Part 18
Akankah ini berjalan dengan cepat?
////
Weekend akhirnya tiba, membuat banyak orang lebih memilih bermalas-malasan di rumah tanpa ada pikiran untuk keluar selain mereka yang memang sudah memiliki janji. Apalagi cuaca hari ini bisa terbilang sangat dingin. Tapi nyatanya seorang pria berambut silver terlihat sudah berada di luar rumah semenjak pagi buta tadi dan merelakan tubuhnya untuk diterpa angin musim gugur. Orang itu adalah Jimin. Jimin baru saja selesai dari ruangan Yoongi untuk jadwal check up rutinnya. Sengaja memilih waktu pagi untuk berjaga-jaga jika Taehyung mengajak ia untuk main di siang hari. Jimin tidak akan bisa membuat alasan jika hal itu terjadi.
Tapi langkahnya untuk keluar dari rumah sakit terhenti dan harus dibuat terheran-heran dari pesan yang ia terima dari ponselnya.
Alisnya mengangkat,
Kak Seokiin :
Aku sedang di Coffee shop di dekat taman kota, bisa kau datang dan kita bicara? Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan padamu.Tumben sekali Seokjin meminta Jimin untuk bertemu. Apalagi ini hanya berdua, tanpa Taehyung ataupun Jungkook. Apa yang ingin Seokjin bicarakan pada Jimin?
Setelah Jimin membalas pesan Seokjin dengan isi pesan yang berbunyi 'Baik, kak. Aku akan sampai dalam waktu 15 menit. Tunggu aku.' itupun langsung bergegas meninggalkan rumah sakit. Menuju taman kota yang sebenarnya tidak terlalu jauh jaraknya dari rumah sakit, tapi karena Jimin yang tidak mau membuat Seokjin curiga sebab Jimin yang datang dengan cepat, akhirnya Jimin memilih jalan memutar.
Ingin sekali semua rahasianya tertutup rapih dan rapat.
Dan setalah lima belas menit, akhirnya Jimin sampai di Coffe Shop yang dimaksud Seokjin. Jimin masuk ke sana, dan atensinya langsung jatuh pada pria tegap yang sedang menikmati kopinya di tengah-tengah kedai.
Jimin menghampirinya, dengan -entah kenapa, ia merasa gugup. Apakah karena ini pertama kalinya ia bertemu dengan Seokjin tanpa adanya Taehyung?
"Maaf karena menunggu lama, kak."
Jimin menyapa Seokjin dan langsung mendudukan bokongnya pada tempat duduk di hadapan pria yang sudah menunggu Jimin semenjak tadi itu. Kebetulan, meja yang ditempati Seokjin adalah meja bundar yang hanya ada dua tempat duduk. Mungkin Seokjin sedang ingin membicarakan sesuatu yang serius?
"Tidak lama. Mau pesan dulu?"
Seokjin menawarkan minum, lalu dijawab dengan gelengan dari Jimin. Jimin sedang tidak mood untuk minum kopi.
"Ada apa kak Seokjin ingin bertemu denganku? Aku berbuat salah 'ya dengan Taehyung? Taehyung baik-baik saja 'kan, kak?"
Jimin mulai bertanya. Takut-takut jika ia sedang berbuat sesuatu yang salah dengan Taehyung dan anak itu yang sudah mengadu pada kakaknya.
"Bukan, Jim. Taehyung baik-baik saja, kau melihatnya di kampus tadi 'kan?"
Jimin mengangguk lalu tersenyum kikuk. Terlalu kaku rasanya hanya berbincang dengan Seokjin seperti ini.
"Aku ingin berbicara sesuatu dengamu, Jim."
Ada jeda setelahnya, cukup lama. Jimin ingin sekali segera mengetahui tentang apa yang ingin Seokjin bicarakan padanya, tapi sepertinya Seokjin juga terlihat sedikit gugup. Entahlah, apa itu hanya perasaan Jimin saja atau memang benar adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise. [1]
General FictionVMin [Brothership] Bagaimana cara Tuhan menghadirkan kita itu indah, Jim. Kau tak bisa mengelaknya. Di sore itu, dengan saksi awan jingga yang kusuka. Kau dan aku berjanji untuk kembali. Berjanji untuk selalu bersama-sama. Langit yang tadinya cerah...