#15

1.7K 225 55
                                        

Di suatu siang yang suram (Secara rumah sakit emang suasananya suram terus), tampak Jennie sedang duduk termenung di bangku di lorong rumah sakit. Tangannya memegang botol minuman bersoda yang sudah kosong. Pikirannya melayang di kejadian pagi hari di UGD. Saat sepasang pengantin yang menaiki mobil hendak menuju ke tempat resepsi pernikahan mereka mengalami kecelakaan. Pengantin perempuan mengalami patah tulang rusuk dan paha. Sedangkan pengantin laki-laki mengalami perdarahan hebat di rongga dadanya. Pengantin perempuan segera menjalani operasi begitu keadaaannya stabil. Sedangkan pengantin laki-laki karena perdarahan yang hebat, nyawa tidak mampu tertolong. Saat Jennie sedang memberikan resusitasi cairan, laki-laki tersebut tiba-tiba mengalami henti jantung. Tim dokter di UGD berusaha untuk menyelamatkan nyawanya tetapi tidak berhasil. Ini bukan kematian pertama yang Jennie lihat dengan mata kepalanya sendiri, bahkan bisa dibilang sudah terlalu sering kematian terjadi di UGD. Tapi tetap saja dia tidak pernah terbiasa dengan kejadian itu. Dan sekarang dia sedang duduk merenungi nasib pasien yang tidak bisa diselamatkannya tadi pagi.

Dari kejauhan tampak Jisoo yang berteriak kegirangan karena akhirnya menemukan sosok Jennie. Dia sudah berkeliling rumah sakit sejak tadi untuk mencari sepupunya tersebut. Jisoo berlari kecil mendekati Jennie dan duduk di sampingnya.

"Nggak boleh ngelamun. Ntar kesurupan, mampus dah.." kata Jisoo

Jennie menoleh ke arah sepupunya yang menjengkelkan tersebut dan mendorongnya pelan. Jisoo terkekeh melihat raut muka kesal Jennie.

"Pasienmu meninggal?" tanya Jisoo basa-basi.

Jisoo sebelum ini mencari Jennie di UGD. Jadi dia tau bahwa ada pasien meninggal pagi itu. Jisoo tau apa yang Jennie pikirkan setiap kali pasien yang dia tangani meninggal.

"Kau tau kan kita itu dokter? Bukan Tuhan. Kalau memang dia ditakdirkan mati ya udah. Kau bisa apa? Membangkitkan dia dari kubur?" kata Jisoo santai.

Jennie masih betah memandang kaleng di tangannya.

"Tidakkah kau berpikir bahwa takdir sangat kejam terhadap orang itu? Dia meninggal di hari pernikahannya. Tanpa sempat mengucapkan perpisahan ke orang yang menjadi istrinya hari ini."

"Bukankah memang itu perkerjaan takdir? Mempermainkan hidup manusia.." Jisoo menjawab enteng

Jennie memandang Jisoo dengan kesal.

"Kau memang tidak asyik untuk diajak mengobrol.."

Jisoo mengambil kaleng di tangan Jennie dan melemparkannya ke tempat sampah di sampingnya.

"Kau tau, Jennie.. Kau terlalu banyak berpikir. Mulai dari hal yang tidak penting sampe hal yang teramat sangat tidak penting. Kau menyia-nyiakan waktumu yang berharga dan juga merusak miliaran sel saraf di otakmu. Tapi jangan galau aku punya solusinya.."

Jisoo merogoh kantong jas dokternya dan mengeluarkan dua buah tiket konser.

"TADAA!!" kata Jisoo dengan riang gembira sambil menggoyangkan tiket tersebut di depan wajah Jennie.

"Apa itu?"

"Tiket konser VIP penyanyi kesayanganku. Temani aku malam ini ya. Please.." Jisoo mulai merajuk.

Jisoo sedang jomblo sekarang. Saat dia jomblo dia selalu mengajak Jennie jika ingin bersenang-senang. Jennie menggeleng. Dia tidak suka berkeliaran di malam hari.

"YAK!! Kim Jennie! Kau harus ikut dengaku malam ini. Tidak ada penolakan. Waktunya telingamu mendengarkan musik jaman sekarang. Lama-lama telingamu tuli jika tiap hari kau hanya mendengarkan suara jantung, paru-paru, dan usus pasienmu.." Jisoo tidak suka dibantah.

"Kurasa itu lebih bermanfaat daripada musik-musik tidak jelas itu. Setidaknya itu dapat menyelamatkan nyawa orang" kata Jennie mencoba melawan.

Jisoo memandang sepupunya dengan tatapan takjub..

Love Under ConstructionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang