Cerita ini hanya fiktif
Untuk Karakter masih milik Masashi Kishimoto ya,,,
Terimakasih telah mengikuti cerita ini hingga akhir 💚
Selamat membaca ❤
.
.
.
Ku pejamkan mata.
Agar gelap menghapus segala jejak buruk tentangnya.
Berharap ketika mataku terbuka ada cahaya harapan.
Semoga kita bahagia.
----------
Satu tahun kemudian.....
Serangkai mawar putih tergeletak di atas kursi di teras rumahnya. Terlalu sering atau bahkan setiap hari dia akan menerima buket bunga di pagi hari. Tidak ada keterangan apapun, hanya sebuah kartu kecil diantara kuntumnya. Sebuah tulisan kata 'maaf' dan Hinata tahu siapa yang memberikannya.
Mawar putih, filosofi yang Hinata ketahui tak hanya melambangkan cinta namun juga kesedihan yang mendalam. Ia hirup dalam aroma wangi yang menguap. Dan tersenyum mengingat pria keras kepala yang tak pernah menyerah.
"Bodoh" gumamnya disertai senyuman.
Ya menurutnya laki-laki itu sangatlah bodoh. Menunggunya bahkan ketika waktu telah terlewati cukup lama. Naruto hanya tak tahu setiap kali pria itu berprilaku romantis, keras dihatinya mengikis. Pelan dan pelan dinding di hatinya runtuh begitu saja.
Rasa gembira menyeruak. Hinata tersenyum berjalan dan meletakkan mawar itu pada sebuah vas berbahan tanah liat. Begitu cantik terpajang di ruang tamu rumahnya. Sedikit pemandangan baru yang menambah suasana nyaman di ruang tamu.
Lamunan Hinata menerawang ketika dua hari yang lalu Kushina beserta Minato datang menemuinya. Mereka datang di pagi buta dengan kegaduhan yang sudah biasa Kushina timbulkan ketika berpapasan dengan cucunya. Cubitan gemas serta kecupan di seluruh wajah Boruto menjadi sasaran Kushina. Mereka berempat sering menghabiskan waktu berbincang dengan teh lemon buatan Hinata.
"Apa sampai sekarang kau tak ingin menerima Naruto?" Itulah sepenggal kalimat yang selalu Kushina tanyakan. Bagaimana perasaan Hinata? Apakah dia belum memaafkan anaknya? Juga beberapa sanjungan Kushina tentang perjuangan Naruto untuk mendapatkannya.
Kerap kali dia kehabisan kata-kata untuk menjawabnya. Hinata sudah memaafkannya jauh sekali tapi ada keraguan. Trauma tentang kehancuran rumah tangganya dulu.
"Mulailah pelan-pelan. Kau tidak akan tau hasilnya jika terus berdiam seperti ini, Hinata"
Sedikit, hati kecilnya mulai luluh. Hinata ingin percaya pada sikap Naruto bahwa dia memang telah berubah. Memberinya kesempatan kedua seperti yang Kushina sarankan padanya. Dan Hinata perlu waktu lebih lama untuk membuktikan itu semua.
Kedua orang tua Naruto sering berkunjung semenjak Minato resmi pensiun. Merindukan cucunya juga bersapa santai dengan Hinata. Meski sedikit malu, hubungan orang tua Naruto dan dirinya tak lagi secanggung dahulu. Pelan, dia mulai menerima keberadaan mereka sebagai kakek dan nenek Boruto.
"Alasan kami kesini ingin mengajak Boruto jalan-jalan. Mungkin seminggu, aku ingin membawanya ke Hong Kong" pamit Kushina kala itu.
Hinata terdiam lama hingga menimbulkan kecanggungan diantara ketiganya. Dia terjebak ketakutan dan sedikit rasa khawatir, Hinata tak pernah berpisah lama dengan anaknya.
"Ada kegiatan amal dan banyak anak-anak pasti Boruto senang" Kushina memberi tahukan maksud kedatangannya kesana.
"Kau tak usah khawatir, Boruto aman bersama kami" Minato ikut menimpali menghilangkan keraguan yang Hinata alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Time Return
FanfictionTAHAP REVISI (The End) *Hurt Dia hadir dan kemudian pergi. Andai aku bisa mengulang kembali, andai aku bisa menjadi seseorang yang penting untuknya lagi. Semuanya hanya jika, jika aku tak pernah melukai hati dan cintanya. "Boruto, dia anakku kan?" "...
