Bagian 20

10.1K 915 49
                                    

Selamat membaca:)

♥♥♥

Ansel tertawa keras melihat ekspresi salah tingkah Greta. Ia memutuskan pandangannya ke arah telaga lagi. Sedangkan Greta langsung menunduk malu.

"Lo itu memang cewek super pede ya?" Ansel berkata di sela-sela tawanya. Ia mengusap sudut mata yang mengeluarkan sedikit cairan bening. "Ya enggak lah kalau gue suka lo. Maksud gue, gue itu suka sama tempat ini. Tenang."

Greta mendengus sebal. Lagipula tadi kenapa dia harus salah tingkah? Menyebalkan dan memalukan. Setelah menetralkan rasa malunya, dia ikut menyahuti ucapan Ansel barusan. "Iya, aku juga suka."

"Sama gue?" goda Ansel dengan tubuh yang sudah mencondong ke arah Greta. Satu tangan Greta mengusap wajah Ansel dan sedikit mendorongnya agar mundur.

"Sama tempatnya lah bego!"

Mereka berdua tertawa, entah karena apa. Yang jelas gelak tawa mereka berderai mengisi setiap sudut di sekitar sini. Jika kucing diantara mereka bisa bicara, mungkin ia sudah berkata seperti ini:

"Ah sialan, jadi nyamuk gue."

Seolah memang ingin berkata seperti itu, suara 'meong' menginterupsi tawa Ansel dan Greta. Keduanya diam, tapi kembali tertawa. Aneh memang, karena tidak ada yang lucu.

"Kan kucingnya meong-meong karena lo," ucap Ansel di sela-sela tawanya.

"Enak aja! Pasti enggak dikasih makan dari kemaren ini mah sama Kak Ansel." Greta berseru tidak terima. Ia mengeluarkan si kucing dari kandang, lalu membawa ke dalam pangkuannya. "Cing, tuan lo kejam ya? Dari kemaren lo enggak dikasih makan ya?" tanya Greta sembari mengangkat kucing di pangkuannya hingga wajah mereka saling berhadapan. "Ha? Apa? Emang gak dikasih makan?" Greta masih terus bermonolog dengan ekspresi seolah ia benar-benar baru mendengar kucing itu bicara padanya.

"Iya, tuan gue jahat banget," ucap Greta dengan suara diimut-imutkan seolah kucing itu yang menjawab. Melihat tingkah konyol Greta, Ansel terkekeh. Satu tangannya menjitak kepala Greta dengan usil.

"Apaan sih kak, sakit tau!" protes Greta yang kini menurunkan kucing itu kembali ke pangkuannya. Tangannya sibuk memainkan bulu-bulu halus kucing.

"Pernah liat orang gila?"

Greta menoleh mendengar pertanyaan dari Ansel. Matanya menatap Ansel lekat. "Pernah, ini lagi ngeliatin," ucapnya.

"Yeee ... sembarangan! Modus aja lo mau ngeliatin gue. Iya, kan?" kata Ansel sembari mengambil alih kucing miliknya.

Greta tidak berniat menyahuti Ansel lagi. Kali ini ia fokus menatap Ansel yang sedang mengusap kucing di pangkuan cowok itu dengan lembut. Ternyata, Ansel penyayang hewan ya. Apa Ansel juga penyayang sama pasangannya? Ah, mikir apa Greta! Ansel itu cuek terhadap sekitarnya, egois, menyebalkan, tukang PHP, tukang hujat, kadang emosian, ish, ternyata banyak sekali jeleknya sang kakak kelas ini. Pujaan satu sekolah, tapi seperti itu sikapnya? Greta hanya bisa prihatin dengan orang-orang yang langsung jatuh cinta hanya dengan melihat wajah tampannya. Meski Greta dulu suka gonta-ganti pacar, tapi dia tidak pernah sungguh-sungguh. Buktinya tidak ada mantannya yang bertahan lebih dari satu minggu. Lagipula setiap ada yang nembak, akan dia terima. Tanpa tahu siapa orang yang akan menjadi pacarnya itu. Buktinya?

"Gre, kantin bareng yuk?" ucap seorang cowok berlesung pipi yang kini tersenyum di depannya. Greta mengernyit memerhatikan cowok di depannya. Tampan, tapi tetap saja Greta tidak tertarik untuk mempunyai perasaan lebih.

"Sorry tapi gue udah ada janji sama cowok gue."

"Cowok lo?" Greta mengangguk mantap. Tadi dia mendapat pesan dari pacarnya untuk ke kantin bersama. Mereka baru saja jadian semalam dan Greta tidak tahu wajah pacarnya itu.

Bukan Hansel & GretelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang