#3

2.7K 285 21
                                        

Cahaya matahari pagi memasuki sebuah kamar di rumah sakit. Tampak 2 orang wanita yang menjadi penghuni ruangan tersebut sejak tadi malam. Lisa tidur dengan posisi duduk di samping Chaeyoung. Tangannya tak pernah lepas menggenggam tangan sahabatnya tersebut. Lisa terbangun karena merasakan ada sesuatu yang bergerak di genggamannya. Dia membuka matanya dan melihat ke tangannya yang mengenggam tangan Chaeyoung. Terlihat jari-jari Chaeyoung bergerak pelan. Lisa kemudian melihat ke arah wajah Chaeyoung. Tampak Chaeyoung menatapnya dengan lemah. Mulutnya bergerak seakan ingin mengatakan sesuatu tapi tak ada suara yang keluar dari bibirnya.

"CHAEYOUNG?! Kau sudah bangun? Sebentar aku panggilkan perawat."

Dengan cepat Lisa menekan tombol untuk memanggil perawat. Tak lama kemudian datanglah perawat dengan seorang dokter laki-laki. Dokter tersebut memeriksa Chaeyoung dengan seksama.

"Syukurlah anda sudah sadar, Nona. Anda masih lemah karena itu beristirahatlah dulu. Setelah ini sarapanmu akan datang, makanlah. Aku akan meresepkan obat untuk kau minum nanti." kata dokter tersebut ramah.

Chaeyoung mengangguk pelan tanda mengerti sedangkan Lisa dengan semangat dia mengacungkan kedua jempol tangannya. Setelah makanan datang, Chaeyoung memakannya dengan sangat lahap. Walaupun terasa agak mual tapi rasa laparnya mengalahkan segalanya. Setelah makan, Chaeyoung minum tiga macam obat yang diberikan oleh dokter.

"Lihatlah, Chaeng. Kau berhasil mengubah rumah sakit ini menjadi basecamp fanclubmu."

Lisa memandang melalui jendela ke bawah, ke arah area depan rumah sakit yang dipenuhi oleh wartawan dan para fans Chaeyoung. Wartawan masih tetap menunggu untuk mendapatkan kabar tentang perkembangan keadaan sang idola, sedangkan para fans Chaeyoung tak berhenti meneriakkan namanya.

"Maafkan aku.." Chaeyoung dari tadi terus menundukkan kepalanya.

"Aku sudah bicara dengan manajermu. Dia akan membicarakan dengan agensimu bagaimana cara menangani pemberitaan tentang kecelakaanmu.."

"Maafkan aku sudah merepotkanmu, Lisa.."

Lisa berjalan mendekati Chaeyoung dan duduk di pinggir tempat tidur. Dia mengenggam tangan Chaeyoung.

"Sudah. Jangan bicara seperti itu. Akulah yang seharusnya minta maaf. Saat kau butuh teman untk bicara, aku malah ga ada untuk kamu."

Lisa sebenarnya ingin menanyakan kejadian sebelum keselakaan dan bagaimana sampai Chaeyoung minum minuman beralkohol. Tapi Lisa mengurungkan niatnya. Biar nanti aja deh. Chaeyoung menatap kosong ke arah jendela. Tiba-tiba Chaeyoung tersentak. Dia baru saja menyadari bahwa di jas putih yang dipakai dokter yang memeriksanya tadi terdapat tulisan " Waiji International Hospital". Apakah itu artinya saudara-saudari? Yup, Chaeyoung sekarang dirawat di rumah sakit tempat mantannya bekerja.

"Lis- Lisa.."

"Ya?"

"Ini sekarang aku di Waiji Hospital?"

Lisa mengangguk. Lisa tau kemana arah pembicaraan Chaeyoung.

"Kok dibawa ke sini sih~" muka Chaeyoung udah kayak orang melas sekarang.

"Iya lah. Kamu dibawa kesini karena ini adalah rumah sakit terdekat dari lokasi kecelakaan."

"Tapi ini kan rumah sakit tempatnya Jennie. Klo Jennie tau, gimana donk?" ucap Chaeyoung lirih, hampir tidak terdengar.

Lisa tidak habis pikir dengan Chaeyoung. Masih sempet-sempetnya mikirin si mantan. Harusnya dia pikirin kesembuhan dia aja.

"Ya iya lah dia tau. Pertama, berita kamu kecelakaan udah tersebar di TV, koran, dan internet. Kedua, Jennie adalah dokter yang nolongin kamu tadi malam." Persetan, Lisa pikir sih kasih tau aja.

"WHAT?! DEMI APA?"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Siang hari, di kantin khusus petugas rumah sakit, tampak Jennie dan Jisoo sedang berbincang-bincang sambil menyantap makan siang.

"Si Mawar gimana? Udah siuman?" tanya Jisoo sambil menguyah makanannya.

Mawar adalah panggilan Jisoo untuk Chaeyoung. Diambil dari nama inggrisnya Chaeyoung, Roseanne Park. Panggilan lengkapnya sih Mawar Berduri.

