#4

2.4K 255 16
                                    


FLASHBACK

Tampak Jennie berlari di pinggir jalan di salah satu sudut kota Seoul. Dia melihat ke jam tangannya. Oh, Shit. Dia sudah terlambat satu jam lebih. Dia mencoba menghubungi kekasihnya tetapi tak satupun dari puluhan panggilan yang diangkat. Jennie tau kekasihnya pasti sedang ngambek. Bukan sekali dua kali kejadian seperti ini terjadi. Sudah sering Jennie terlambat datang di kencan mereka. Kadangkala, secara sepihak Jennie yang membatalkan rencana kencan. Apa boleh buat. Pilihannya untuk menjadi seorang dokter mendatangkan konsekuensi dia punya waktu untuk kehidupan percintaannya. Kena amuk dari pacar? Sering. Kena pukul dari pacar? Udah biasa. Didiemin pacar? Ga keitung. Dan malam ini tidak jauh berbeda. Jennie dan Chaeyoung berjanji untuk bertemu di kafe favorite mereka jam 7 malam. Ingin melepas rindu. Sudah satu bulan mereka tidak dapat bertemu langsung. Chaeyoung yang disibukkan dengan latihan vokal dan menari. Dia sedang dipersiapkan oleh agensinya untuk debut sebagai penyanyi solo. Dia sudah menjadi trainee di salah satu perusahaan entertainment selama 3 tahun. Awalnya dia akan disebutkan sebagai salah satu member girlgroup. Tapi melihat keunikan vokal Chaeyoung dan kemampuannya menciptakan lagu, maka perusahaan tersebut memutuskan untuk mendebutkan Chaeyoung sebagai soloist. Sebenarnya Chaeyoung sudah menjadi pembicaraan di kalangan fans k-pop. Walaupun masih trainee, tapi Chaeyoung baru saja muncul sebagai featuring di single seorang penyanyi papan atas. Chaeyoung juga menjadi bintang video klip sebuah boyband terkenal yang satu naungan agency dengannya. Sedangkan Jennie, tidak lama setelah lulus menjadi seorang dokter dari universitas paling bergengsi di Korea, dia menjadi dokter resident di Department Emergency di Rumah Sakit Waiji. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit, bergelut dengan pasien dan para dokter senior.

"Akhirnya.."

Langkah kaki Jennie berhenti di depan sebuah kafe. Dia berhenti sebentar untuk menetralkan napasnya yang sudah tersengal-sengal. Setelah dirasa nafasnya agak teratur, dia memasuki kafe tersebut. Denyut jantungnya menjadi tidak karuan begitu memasuki kafe. Takut kena marah? Pasti. Tapi yang lebih dia takutkan adalah jika dia tidak mendapati keberadaan Chaeyoung di tempat tersebut. Matanya menyisir ke setiap sisi ruangan. Tidak ada banyak pengunjung malam ini. Tatapan matanya kemudian tertuju di sudut paling belakan di kafe. Jennie hanya melihat bagian belakan tubuh orang tersebut, tapi dia mengenali punggung itu. Punggungnya Chaeyoung. Dia berjalan mendekati Chaeyoung dan menepuk bahunya pelan.

"Maaf ya telat.."

Chaeyoung mendongak ke arah Jennie dengan raut wajah kesal. Jennie tersenyum merasa bersalah telah membuat pujaan hatinya menunggu lama. Dia mengecup pipi kesayangannya kemudian duduk di kursi berhadapan dengan Chaeyoung.
"Dokter Irene tidak mengijinkanku pulang sebelum menyelesaikan laporan kematian seorang pasien."

Chaeyoung menatap Jennie tidak percaya.

"Jadi aku nunggu kamu selama satu jam karena kamu lebih mentingin tugas dari dokter senior daripada pacar kamu sendiri?"

Jennie menghela napas berat. Oh, tidak. Dia benci ini. Dia tidak suka jika Chaeyoung sudah dengan pikirannya yang tidak-tidak. Bagaimanapun juga, dia tidak mungkin menolak perintah atasannya. Dokter Irene adalah kepala departemen Emergency, masa depan dan karier Jennie ada di tangan seorang Irene Bae. Jennie perlahan menggenggam tangan Chaeyoung di atas meja. Dia mengusap-usap punggung tangan Chaeyoung.

"Maafin aku ya.."

Terserah orang lain mau bilang Jennie tidak kreatif. Dia memang tidak ada alasan lain untuk membela dirinya. Ditambah lagi tubuhnya kelelahan karena akhir-akhir ini dia terlalu sibuk dan kurang istirahat. Tubuhnya lelah. Pikirannya lelah. Dia tidak ingin berdebat dengan pacarnya.

Love Under ConstructionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang