Nilai

2.6K 273 12
                                    

Part 3



Kita harus percaya,
Tak ada waktu yang sia-sia.



///
25 November 2015
Hari ini, hari yang sudah Taehyung tunggu-tunggu. Menunggu sebuah kertas yang akan terpampang nilainya di bidang pengetahuan maupun keterampilan. Ya, hari ini adalah pembagian rapot untuk Taehyung. Ohya, Jungkook juga hari ini.

Karena Taehyung dan Jungkook berada di sekolah yang berbeda, itulah yang menjadikannya ia berangkat dengan sang kakak, sedangkan Jungkook diantar oleh Ibunya. Ayahnya sedang di luar kota karena kewajibannya mengemban tugas perusahaan. Namun, Ayahnya telah berjanji akan pulang secepatnya dan merayakan kelulusan Taehyung dari Sekolah Menengah Pertamanya. Taehyung jadi tidak sabar.

Hasil nilai Taehyung sudah berada di genggaman Seokjin. Syukurlah, wajah Seokjin tampak bahagia dan juga lega. Bisa dipastikan bahwa hasilnya memuaskan.

"Bagaimana kak? Nilaiku bagus 'kan?"

Tanya Taehyung dengan tidak sabarnya. Menunggu kakaknya di depan pintu kelas dengan gayanya yang sok sudah dewasa. Bagaimana tidak? Ia sudah mondar-mandir bak setrikaan hanya untuk menunggu hasil nilainya yang tengah di proses oleh kakaknya. Lalu ketika melihat kakaknya sudah berjalan menuju pintu, dengan perasaan menggebu-gebu, ia langsung melontarkan pertanyaan kepada Seokjin perihal nilainya.

Taehyung harusya tidak usah khawatir. Sedari ia kelas satu Sekolah Dasar, mana pernah ia meleset dari sepuluh besar?

"Kakak bangga, Tae. Kamu lulus dengan hasil yang sangat memuaskan. Kau peringkat lima dari satu angkatan dan itu menjadi peringkat satu di dalam kelas. Kakak benar-benar bangga!"

Senyum haru sekaligus bangga terpancar dari wajah Seokjin. Seokjin sudah tahu ini. Adiknya tidak akan pernah mengecewakan.

"Benarkah kak? Wahh.. aku benar-benar tidak menyangka."

Wajahnya teramat girang. Sangat puas akan kerja kerasnya selama ini yang mengharuskan dirinya sendiri belajar sampai larut malam dan sekarang ia menjadi juara satu di kelasnya. Betapa bahagianya Taehyung.

"Mau kakak tlaktir es krim?"

Matanya membulat, girang sekali jika Taehyung mendengar kata es krim.

Dengan buru-burunya, Taehyung langsung menarik tangan Seokjin untuk segera bergegas. Ia juga tidak sabar untuk memberi tahukan kabar bahagianya dengan Hoseok. Hoseok pasti bangga juga padanya. Taehyung jadi tidak sabar melihat senyum merekah dari Hoseok yang seperti kuda namun dapat menularkan orang lain untuk tersenyum juga itu. Ahk, membayangkannya saja Taehyung sudah senyum-senyum sendiri.

"Hei, Tae! Kenapa senyum-senyum sendiri?"

Seokjin yang tengah menyetir itu terheran-heran melihat tingkah adiknya yang memang terkadang sangat aneh.

"Ahk, itu kak. Aku membayangkan kak Hoseok yang pasti akan senang mendengar kabar soal nilai dan peringkatku di sekolah. Aku tidak sabar untuk memberitahunya, kak. Kak Hoseok pasti senang 'kan, kak?"

Seokjin memelankan laju mobilnya lalu tangan kanannya ia arahkan pada kepala adiknya. Ia mengusak rambut Taehyung dengan gemas. Jika ia sedang tidak menyetir, sepertinya ia akan mencubit pipi adiknya dan berlanjut dengan aksi saling menggelitiki. Seokjin tahu bahwa adiknya akan masuk SMA sebentar lagi. Namun, memang perasaan seorang kakak. Maupun adiknya telah memiliki anak, Taehyung tetap akan menjadi bayi kecil untuknya. Toh, Taehyung tidak protes ketika kakaknya sedang memperlakukan Taehyung seperti anak kecil. Malahan Taehyung suka. Dia sangat suka ketika kakaknya itu memanjakan dirinya. Dia merasa bersyukur karna ia bisa merasakan kasih sayang kakaknya walaupun mereka telah memiliki Jungkook sebagai adik kecil mereka. Syukur, kakak dan orang tuanya tidak membeda-bedakan mereka.

Promise. [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang