22.Belum berani

7.3K 288 5
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam namun Liam,masih saja berdiri di balkon kamar. Lamunannya masih tertuju pada ucapan Ayana tentang Ayana yang akan mencarikan pria untuk Stella. Dan ia tak rela jika itu terjadi.

Belum lagi saat tadi Liam, kembali ke rumah untuk mengambil laptopnya yang tertinggal. Laptop ia dapat beserta luka dihatinya, bagaimana tidak sakit saat seorang pria melihat dengan mata kepalanya sendiri saat wanita yang bersamanya selama bertahun-tahun melakukan hubungan yang tidak sepantasnya dengan sopir nya sendiri.

"Aku tidak tau apa penyebabnya sehingga setiap dari rumah,kau selalu saja murung"ucap Stella yang tiba-tiba berada disamping Liam.

"Kau disini"ucap Liam,ia menatap Stella, wanita itu malam ini begitu menggodanya dengan rambut panjang nya yang tergerai indah.

"Iya,dan kenapa kau belum tidur?"tanya Stella. Liam tak menjawab ia menatap Stella tanpa berkedip. Stella tau jika pria itu menginginkan nya.

Stella tersenyum tipis lalu menganggukkan kepalanya.

Liam membimbing Stella untuk masuk kedalam kamar. Dikamar mereka, Stella memberi tanda agar Liam duduk di tepi ranjang. Liam tersenyum ia membantu Stella untuk membuka piyama yang Stella gunakan. Dan wanita itu tak memakai pakaian dalam apapun.

Stella menatap pria didepan nya,ia lalu duduk namun dengan topangan dua kakinya, Stella tersenyum sebentar lalu dengan perlahan ia membuka celana yang pria itu kenakan. Sampai milik pria yang sudah menegang itu nampak dihadapan Stella. Stella mengusap nya lembut dan memuji nya dengan sangat pelan namun membuat sang pemilik berdesis nikmat.

"Mainkan..dengan.. mulut mu.. baby"racau sang pemilik

Stella patuh ia memasukan benda itu kedalam mulutnya. Lidahnya bermain dengan lihai untuk memainkan milik pria diatasnya itu.

"Like candy..baby...sshh"desis sang pria

Setelah lelah Stella menghentikan aksinya karena ia tau pria itu akan lama.

Stella naik keatas tubuh Liam.

"Lakukan sesukamu"ucap Liam,ia tersenyum sambil mengusap lembut pipi Stella.

Stella membalas senyuman nya, perlahan akhirnya ia memasukkan benda yang masih mengeras itu kedalam miliknya.

"Aah.."desah Stella ketika miliknya terasa penuh.

Liam memegang tangan Stella, sebenarnya ia tak ingin membiarkan wanita itu yang memimpin permainan tapi bagaimana lagi . Stella menginginkan nya.

Stella bergerak pelan. Tak perlu cepat karena ia ingin menikmati setiap momen bersama Liam. Stella sempat berpikir,kenapa tidak Stella saja yang menjadi Ayana. Wanita yang selalu mendapatkan cinta dari Liam.

Liam, melihat setiap lekuk tubuh Stella, wanita itu bergerak pelan seolah sedang slow motion . Tapi ia bersumpah jika tubuh wanita itu benar-benar menggodanya .

"Aah..ini.. sangat..nikmat..aku..suka..ini..aah"racau Stella disertai desahan-desahannya.

"Stella ..kau..sangat..cantik..malam...ini"racau Liam, satu tangan nya ia gunakan untuk memeluk pinggang Stella sedangkan satu tangannya tengah meremas payudara Stella secara bergantian.

"Aahh.. kenapa..bukan..aku..yang.. mendampingi..mu..kenapa.. Ayana..ahh"racau Stella tanpa ia sadari

"Aku.. tidak..ingin..Ayana..yang..menjadi..ibu..dari..anakmu..aku..ingin..itu.. aku.."racau nya lagi, Stella bahkan semakin mempercepat gerakannya, berkali-kali ia berteriak sakit.

Liam langsung mendekap tubuh Stella,agar wanita itu berhenti. Ia mendengar semua ucapan Stella dengan kesadaran penuh.

Stella menangis dalam dekapan Liam. Bahkan ia baru menyadari tentang apa yang ia ucapkan tadi.

"Maafkan aku....aku.. tidak.. seharusnya.. berkata.. seperti tadi"ucap Stella dengan isakkan yang terdengar jelas ditelinga Liam. Liam mengusap-usap punggung Stella.

"Kau tidak bersalah.."ucap Liam,ia mengecup lama pucuk rambut Stella.

"Aku berjanji,aku akan menjadikan mu sebagai pendamping hidup ku.."ucap Liam,namun lagi-lagi ia hanya berani mengucapkan itu dalam hati.

Bersambung..

Tiga kali up vote komen donk :(

Just For Give a Baby[18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang