Part 40
"Park Jimin memang selalu hebat."
///
Waktu berlalu, hidup berjalan, dunia berputar. Tak ada yang bisa menghentikan ketiganya. Tak ada yang bisa memutar mundur barang satu dari ketiganya. Kesalahan di masa lampau, biarlah jadi saksi bagaimana bahagia akan datang silih berganti.Jimin tak ingin menyesali.
Dirinya sudah terlalu lama kaku akan keadaan, kini ia ingin kembali mencoba menyadari. Kala sayang masih begitu banyak bisa ia dapati.
Matahari tampak cerah, musim semi memang selalu indah. Jimin mematuk pandangan pada jendela, mencoba menelisik satu persatu dedaunan yang perlahan tumbuh.
Mereka hebat, tidak peduli badai atau bahkan kekeringan, daun dan bunga akan selalu setia menunggu musim semi tiba.
Sebagaimana hebatnya mereka, Jimin juga hebat. Tidak peduli sakit atau bahkan siksaan, buktinya Jimin mampu kembali berdiri dengan kedua kakinya sendiri.
Jimin menghela napas dalam, masih memandangi taman rumah sakit dari jendela kamar rawatnya yang sudah menemaninya setelah sekian lama.
Puas dengan jendela, kini pria itu berbalik badan. Menyusuri setiap sudut kamar rawatnya yang selalu bersih. Ruangan membosankan yang menjadi saksi bisu bagaimana perjuangannya selama ini. Bahkan sofa besar yang terlihat sedikit lusuh di ujung ruangan yang menjadi tempat tumpahnya air mata orang-orang yang selalu bersamanya.
Ini mungkin sudah cukup.
Karena memang takdir akan selalu berjalan tak sesuai dengan angan-angan.
Pikirnya, Jimin akan mati muda dengan membawa serta penyakitnya yang terbilang sudah parah. Tapi Tuhan seakan tak meng-Aamiini.
Jimin mungkin satu dari milyaran orang yang begitu Tuhan sayangi.
Ceklek
Buyar lamunan Jimin sebab pintu kamar rawatnya yang terbuka.
Senyum cerahnya lantas mengembang ketika melihat sosok Taehyung bersama Jungkook yang datang membawa tas-tas yang terbilang cukup besar.
"Sedang apa berdiri disana?"
Memang, posisinya Jimin sedang berdiri dengan tangannya yang bertumpu pada pinggiran jendela.
"Hanya sedang melihat-lihat."
Lantas tubuh yang sudah segar itu berjalan pelan menuju kasurnya, duduk dipinggiran dan menepuk-nepuk sisi sebelahnya untuk Jungkook duduki. Sedangkan Taehyung sudah lebih dulu duduk pada kursi yang selalu berada di samping kasurnya.
"Untuk apa tas-tas sebesar itu?"
Jimin heran juga, tas yang lebih dari satu itu ingin Taehyung apakan sampai harus dibawa ke kamar rawatnya.
"Eh? Kak Yoongi belum memberitahumu?"
"Beri tahu apa?"
Jimin yang memang tidak tahu apapun jadi melihat Taehyung dan Jungkook secara bergantian.
"Kak Jimin 'kan sudah boleh pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise. [1]
Ficção GeralVMin [Brothership] Bagaimana cara Tuhan menghadirkan kita itu indah, Jim. Kau tak bisa mengelaknya. Di sore itu, dengan saksi awan jingga yang kusuka. Kau dan aku berjanji untuk kembali. Berjanji untuk selalu bersama-sama. Langit yang tadinya cerah...