Bagian 19

10K 894 25
                                    

Kak Ansel

•Buruan, gw tunggu di parkiran

Iya kak•

Setelah membalas pesan dari Ansel, Greta segera mengemasi barangnya dari atas meja. Tanisha yang melihat Greta buru-buru pun merasa penasaran.

"Mau kemana Gre?" tanya Tanisha yang baru saja menyelesaikan catatannya.

Greta menoleh sembari memakai tas punggungnya. "Mau pulang lah," jawabnya setengah bergurau.

"Iya gue tau." Bola mata Tanisha bergerak memutar kesal. "Maksud gue, lo kenapa buru-buru? Biasanya juga keluar kelas kalau udah sepi. Kalau buru-buru kayak gini nih, pasti--" Ucapan Tanisha harus terhenti dengan paksa karena Greta menutup mulutnya dengan telapak tangan cewek itu.

"Lo bawel banget, sih," tutur Greta setelah menyingkirkan tangannya. "Gue ada urusan, lo jangan kepo deh!" Setelah itu Greta berdiri, merapikan letak roknya, lalu melangkah meninggalkan Tanisha.

"Yee ... sombong amat!" seru Tanisha tepat sebelum Greta benar-benar keluar dari kelas. Cewek itu menoleh padanya, lalu membalas dengan juluran lidah.

***

Suasana di dalam mobil Ansel sepi, namun tidak sunyi. Alunan lagu Shape of you milik Ed Sheran menggema mengisi kesunyian yang mereka ciptakan. Baik Ansel maupun Greta tidak ada yang berniat membuka suara.

Satu menit.

Dua menit.

Tiga menit.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Lagu sudah berganti sejak tadi, tapi keduanya masih bertahan dalam posisi diam. Greta yang menatap ke luar jendela, dan Ansel yang menatap lurus ke jalan. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Bahkan tidak ada yang benar-benar menyimak lagu yang sedang terputar.

"Greta," panggil Ansel menoleh sebentar ke arah Greta. Adik kelasnya itu hanya membalas dengan gumaman tanpa menoleh ke arahnya.

"Greta," panggil Ansel lagi.

"Apa sih kak?" ucap Greta sedikit terusik dengan panggilan Ansel. Namun ia masih enggan untuk menoleh ke arah Ansel.

"Greta." Lagi, Ansel memanggil namanya tanpa melanjutkan apa yang ingin cowok itu katakan. Dengan kesal, Greta menoleh dan bertanya, "Apa sih, kak?"

Melihat Greta yang menoleh menerbitkan senyum manis milik Ansel. Dengan santainya cowok itu berkata, "Enggak, manggil doang. Gue pikir lo tidur."

Kesal. Ingin sekali rasanya Greta mencakar-cakar wajah Ansel yang sok kegantengan itu. Ya memang ganteng sih, tapi tetap saja sifat menyebalkannya lebih unggul. "Oh," balas Greta singkat, padat, dan jelas.

Sudah empat belas menit mereka habiskan dalam perjalanan, namun belum juga sampai di tempat tujuan. Membuat pikiran buruk menghampiri Greta. Bisa saja Ansel mau menculiknya, kan. Bisa jadi juga Ansel mau menjualnya ke orang jahat. Lalu nanti ia disiksa, dibunuh, dicincang-cincang, lalu dijual organ tubuhnya. Astaga, Greta bahkan tidak bisa membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi. "Amit-amit," latah Greta sembari mengetuk-ngetuk kepalanya.

Bukan Hansel & GretelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang