Mohon maaf atas typo/kesalahan yang lain.
Part 29
"Apapun yang terjadi, bertahanlah."
////
Huek...
Pagi itu, menjadi pagi paling tidak diinginkan untuk Taehyung.
Satu hari setelah Kemo, kini efek obat itu mulai terasa pada tubuh Jimin. Setelah menerima dua suapan bubur sarapannya yang dipaksa oleh Taehyung, akhirnya semuanya hanya seperti sia-sia ketika Jimin malah memuntahkannya kembali.
Berlari terseok-seok ke arah kamar mandi dengan mencabut paksa infus yang berada di lengan kanannya, mengunci pintu kamar mandi dan tidak memperbolehkan siapapun masuk untuk membantunnya. Lagi-lagi Jimin memilih untuk melawan semuanya dengan seorang diri.
"Jim, buka pintunya! Aku ingin membantu!"
Pagi itu memang hanya Taehyung yang menjaga. Yoongi dan Seokjin tentu saja sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan Jungkook, adik Taehyung itu harus kembali ke rumah karena penampilannya yang sudah sangat berantakan -itupun harus dengan bujuk rayu Ayah dan Bundanya yang semalam datang ke rumah sakit. Tersisalah Taehyung di sini, bersama Jimin yang masih saja bebal untuk memakai topeng memuakkan itu ketika dirinya sendiri merasa lemah.
Suara keran air di dalam sana sudah tidak lagi terdengar, lalu disusul dengan suara khas pintu yang terbuka dan kemudian terlihatlah Jimin yang sangat amat berantakan. Pipi tirus, kantung mata yang menghitam, bibir pucat yang kebiruaan, juga tubuh ringkihnya yang seakan hanya tersisa tulang dan darah.
Taehyung rasanya ingin menyumbangkan seluruh raganya saja jika sudah begini.
"Biar ku bantu."
Ucap Taehyung dengan tangannya yang sigap untuk merengkuh tubuh kurus itu dan menuntunnya menuju ranjang pesakitannya.
Menaikkan kedua kaki Jimin, dan menyelimuti tubuh Jimin hingga dada. Memberinya kenyamanan dengan sebisa mungkin.
"Mau di lanjut atau tidak makannya?"
Dan Jimin menggeleng. Tidak ingin lagi merasakan perihnya tenggorokkannya ketika ia memuntahkan semua isi perutnya.
"Aku ingin minum."
Taehyung dengan sigap mengambilkan minum dan diberikan kepada Jimin dengan penuh hati-hati.
"Jika ingin muntah lagi, katakan saja. Kak Yoongi sudah menyiapkan wadah untukmu muntah. Tidak perlu ke kamar mandi, itu berbahaya!"
Taehyung mengucapkan kata-katanya dengan wajah yang sok diseriuskan, yang entah kenapa malah terlihat lucu di mata Jimin. Membuat lelaki itu terkekeh geli dibuatnya, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa bibir pucatnya yang kering itu harus terasa perih ketika bibirnya bergerak.
Taehyung yang melihat Jimin terkekehpun mendelik.
"Aku serius! Kenapa tertawa?"
Tanya Taehyung dengan nada yang sok di lebih-lebihkan. Lihat! Padahal baru beberapa detik yang lalu Taehyung memasang wajah dewasa yang memperingati Jimin layaknya pasien sungguhan, tapi detik ini wajahnya bahkan lebih mirip disebut anak berusia balita.
"Aku tertawa karena ada yang lucu."
Jawab Jimin dengan lemah. Tak lupa tampak membasahi bibirnya dengan lidahnya sendiri sebelum menjawab pertanyaan dari Taehyung.
"Oh, aku memang lucu. Terimakasih."
"PD sekali!"
"Kau sendiri yang mengatakannya tadi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise. [1]
General FictionVMin [Brothership] Bagaimana cara Tuhan menghadirkan kita itu indah, Jim. Kau tak bisa mengelaknya. Di sore itu, dengan saksi awan jingga yang kusuka. Kau dan aku berjanji untuk kembali. Berjanji untuk selalu bersama-sama. Langit yang tadinya cerah...