"Nggak tau. Cek aja sendiri." Jennie tampak ogah-ogahan membahas mantannya.

"Gimana sih. Pasiennya lho.."

"Dia memang pasienku tadi malam. Tapi kan sekarang dia sudah di ruangan rawat inap. Udah ditangani dokter lain."

"Nanti agak sorean jenguk Mawar yuk.." ajak Jisoo.

Jennie melihat Jisoo dengan pandangan takjub. Pasalnya Jisoo adalah orang yang tidak setuju saat Jennie berpacaran dengan Chaeyoung. Jisoo bilang Chaeyoung itu terlalu manja dan posesif ke Jennie. Dan suka ngatur-ngatur. Jisoo yang sering jadi korbannya. Kalo Jennie ga ngangkat telpon atau bales chat dari Chaeyoung, pasti Chaeyoung ngubungin si Jisoo. Padahal Chaeyoung udah dibilangin berkali-kali klo Jennie lagi sibuk nanganin pasien gawat, tapi Chaeyoung tetep aja maksa. Katanya dia udah ga tahan pengen denger suaranya Jennie. Klo ga diturutin, bisa mati sewaktu-waktu kata dia. Pernah sekali waktu itu Jennie ga angkat telponnya Chaeyoung dan Jisoo juga ga ngkat karena lagi pas ada di ruang operasi, si Chaeyoung telpon ngamuk-ngamuk di telpon Customer Servise Rumah Sakit. Sampe bikin bingung petugas CS kewalahan denger komplain ga berfaedahnya Chaeyoung. Katanya " Pacar saya ga ngangkat telpon saya karena rumah sakit ini memperbudak dia. Terlalu sibuk sampai-sampai ga ada waktu untuk terima telpon dari pacar.". Tentu saja Chaeyoung merahasiakan jati dirinya. Itu akan menjatuhkan martabat dan harga dirinya. Malu donk klo ketahuan terlalu posesif. Dan juga hubungan Chaeyoung dan Jennie itu adalah backstreet. Yang tau hanyalah orang-orang terdekat. Karen waktu itu Chaeyoung masih di masa-masa awal karier. Agensinya melarang untuk pacaran dulu. Tapi si Chaeyoung udah terlanjur sayang dan ga mau putus, akhirnya dia bernegosiasi dengan agensinya dan mereka sepakat agar hubungan Chaeyoung dan Jennie dirahasiakan dari publik.

"Jisoo, ini aku ga salah denger kan? Kamu ngajakin jenguk Chaeyoung?"

"Nggak, telinga kamu masih berfungsi dengan baik kok. Ga ada salahnya kan kita menjenguk orang sakit. Toh dengan begitu kita bisa melihat penderitaannya dia." Jisoo menunjukkan evil smirk-nya.

Jennie tidak menanggapi ajakan Jisoo. Dia malah asyik melanjutkan makannya sambil melihat-lihat pesan di hapenya.

"Jadi gimana, Jennie Sayang? Bisa kan?"

"Kamu sendiri aja ya.." jawab Jennie.

"Kenapa?"

"Ada janji dinner ntar.."

"Sama Krystal?" Jisoo menebak dengan antusias.

Jennie mengangguk.

"Kalian udah jadian?"

Jennie menggeleng.

"Kok belum? Jennie gaya lambat ah. Udah kayak siput. Diserobot orang baru nyesel lho ntar" Jisoo memanyunkan bibirnya.

Jisoo tau bagaimana hubungan Jennie dan Krystal. Jennie yang masih belum bisa memberikan kepastian, dan Krystal yang masih terus berharap bisa meluluhkan hati pujaan hatinya.

"Apa sih yang terlalu dipikirin? Masih belom bisa move on dari Chaeyoung? Apa sih bagusnya Chaeyoung? Dia itu psycho. Kau tau kan? PSYCHO~ PSYCHO~" Jisoo melantunkan lirik lagu terbaru dari girl grup terkenal di Korea, Red Velvet.

"Move on, kok. Aku udah ga ada perasaan apa-apa lagi ke dia. Aku juga pengen punya pacar lagi, Jisoo. Tapi, belum ada yang bener-bener ngena di hati."

"You're too picky, Jennie."

"No, I'm not.."

"Coba pikir deh. Apa sih kurangnya Krystal? Cantik, body bagus, kaya, mapan. Kamu mo minta yang kayak gimana lagi, Jennie? Kamu pacaran ma Krystal tuh ibarat bener-bener upgrade girlfriend. Chaeyoung ma Krystal itu jauh. Bagusan Krystal kemana-mana."

Obrolan Jennie dan Jisoo siang itu masih berlanjut dengan Jisoo yang berusaha meyakinkan Jennie untuk menerima cinta Krystal. Gaya Jisoo sudah seperti seorang sales yang berusaha untuk menjual produknya. Jennie hanya tersenyum melihat tingkah wanita aneh di depannya. Terlintas di pikirannya mungkin ini saatnya dia membuka pintu hatinya untuk seorang Krystal Jung.

Love Under ConstructionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang