknya berharap rasa hangat akan menjalar menambah lelap tidurnya.
Pandangannya beralih pada Boruto yang masih belum menampakkan iris birunya. Tepat dua jam yang lalu, operasi anaknya dinyatakan berhasil. Namun ucapan Sai sebelum pergi membuatnya kembali kalut.
"Operasi anak mu lancar tapi aku tak dapat memastikan kapan dia siuman. Aku takut Boruto juga mengalami cedera otak. Banyaklah berdoa"
Seakan Tuhan tak mengizinkannya untuk bahagia. Hidup Hinata dan Naruto sama-sama hancur mendengar penuturan sang dokter. Tepukan Sai di bahunya sebagai penanda penyemangat ia sematkan sebelum melangkahkan kakinya pergi. Tubuh Naruto merosot jatuh di lantai sedang Hinata menjerit dengan kencangnya. Beberapa saat Kushina menangkannya, barulah wanita itu dapat menguasai diri. Hinata kukuh untuk menemani buah hatinya tak peduli pada metabolisme tubuhnya yang menurun. Hingga Hinata tertidur, bekas air matanya yang mengering menjadi bukti betapa sedih hidupnya melihat sang anak tak berdaya di ranjang rumah sakit.
Naruto memandang sendu wajah sang anak yang tertidur damai. Deru nafasnya teratur ditopang oleh tabung oksigen. Pandangan Naruto makin miris saat selang infus beserta kantong darah tertancap masuk ke tubuh anaknya. Naruto seolah ikut merasakan sakitnya jarum itu menusuk kulit tipis Boruto. Balutan perban melingkar di kepalanya, Naruto masih ingat seberapa deras darah yang keluar dari sana.
Naruto mendekat dan mengusap pelan kepala Boruto sayang. Senyum kesakitan terpatri di wajahnya.
"Sayang cepat sembuh. Mama akan sedih bila Boruto tidur terus" bisiknya.
Naruto mengecup singkat kening anaknya.
Perlahan lelehan air mata itu keluar. Dengan segera Naruto menghapus jejak-jejak air mata di pipinya. Hatinya sakit memandang keadaan Boruto seperti ini. Andai saja Tuhan mau mengabulkannya, Naruto rela menggantikan posisi buah hatinya. Namun semua terlanjur. Anaknya lah yang menjadi korban kesalahannya."Apa...apa yang harus ayah lakukan?"
Suara Naruto bergumam lirih. Pria itu menenggelamkan wajahnya di sebelah kepala Boruto. Tampak mencoba meredam tangisannya."Tolong maafkan aku"
Keterpurukan yang dirasakan Naruto nyatanya terdengar di telinga Hinata. Wanita itu belum sepenuhnya tertidur. Pikiran-pikiran buruk yang menggenangi kepalanya tak bisa membuatnya memejamkan mata. Hinata hanya tak tahu harus bersikap bagaimana saat bertatapan langsung dengan Naruto. Semua juga tahu penyebab kecelakaan ini tak lain juga karena lelaki itu. Dan pilihan untuk pura-pura tertidur sembari mendengar penyesalan Naruto dirasa tepat untuknya. Air matanya juga ikut terjatuh mendengar rintihan lirih Naruto atas kesakitan yang dirasakan anak mereka.
.
.
.
.Kelopak mata terbuka pelan. Pandangannya sayu dan kabur. Sekujur tubuhnya terasa lemas dan kaku. Lama, mata biru itu menyapu ruangan di dominasi warna putih tulang. Napasnya memburu dan lehernya sulit digerakkan.
Boruto membuang pandangannya ke samping dengan merintih, mamanya tengah tertidur beralaskan lengan. Tangannya bergerak gemetar menyentuh lengan sang mama, lalu ia goyangkan pelan tubuh mamanya.
"Ma...ma.." suaranya parau.
Dengan tenggorokan yang kering Boruto berusaha memanggil ibunya."Boruto" seru Hinata yang seketika terbangun. Terlepas dari rasa terkejut, Hinata memeluk erat buah hatinya, rasa senang menyelimutinya.
Kecupan lembut Hinata berikan untuk menyambut bangunnya Boruto sembari merapikan selimut yang menutupi anaknya.
Hinata segera menghapus bulir air matanya. Boruto adalah prioritas utama. Hinata segera berlari keluar dan memanggil Sai.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Time Return
ФанфикTAHAP REVISI (The End) *Hurt Dia hadir dan kemudian pergi. Andai aku bisa mengulang kembali, andai aku bisa menjadi seseorang yang penting untuknya lagi. Semuanya hanya jika, jika aku tak pernah melukai hati dan cintanya. "Boruto, dia anakku kan?" "...