Cerita ini hanya fiktif ya,,,
Untuk karakter masih milik Masashi Kishimoto,,,,
.
.
.Sudah sebulan sejak kejadian dimana Hinata tak mampu mempertahankan rumah tangganya. Palu ketukan dari sang hakim telah terdengar, kini statusnya tak lagi menjadi bagian dari keluarga Namikaze. Seminggu sejak kejadian itu, Hinata baru mengetahui jika dirinya tengah mengandung, namun kesehatan tubuhnya yang tak ia pedulikan menyebabkan bayi malang itu tak bisa diselamatkan.
Apakah Naruto tau? Tentu saja tidak. Hinata enggan bicara pada suaminya.
Belum genap kesedihan yang melandanya, Hinata harus kembali merasakan kehancuran ketika ayahnya telah berpulang. Berita yang menyebut bahwa Hinata selingkuh terdengar sampai ditelinga sang ayah. Ayahnya yang sedari dulu memiliki riwayat jantung, harus jatuh sakit saat Hinata menjadi pihak yang disalahkan atas perceraian mereka.
Hinata hanya bisa diam mematung. Tak ada pembelaan bahkan ia pun tak ingin meminta harta gono gini. Matanya tak sudi menatap mantan suaminya yang pasti senang atas penderitaan yang ia alami. Matanya sekilas melirik pada mantan mertuanya Kushina, yang hanya bisa menangis.
Entahlah, Hinata bahkan tak sanggup mengeluarkan air matanya.
***
"Kau yakin akan pergi, Hinata?"
Suara lembut itu berusaha menahannya. Hinata berhenti sejenak mengemasi barang-barang nya, hingga kemudian ia melanjutkannya kembali.
Tak ada alasan ia masih disini. Berbekal uang dari rumah orangtuanya yang sudah ia jual, Hinata ingin memulai hidup baru di kota baru.
"Disini aku hanya melihat kesengsaraan, Sakura"
Sejak perceraian nya, Hinata menjadi sosok yang dingin. Hinata tak sehangat dulu. Sakura pun juga tak mengerti siapa yang harus ia percaya disini. Hinata lebih memilih tutup mulut memendam semuanya seorang diri.
"Berjanjilah jika nanti sudah sampai kirimkan pesan padaku dan juga kirimkan aku alamat mu. Aku pasti akan mengunjungi mu. Pasti!"
Sakura meyakinkan jika Hinata tak seorang diri. Hinata hanya dapat tersenyum. Ia telah memutuskan untuk pergi, pergi jauh dari mantan suaminya dan juga kehidupannya disini.
"Dan semoga kau bahagia selalu bersama Sasuke" senyum pahit yang membuat Sakura entah mengapa membuatnya menangis.
Andai saja ia dapat membantu, Sakura merasa bagai manusia yang tak punya kekuatan untuk mengatasi masalah sahabatnya. Ia seolah menjadi manusia gagal. Melihat wajah Hinata yang tak berseri seperti dulu, membuat Sakura terkadang takut untuk melangkahkan jauh hubungannya dengan Sasuke.
***
Setahun kemudian......
Mata peraknya terbuka. Pertama kali yang ia lihat adalah langit-langit rumah berwarna putih. Ini berbeda dengan rumah sederhananya.
Matahari hampir menunjukkan sinarnya. Dengan rasa malas wanita berambut indigo itu terbangun dari tidur panjangnya. Rasa pegal menyelimuti badannya yang terasa remuk tak seperti biasanya. Mata Hinata menyapu disekelilingnya, mengingat kembali memori semalam yang telah ia lupakan.
Mata Hinata membola, melihat bagaimana pakaiannya yang ia pakai semalam berserakan di atas lantai. Dengan sedikit berat, Hinata menoleh mendapati mantan suaminya tertidur pulas disampingnya tanpa sehelai pakaian yang melekat ditubuh kekarnya. Badan Hinata bergetar, saat dirinya juga dalam posisi yang sama.
Ia ingat.Setahun sejak sidang keputusan perceraiannya Hinata memilih untuk menetap di Osaka. Hinata kembali pada aktivitasnya menjadi dokter anak disalah satu rumah sakit, dan entah suatu ketika Hinata mendapatkan tugas untuk kembali ke rumah sakit Tokyo. Saat itulah, ia kembali dipertemukan dengan lelaki yang begitu ia benci.
Tak dapat Hinata ingat bagaimana kejadiannya, Hinata terjebak dalam hubungan semalam dengan mantan suaminya. Hatinya kembali terasa sakit, ia sudah menjadi seorang janda yang kerap kali dipandang negatif dan kini ia berhubungan badan dengan mantan suaminya, betapa kotor hidupnya sekarang.
Hinata segera memunguti pakaiannya, memakainya terburu-buru. Hinata hanya ingin segera pergi dari rumah kenangan mereka.
"Tak kusangka ternyata kau masih senikmat dulu"
Kaki Hinata berhenti bergerak. Matanya menatap nyalang pada lelaki yang tengah duduk bersila dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Naruto, tak sedikitpun beranjak untuk memakai baju atasannya.
"Kau menjebak ku?!" Hinata menekan kalimatnya. Tangannya mengepal.
Jika saja ia tak terlatih untuk menahan emosinya, Hinata ingin sekali menampar keras pipi Naruto. Lihat, lelaki yang dulu amat ia cintai kini dipandangan Hinata tak lebih hanya sekedar seorang pendosa.
"Aku memasukkan obat ke dalam minumanmu" dengan entengnya Naruto mengaku.
Hinata bisa saja membawa perkara ini ke kepolisian namun kekuasaan dari keluarga lelaki itu tak bisa dianggap remeh. Hinata hanya membuang uang dan waktunya saja.
"Kenapa?" Suara Hinata melemah. Ia bahkan hampir tak bisa membendung air matanya.
"Bagaimana rasanya? Bercinta dengan orang yang tak memiliki ikatan denganmu?" Naruto berujar sinis.
Mata Hinata membulat. Inikah balasan cintanya yang begitu berlebih pada Naruto. Perasaan Hinata seolah dipermainkan, diinjak, dan kini dipermalukan.
"Iya, kalau kau ingin tau maka akan ku jawab" mata Hinata memicing tak kalah tajam.
"Milikmu yang busuk itu tak sebanding dengan Gaara, tuan Namikaze" tegasnya dengan lantang.
"Kau akan segera menemui karmamu"
Tak peduli pada tatapan murka Naruto padanya. Toh hubungan mereka sejak awal tak bisa diperbaiki hanya dengan penjelasan. Sudah setahun mereka berpisah dan Hinata berusaha melupakan namun kenyataannya Naruto menyimpan dendam padanya. Jika memang ia sudah dianggap wanita murahan, lebih baik begini.
Cinta yang begitu besar berbalas kebencian padanya.
Hinata pergi. Dengan lelehan air mata ia harus segera pergi dari rumah mewah. Tempat dimana dulu berteduh dengan cinta Naruto padanya. Jika Hinata harus menyesal, bukan perceraian ini yang membuatnya sangat putus asa, tetapi pertemuannya dengan Naruto yang begitu sangat ia sesali.Jika saja saat itu, saat dimana Minato tak menyetujui hubungannya dengan Naruto, seharusnya saat itulah hubungannya harus berakhir. Namun kata-kata manis sang lelaki meluluhkan semuanya, kini Hinata bagaikan dibuang dijalanan. Tak lebih hanya seonggok sampah yang bisa dinikmati kapanpun oleh mantan suaminya.
***
Bersambung,,,,Halooooo, gimana kurang menderita kah mereka??? Wkwkwk
Tunggu di next chapter ya, dan berdoa semoga Naruto-kun dapat balasannya.
See youLuv ❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
If Time Return
FanficTAHAP REVISI (The End) *Hurt Dia hadir dan kemudian pergi. Andai aku bisa mengulang kembali, andai aku bisa menjadi seseorang yang penting untuknya lagi. Semuanya hanya jika, jika aku tak pernah melukai hati dan cintanya. "Boruto, dia anakku kan?" "...