Bagian 40

9.4K 873 82
                                    

Selamat membaca!

♥♥♥

Bulan sudah duduk di cafe tempat yang dijanjikan seseorang yang bahkan Bulan tidak mengetahui siapa. Katanya, ada hal penting yang ingin dibacarakan tentang Bintang.

Bulan menatapi amplop coklat di tangannya sendu. Semua ini, adalah akhir. Akhir dari cita-cita yang dulu dengan susah payah dikejarnya. Ya, dia mengundurkan diri dari rumah sakit tempatnya bekerja. Alasannya? Bulan ingin lebih fokus kepada kandungannya dan menjadi ibu rumah tangga serta istri yang baik. Dia juga ingin merasakan santai di rumah. Semoga saja Bintang dapat menerima keputusannya ini.

"Hai, maaf lama menunggu." Seorang perempuan yang diperkirakan berusia jauh di bawahnya tiba-tiba duduk di depan Bulan.

"Siapa?" tanya Bulan tidak ada ramah-ramahnya sama sekali.

"Saya yang tadi mengajak mba untuk bertemu."

"Oh, ada apa?"

"Saya ingin menunjukkan ..." Wanita itu nampak sibuk memainkan ponselnya. Menggeser-geser layarnya hingga dia menunjukkan sebuah foto kepada Bulan.

"Ini, mba bisa lihat sendiri kelakuan suami mba."

"Permisi." Seorang pelayan tiba-tiba menghampiri mereka dengan sebuah nampan berisi segelas coklat hangat.

"Maaf, tidak ada yang memesan coklat di sini," tegur Bulan berusaha menjelaskan kalau pelayan itu mungkin salah meja.

"Tapi, sepertinya saya yakin tadi ada yang memesan coklat hangat."

"Mungkin anda salah meja."

"Oh, begitu ya? Kalau begitu saya minta maaf." Setelahnya pelayan itu pergi dan menyerahkan gelas tadi ke meja lain.

Bulan kembali menatap perempuan di depannya. Orang itu nampak gelagapan, tapi berusaha menutupinya dengan kembali menunjukkan ponselnya kepada Bulan.

"Apa maksud kamu?" tanya Bulan dingin. Di sana ada foto Bintang dan seorang wanita seksi yang jelas-jelas diedit.

"Ini, kelakuan suami mba."

"Kalau mau cari tenar, lebih baik kamu pergi," usir Bulan pelan tapi menusuk.

"Mba, mba harus lihat--"

"Kamu yang pergi atau saya?"

"Mba--"

"Oke, saya yang pergi." Bulan mengambil tasnya dan melangkah pergi tanpa memedulikan wanita tadi yang terus memanggilnya. Dasar tidak jelas. Dan saat itu, Bulan tidak menyadari kalau tasnya sudah berpindah tempat.

***

Greta mengangguk-anggukkan kepalanya sembari mencerna cerita Bulan barusan. Akhirnya, berkat usaha pendekatannya, Bulan mau terbuka dan bercerita banyak pada Greta. Mulai dari isi ketiga amplop yang ia berikan pada Ansel, sampai alasan mengapa surat cerai itu bisa ada di dalam tas Bulan.

Bukan Hansel & GretelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang