Cerita ini hanya fiktif ya..
Naruto masih milik Masashi Kishimoto...
Selamat membaca...
.
.
.
Seminggu telah berlalu, pasangan suami istri itu telah tiba lebih dulu di Osaka.
Dengan menggandeng tangan mungil anak perempuan nya, Sakura memasuki kota tempat kelahirannya. Mencium aroma hangat yang sangat ia rindukan, Sakura lebih nyaman tinggal disini dibandingkan di Tokyo.
"Sarada capek?" Tanya Sasuke yang begitu sayang dah perhatian pada putri semata wayangnya.
Sarada hanya menggeleng.
Sasuke dan Sakura memutuskan untuk berangkat lebih dahulu sebelum Naruto. Meski jadwal keberangkatannya ke Osaka baru tiga hari lagi namun keinginan Sakura yang begitu ingin segera pergi ke kampung halamannya membuat Sasuke menuruti kemauan sang istri.
"Bagaimana jika kita berjalan-jalan?" Ajak Sakura yang begitu sangat antusias hingga melupakan umur Sarada yang masih terlalu kecil dan bisa saja kelelahan.
Bahkan tanpa menunggu Sasuke berkata iya, Sakura sudah melesat terlebih dahulu bersama anak perempuannya. Hingga menjadi seorang ibu, sifat Sakura masih saja tak berubah. Sedikit kekanakan namun membuat Sasuke kian jatuh cinta padanya.
Sakura memilih untuk berjalan-jalan di taman bermain yang baru saja dibangun. Berbagai macam keluarga bermain disana. Sakura ingin melupakan sejenak rutinitas rumah tangganya dan segala urusan perusahaan milik Sasuke.
Kedua sejoli itu memilih bersenang-senang terlihat sangat bahagia.
"Mama haus" dengan tingkah imut Sarada menarik baju bawah Sakura.
"Astaga bagaimana ini Sasuke, aku tidak bawa susu" panik, Sakura merutuki kelalaiannya dengan tak memperdulikan kebutuhan Sarada yang masih berusia tiga setengah tahun. Wanita satu anak itu lalai karena saking senangnya liburan ke kampung halaman.
"Tunggu disini. Aku cari air mineral dulu"
Sakura mengangguk menunggu di bangku taman sembari beristirahat dari terik matahari. Pantas saja Sarada kehausan, cuaca di Osaka sungguh panas sekarang.
Mata emerald Sakura memandang takjub pada kota kelahirannya yang banyak berubah. Dahulu, gedung-gedung menjulang tinggi itu tak pernah ada, Osaka telah menjadi kota maju sejak ia tinggalkan. Sakura juga sungguh tak sabar memberikan kejutan untuk teman-temannya disini nanti ketika Sasuke sibuk dengan urusan pekerjaan nya, maka ia akan melanglang buana bersama dengan anaknya.
Lamat Sakura memandang jauh jalanan ramai disekitarnya, dia teringat kembali sahabat lama yang tak kunjung memberi kabar.
Hingga tanpa sadar mata Sakura menangkap pemandangan rambut berwarna indigo yang sangat ia kenali tak jauh dari tempat duduknya. Meski tak sepanjang dulu, warna rambut itu tak asing baginya. Sambil menggendong Sarada, Sakura mendekati sosok perempuan berambut sebahu yang sedang memunggunginya.
"Hi.. Hinata" panggil Sakura sedikit ragu, ia takut salah mengenali.
Wanita itu menoleh. Wajah yang awalnya Sakura tebak terukir senyuman sontak berubah ketika mata kedua sahabat lama itu bertemu.
Hinata terhuyung mundur akibat rasa kagetnya.
"Sakura" Hinata berujar lirih.
Sakura memeluknya erat, sebuah pertemuan yang sungguh tak wanita itu sangka. Setelah enam tahun lamanya, Sakura akhirnya dapat bertemu dengan Hinata.
"Kau kemana saja?" Sakura mengurai pelukannya menghapus sedikit air mata disudut matanya. Sakura rindu pada sosok sahabat baiknya ini.
"Aku...aku-" Hinata menunduk tak mengerti harus berkata apa, sejenak ia paksa untuk tersenyum.
Pertemuannya dengan Sakura terlalu mendadak. Rahasia yang selama lima tahun Hinata simpan takut jika terkuak di depan Sakura.
"Sayang kau kemana saja? Aku men-... Hinata?!"
Tubuh Hinata bertambah kaku saat Sasuke muncul tiba-tiba. Melihat bagaimana panggilan Sasuke terhadap Sakura begitu juga dengan anak perempuan di gendongan Sakura yang mirip dengan Sasuke, Hinata dapat memastikan jika sahabatnya telah berkeluarga.
Posisi Hinata bagai diujung tanduk. Rekan masa lalunya tiba-tiba masuk dan datang kembali dihidupnya.
"Iya, ini Hinata, Sasuke" kata Sakura riang
"Aku senang bertemu denganmu disini. Aku rindu Hinata kau pergi tanpa kabar" tangan kanan Sakura menggenggam erat lembut tangan Hinata. Hinata hanya bisa tersenyum canggung dan sesekali melirik Sasuke yang menatap curiga padanya.
Banyak mengenal banyak kolega bisnis membuat Sasuke bisa membaca karakter banyak orang. Juga dengan Hinata yang sekarang merasa gugup, Sasuke merasakan keganjilan disana. Mata Hinata gelisah, Sasuke yakin hilangnya Hinata berhubungan dengan sesuatu entah apa itu.
"Mama!" Tubuh Hinata terhuyung ke depan akibat terjangan tiba-tiba seorang anak padanya.
Tubuhnya menegang, kakinya merasakan tangan mungil sedang memeluknya erat. Boruto datang disaat yang tidak tepat.
Hinata memperhatikan gerak mata Sasuke yang menatap wajah Boruto intens. Tidak, rahasia yang tersimpan rapi selama bertahun-tahun tak boleh ketahuan apalagi oleh sahabat dekat Naruto.
"Mama" Sakura mengulang kembali pengucapan anak berpipi chubby bersurai pirang
"Hinata kau sudah menikah kembali?" Tanya Sakura penasaran
"I-iya. Tentu saja"
Sasuke dapat menangkap nada gugup atas ucapan Hinata. Alis lelaki itu bertautan berusaha merangkai keganjilan di otak cerdasnya.
"Mama aku lapar" rengek Boruto manja. Hinata mensejajarkan tubuhnya dengan Boruto.
"Boruto ingin makan apa nak?" Kata Hinata sayang sembari mengusap surai pirang sang anak
"Bagaimana kalau kita makan bersama. Kebetulan aku dan Sakura juga belum makan siang" tawar Sasuke.
Sakura menoleh cepat pada suaminya. Sasuke menggenggam erat tangan Sakura tanpa diketahui Hinata. Sakura yang sadar akan sinyal yang Sasuke berikan segera memaksa Hinata juga untuk ikut bergabung bersama mereka.
.
.
.
Hanya suara Sakura yang mendominasi makan siang sahabat lama itu. Hinata sesekali menanggapi hanya dengan senyuman, ia masih terlalu canggung berada disana. Apalagi mata Sasuke yang tak lepas dari pandangannya terhadap Boruto. Hinata sungguh was-was jika Sasuke sadar Boruto begitu mirip dengan Naruto.
"Jadi Hinata dimana suamimu?"
Pertanyaan Sakura membuat tubuh Hinata menegang. Tangannya bergetar apalagi pandangan matanya yang tak fokus, Hinata bingung ingin menjawab bagaimana pada Sakura.
"Suamiku itu..itu dia-"
"Mama pipis" Saat itulah Hinata merasa lega. Boruto tanpa sadar menyelamatkannya, nanti jika sudah dirumah Hinata harus memikirkan alasan untuk pertanyaan Sakura.
"Ayuk mama antar"
"Aku saja" Sasuke berseru menawarkan diri saat Hinata mulai berdiri.
"Kalian lanjutkan saja ngobrolnya. Biar aku yang mengantar Boruto, ya?" Sasuke tersenyum pada Boruto dan menggandeng tangan mungilnya.
Boruto mengangguk pelan.
Hinata harus merelakan ketika anaknya dibawa oleh Sasuke. Tanpa tahu jika senyum licik Sasuke sematkan sesaat sebelum pergi dari dua wanita yang sedang asyik berbincang.
"Boruto, siapa nama lengkap mu?" Tanya Sasuke saat tiba di toilet pria.
"Hyuga Boruto"
Sasuke seolah bisa membaca garis besar masalah yang mendera Hinata sekarang.
***
Bersambung,,,
Hay Aqu datang lagii..
Terimakasih untuk semua pembaca yang telah memberikan komen serta votenya
Sesuai ya, Aqu akan update tiap sabtu
Untuk minggu depan nantikan fanfic terbaru NaruHina yah
Sedikit dibumbui komedi
See you next chapter
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
If Time Return
FanfictionTAHAP REVISI (The End) *Hurt Dia hadir dan kemudian pergi. Andai aku bisa mengulang kembali, andai aku bisa menjadi seseorang yang penting untuknya lagi. Semuanya hanya jika, jika aku tak pernah melukai hati dan cintanya. "Boruto, dia anakku kan?" "...
