Kehidupan Jimin

1.8K 190 12
                                    

Part 16

[spesial chapter]
[warning : bored chapter]

"Kalian mau dengar tentang ku?"

/////
Pertengahan musim gugur yang dingin, tepat pada tiga belas oktober tahun dua ribu lalu, lahir seorang anak laki-laki yang katanya kelak akan menjadi anak yang sangat tampan juga dapat membanggakan semua orang. Harapan dan doa terpanjatkan tak henti-henti pada malam itu ketika kedua netra menyaksikan seseorang yang di lahirkan ke dunia dan mencoba membuka mata untuk pertama kalinya.

Dan benar saja, baru pertama kali melihat bayi merah yang merengek itu, semua orang yang melihatnya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Bayi mungil yang sehat dan utuh.

Dan bayi itu dinamakan Park Jimin.

Nama yang diberikan oleh sang Ayah sebagai arti 'Kebijaksanaan yang tinggi melebihi langit' ini kelak semoga dapat menjadi orang yang berguna. Dapat menjadi pribadi yang baik dan disenangi banyak orang.

Kelahiran seorang Park Jimin masih hangat dibicarakan oleh sanak-saudara hingga Park Jimin berusia tiga tahun. Mereka yang selalu merasa gemas dengan bocah laki-laki berpipi gembil yang jika pipinya dicubit, maka akan berubah menjadi merah itu setiap kali mereka mengunjungi kediaman rumah Jimin. Park Jimin kecil tampak bahagia sekali kala itu.

Ayahnya dan Ibunya juga hidup dengan sangat bahagia. Bersama-sama membangun kebahagian di rumah sederhana. Ayahnya kala itu hanya menjadi seorang karyawan kantor biasa. Pulang tepat waktu ketika akan menjelang makan malam, dan makan malam dengan hangat di rumah.

Orang tua yang mampu menyaksikan pertumbuhan anak tercintanya.

Sampai pada Park Jimin yang menginjak umur empat tahun. Sang ayah dipercaya untuk dinaikkan jabatannya di kantor. Tentu itu menjadi kabar bahagia. Sampai-sampai Park Jimin langsung meminta banyak hal sebagai hadiah. "'Kan Ayah nanti banyak uang. Jadi, Jimin bisa meminta apapun 'kan, Ayah?" begitu katanya.

Ayahnya tentu mengangguk dengan semangat. Apapun akan ia lakukan untuk bisa membuat anaknya dan keluarga kecilnya bahagia. Apapun.

Tapi, apalah gunanya uang jika kemudian kabar buruk datang tanpa permisi.

Setelah Ayahnya mendapat jabatan yang cukup tinggi di kantornya, Ibu Jimin jatuh sakit.

Kanker Paru-paru dan kala itu sudah sangat parah. Pemeriksaannya telat dan penyebaran kanker sudah merambat hingga ke kedua paru-paru Ibu Jimin kala itu.

Jimin kecil tentu belum mengerti dengan situasi yang sebenarnya, ia hanya berpikiran bahwa Ibunya sedang lelah dan demam, sama seperti dirinya yang kadang juga suka demam yang kemudian ibunya akan merawatnya hingga keesokan harinya Jimin bisa bermain dengan teman-temannya lagi.

Ayah Jimin mengerahkan segalanya agar sang istri tercinya bisa sembuh. Istrinya yang suka melukis itu harus sembuh bagaimanapun caranya.

Sampai akhirnya dokter menjatuhkan vonis bahwa hidup Ibu Jimin sudah tidak akan lama lagi. Sel Kanker yang begitu cepat merambat ke seluruh bagian Paru-parunya yang membuat saluran pernapasan menjadi tidak dapat bekerja dengan sempurna lagilah yang menyebabkan jika mungkin umur sang ibu sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

Promise. [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang