Part 31
"Maafkan kakakmu yang bodoh ini."
////
Kini suasana di depan pintu UGD itu tampak sangat kacau. Menanti sebuah kabar yang nyatanya sejak dua jam lalu tidak kunjung datang. Karena tepat dua jam yang lalu, Jimin dilarikan kembali ke UGD dengan keadaan yang sangat mengkhawatirkan. Tubuhnya mengejang dan perawat bilang Jimin mengalami gagal napas, lagi.Taehyung, lelaki itu akhirnya menangis dengan kencang setelah tubuh Jimin habis dibalik pintu UGD. Menjatuhkan tubuhnya ke lantai Rumah Sakit yang dingin dengan tubuhnya yang sempurna bergetar. Pikirannya tak bisa dikendalikan lagi. Bagaimana tubuh sahabatnya itu mengalami kejang yang hebat, dan dirinya hanya bisa mematung di tempatnya. Nyatanya dirinya belum mampu untuk melakukan apapun karena ilmunya yang masih sedikit. Taehyung selalu merasa tidak berguna ketika saat seperti itu tiba.
Sedangkan Hoseok dan Seokjin hanya bisa terus membujuk Taehyung agar mau duduk di atas tempat duduk saja. Mencoba menenangkan tubuh yang sejak dua jam lalu selalu bergetar itu agar, setidaknya, sedikit lebih tenang, tapi tidak ada yang berhasil. Taehyung lebih memilih menenggelamkan wajahnya pada lutut yang ia peluk dengan tangannya sendiri.
Seokjin menghela napas, mengingat kembali ucapan Hoseok yang menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi beberapa jam yang lalu...
Hoseok yang akhirnya datang setelah membeli makanan dan minuman dari kantin Rumah Sakitpun sedikit terkejut karena kedatangan Paman Han dan Namjoon di kamar rawat Jimin. Pasalnya, tumben sekali Paman Han tidak mengabari dulu sebelum datang.
Akhirnya, makanan yang awalnya untuk Jiminpun hanya tergeletak begitu saja di atas nakas. Melupakan niatan awal untuk memberi gizi pada anak yang kini sudah bergelayut manja pada Paman Han.
"Jimin, jangan dekat-dekat! Nanti Namjoon cemburu!"
Semenjak Hoseok datang dari kantin suasana ruang rawat Jimin menjadi berubah. Ramai sekali, apalagi mulut Hoseok yang tidak mau diam itu. Ditambah lagi Namjoon yang anaknya super humble. Ya, Jimin jadi senang. Dia merasa bahwa masih banyak orang yang siap berada di sampingnya.
Sampai akhirnya, hampir dua jam sudah Paman Han berkunjung, dan beliaupun meminta izin untuk pulang yang awalnya sempat ditolak oleh Jimin. Anak itu sepertinya masih terlalu rindu.
"Paman jangan pulang dulu! Paman baru sebentar di sini, kenapa buru-buru sekali?"
Kalian tahu apa yang sedang Jimin lakukan saat ini? Ber-agyeo. Taehyung dan Namjoon bahkan sempat terkejut karena melihat Jimin yang biasanya bersikap dewasa dan tertutup menjadi sangat manja dan manis dihadapan Paman Han.
"Paman takut Ayahmu curiga, Jim. Paman izin ke Ayahmu hanya untuk mengunjungi Namjoon, dan Paman harus pulang sekarang. Tidak apa-apa 'kan?"
Jimin memandang Paman Han dengan sendu. Bahkan Paman Han yang sebenarnya hanya orang asing saja sampai rela harus berbohong hanya untuk mengunjunginya. Lantas kemana perginya sang Ayah? Bahkan sekedar pesan singkatpun tak pernah Jimin dapatkan selama dirinya berada di Rumah Sakit. Walaupun Paman Han selalu mengatakan bahwa sang Ayah sering menanyakan keberadaan dirinya pada Paman Han, tapi tetap saja Jimin merasa kurang. Kurang kasih sayang, sebut saja begitu biar mudahnya.
Selama Jimin terus memandang Paman Han dengan sendu, entah mengapa ada perasaan tidak enak di dalam hatinya. Lalu dibawanya tubuh ringkih itu ke dalam pelukannya, mencoba untuk mengusir perasaan aneh di dalam dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise. [1]
General FictionVMin [Brothership] Bagaimana cara Tuhan menghadirkan kita itu indah, Jim. Kau tak bisa mengelaknya. Di sore itu, dengan saksi awan jingga yang kusuka. Kau dan aku berjanji untuk kembali. Berjanji untuk selalu bersama-sama. Langit yang tadinya cerah...