Cerita ini hanya fiktif
Untuk Karakter masih milik Masashi Kishimoto ya,,,
Selamat membaca ❤
.
.
.Boruto memandang curiga gelagat sang mama yang terlihat berbeda dari biasanya. Sejak tadi mamanya terus mengumbar senyum kepadanya. Tidak. Sang mama memang selalu tersenyum padanya tapi Boruto merasakan perasaan yang terbilang sedikit aneh dari lengkungan di bibir Hinata. Terkadang mamanya akan bersenandung kecil saat menyuapinya. Ya seperti sekarang. Boruto terus memperhatikan lekat wajah sang mama takut bila sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Boruto tidak rindu ayah?"
Hinata terkekeh saat Boruto menunjukkan wajah murungnya. Anak itu tertunduk dan tak mau lagi menatap mamanya."Setiap malam ayah ada di depan pintu menunggu Boruto" kata Hinata tersenyum.
Boruto mengangkat kepalanya. Anak itu memperhatikan pintu kamarnya yang masih tertutup rapat. Dalam hatinya tak dipungkiri ada setitik rasa gembira, namun ketika mengingat kejadian-kejadian di masa lalu membuat wajah anak itu menekuk masam.
Hinata membelai pelan surai pirang anaknya "ayah sangat merindukan dirimu, nak"
Boruto mendongakkan kepalanya menghadap sang mama. Hinata masih senantiasa mempertahankan senyumannya.
"Tapi dia jahat ma" balas Boruto yang sekarang memanyunkan bibirnya.
"Siapa yang bilang ayah jahat?" Seru Hinata kemudian mengangkat wajah anaknya.
Boruto diam membisu. Ia tak dapat menyangkalnya. Namun Naruto yang tak pernah ada disampingnya ketika para tetangga melemparinya olokan dan sering kali harus membuatnya mendengar tangisan Hinata diam-diam, bukankah itu bisa dikatakan bahwa sang ayah berperilaku jahat?
"Nak, setiap orang punya kesalahan dan kita harus memaafkan. Ayah ada disini sekarang menunggu maaf dari Boruto. Dan kau tau kakek dan nenek juga datang menjenguk mu"
Hinata mencoba merayu. Dia raih kedua tangan mungil sang anak. Mengusapnya pelan serta dengan senyuman tulus darinya."Kau tak boleh berkata seperti itu pada ayah. Karena saat Boruto sakit dan membutuhkan banyak darah, ayah rela mendonorkan darah untuk Boruto"
Kali ini telapak tangan Hinata berpindah ke dada sang anak.Boruto mengerjapkan matanya bingung. "Mendonorkan itu apa ma?"
Hinata tertawa terkekeh dengan pertanyaan putranya. Lihat wajahnya yang polos serta keingintahuannya, sama persis dengan wajah konyol yang Naruto turunkan.
"Saat Boruto kecelakaan dan kehilangan banyak darah ayah memberikan sebagian darahnya untuk Boruto. Dan sekarang ditubuh Boruto ada darah dari ayah. Bukankah ayah itu baik?"
Hinata mencoba memberikan kalimat sederhana yang mudah dipahami oleh anaknya.
"Ayah sudah berusaha menyelamatkan mu. Jadi Boruto harus berbakti pada ayah""Apa mereka sayang sama Boruto, ma? Boruto sudah nakal" rengek anak itu manja.
Hinata memeluknya erat berusaha menyalurkan kenyamanan pada keraguan Boruto.
"Jika tidak sayang, ayah tak mungkin kemari. Ayah juga tidak akan membelikan Boruto sekotak mainan yang Boruto simpan di bawah tempat tidur kan?" Hinata kembali melanjutkan perkataannya setelah menguraikan pelukan.Mata Boruto membeliak kaget. Mainan pemberian neneknya yang Boruto simpan ternyata masih saja ketahuan oleh mamanya.
"Tapi itu dari nenek""Dan nenek mendapatkannya dari ayah" Hinata mencubit pelan hidung Boruto yang masih saja pintar mengelak.
"Mungkin ayah yang selalu membuat mama menangis. Tapi ayah pula lah yang juga membuat mama tersenyum. Karena memberikan kado terindah yaitu Boruto" Hinata menyematkan sekilas kecupan di kening Boruto dan membuat pipi anaknya bersemu merah.Sakura mungkin benar. Sangat sulit untuk memaafkan kesalahan tetapi tindakannya ini entah mengapa membuat hati Hinata lega. Mungkin inilah yang terbaik berdamai dengan orang-orang yang telah menyakitinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Time Return
Fiksi PenggemarTAHAP REVISI (The End) *Hurt Dia hadir dan kemudian pergi. Andai aku bisa mengulang kembali, andai aku bisa menjadi seseorang yang penting untuknya lagi. Semuanya hanya jika, jika aku tak pernah melukai hati dan cintanya. "Boruto, dia anakku kan?" "...