#8

2K 252 26
                                    

"Kau yakin?"

Entah sudah berapa kali Lisa menanyakannya pagi ini. Chaeyoung yang berada di kursi penumpang depan melirik dengan tatapan mematikan ke arah Lisa yang sedang menyetir.

"Ati-ati.. Itu mata lama-lama juling lho, Chaeng.."

Chaeyoung menatap ke depan sambil mendengus kesal.

"Pacarnya Jennie bukan orang biasa lho. Dia seorang reporter sekaligus penyiar berita. Aku pernah melihatnya beberapa kali di tv. Klo kamu ngerusak hubungannya dengan Jennie, dia bisa saja memberikan berita jelek tentangmu.." Lisa coba mengingatkan.

"Aku tau. Dan aku tidak peduli." jawab Chaeyoung dengan cuek.

Baiklah. Lisa angkat tangan. Dia menyerah. Chaeyoung adalah orang yang keras kepala. Jika dia sudah memutuskan sesuatu maka tidak ada orang lain yang bisa mencegahnya. Untung sahabat. Kalo tidak mungkin Lisa sudah memasukkan Chaeyoung ke dalam karung dan menenggelamkannya ke Samudra Atlantik..

"Masih marah ma Kak Alice?"

Mendengar nama kakaknya disebut, dengan reflek Chaeyoung mencubit pinggang Lisa dengan kekuatan super..

"AAKKH! Chaeng Monyet! Ga liat lagi nyetir nih?! Klo nabrak gimana? Mo mati ga usah ngajak-ngajak." kata Lisa sambil meringis menahan sakit.

"Heh, Kutu.. Udah tau aku masih ngambek ma Kak Alice. Kenapa kamu sebut-sebut nama dia?" kata Chaeyoung sambil manyun-manyun gemes.

"Sensitif amat? Lagi haid ya? Pembalut udah penuh belum?" kata Lisa sambil cengengesan.

"Ini kutu jahanam satu emang minta dilempar sepatu.." Chaeyoung ngedumel sambil mencoba melepas sepatunya sebelah.

Lisa yang melirik tingkah temannya langsung berusaha mencegahnya. Gila, itu ujung high heelsnya Chaeyoung panjang dan tajam. Lisa masih pengen hidup, guys..

"Eittss. bercanda,, Chaeyoung. Just kidding, okay? Berhenti. Nih kita udah nyampe di depan rumah sakit.." Kata Lisa sambil memasuki gerbang rumah sakit.

Untung dah nyampe. Lisa selamat dari gempuran Chaeyoung. Mobilnya berhenti di parkiran. Lisa memperhatikan Chaeyoung yang sedang memakai kacamata hitam dan masker. Temannya tersebut sedang berusaha menyembunyikan identitasnya.

"Gimana?" tanya Chaeyoung.

Lisa mengacungkan kedua jempol tangannya. Chaeyoung kemudian turun dari mobil dan menuju ke UGD rumah sakit sedang Lisa melanjutkan perjalanannya ke sebuah kantor majalah fashion ternama. Maklum, model sibuk cari nafkah. Demi sesuap nasi.

Chaeyoung berjalan sambil menunduk. Dia tidak mau ada orang yang mengenali dirinya. Sungguh, dia tak menyangka dia bisa sampe senekat ini. Sudah tiga hari sejak dia keluar dari rumah sakit. Sudah waktunya dia kontrol untuk rawat luka jahitan di kepalanya. Orangtuanya sebenarnya menyuruhnya di rumah saja, biar mereka yang memanggilkan dokter untuk ke rumah. Tapi, Chaeyoung tetaplah Chaeyoung. Tetap bersikeras dia ingin pergi ke rumah sakit. Chaeyoung memasuki UGD. Tampak UGD terlihat ramai. Sepertinya sedang banyak pasien. Dia kemudian menunu ke meja perawat.

"Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang petugas perempuan dengan ramah.

Chaeyoung merasa agak aneh mendengar logat bicara petugas tersebut. Dia membaca papan nama orang itu.

Perawat Wang Yi Ren.. nama China. Oh, pasti orang China makanya aksen Koreanya agak aneh.

"Saya mau kontrol ganti perban untuk luka saya." kata Chaeyoung sambil menunjuk ke arah pelipisnya yang ditutupi perban.

Yiren memperhatikan orang di depannya. Rambut panjang blonde, dengan perban di kepala. Ditambah dengan kacamata hitam dan masker yang menutupi wajahnya. Yiren tidak sama sekali tidak bisa melihat wajah orang tersebut.

Love Under ConstructionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang