Part 14
Tidak ada yang tahu
tentang hari ini.////
Pria itu, pria tampan dengan kulit putih dan rambut silvernya itu tampak sangat baik-baik saja. Berjalan santai sepanjang Koridor utama kampusnya, memasukkan tangan kirinya ke dalam saku, sedangkan tangan kanannya sibuk memutar-mutar kunci mobil miliknya.Jam Kuliahnya telah usai dan ia akan pulang. Tentu saja pulang, kemana lagi memang pria itu akan pergi?
Tapi, langkahnya terhenti. Muncul satu nama dalam benaknya, membuat ia harus mengeluarkan tangan kirinya dari saku dan beralih mengambil ponsel yang ada di saku belakang celananya.
Mencari kontak nama yang secara tiba-tiba muncul dalam benaknya tadi dan sesegera mungkin untuk mendial nama tersebut untuk ia hubungi.
"Hallo?"
Panggilan tersambung.
"Kau di mana? Sudah pulang, belum? Mau pulang bersama?"
"Aku masih ada kelas, mungkin sampai sore. Pulanglah, aku akan pulang dengan Taxi nanti."
Hembusan napas terdengar sangat berat ketika kalimat dari lawan bicaranya di dalam telepon yang mengatakan demikian.
"Oh, oke. Hati-hati nanti pulangnya, Tae!"
Dan panggilan terputus.
Jimin memasukkan kembali ponselnya dalam saku.
Jimin merasa ada yang aneh.
Taehyung aneh.
Dan Jimin tidak suka.
Jimin lebih suka Taehyung yang mengomel dan membicarakan hal konyol padanya daripada harus mendiaminya dan tampak seperti 'menghindar'.
Apa ada cerita yang Jimin lewati selama ini? Apa Jimin berbuat salah?
Setelah dipikir-pikir, Taehyung berubah ketika ia pinsan di Perpustakaan seminggu yang lalu. Saat berada di UKS, Taehyung tampak masih baik-baik saja. Tapi kenapa keesokan harinya Jimin merasa ada yang berbeda dari Taehyung? Apa dia sedang ada masalah dengan Seokjin atau Jungkook di rumah?
Ahk, tidak tahu.
Jimin pusing dan ingin cepat pulang. Ia sangat ingin tidur dan menenangkan pikirannya. Dan berharap di rumah dia bisa mendapat ketenangan,
Semoga.
****
Taehyung ada kelas? Hah! Bahkan jam kuliahnya sudah berakhir sejak dua jam yang lalu karena Dosen yang mengajar sedang berhalangan untuk datang.
Nyatanya pria berkulit tan itu hanya tengah santai-santai di balkon kamarnya. Memandang ke arah langit sore yang sebentar lagi akan menguning. Jika saja ia tengah baik-baik saja, mungkin dia sekarang tengah ada di taman komplek, duduk di kursi panjang dan memandang pemandangan langit yang menguning dengan sesekali menyesap coklat panas. Sungguh, Taehyung ingin seperti itu.
Tapi itu tidak bisa ia lakukan. Mungkin, bukan tidak bisa tapi tidak terlalu ingin. Karena sekalipun Taehyung melakukan hal itu, belum tentu suasana hatinya akan membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise. [1]
General FictionVMin [Brothership] Bagaimana cara Tuhan menghadirkan kita itu indah, Jim. Kau tak bisa mengelaknya. Di sore itu, dengan saksi awan jingga yang kusuka. Kau dan aku berjanji untuk kembali. Berjanji untuk selalu bersama-sama. Langit yang tadinya cerah...