Bagian 64

8.4K 1K 818
                                    

Selamat membaca 💜

♥♥♥

Hari ini, Alkan mengantarkannya ke sekolah. Kebetulan, cowok itu tidak memiliki jam kuliah pagi. Dan di sinilah mereka berakhir. Di depan gerbang sekolah tercinta.

"Bye sayang, hati-hati ya!" ujar Tanisha tepat ketika cowok bernama Alkan itu hendak pergi.

Namun langkah Alkan terhenti kala Ansel datang dari arah parkiran sekolah.

"Yang udah punya pacar mah beda!" seru Ansel sembari menghampiri kedua insan yang berstatus sebagai sepasang kekasih.

"Memang lo enggak punya pacar gitu?" tanya Alkan yang telah mengurungkan niatnya untuk kembali masuk ke dalam mobilnya.

"Ada, sepuluh!"

"Hahahaha, kayak ada aja yang mau sama cowok kayak lo, Sel."

"Anjir banyak ya! Tanya aja sama pacar lo ini." Ansel melirik Tanisha yang masih diam mengamati. Rotasi mata saja sudah cukup sebagai jawaban bagi Tanisha.

"Udah lah males gue ngeladenin lo halu. Gue balik ya?"

"Hati-hati di jalan. Nanti pacar lo ini ngejanda sebelum waktunya."

Sepergian Alkan, Tanisha hendak melangkah pergi. Namun, Ansel kembali memanggil namanya, membuat Tanisha mau tidak mau harus mengurungkan niat awalnya.

"Gue hari ini mau nembak Greta," ucap Ansel memberi informasi.

"Bukannya udah?"

"Dia mau yang romantis katanya."

Mendengar jawaban Ansel, Tanisha malah terkekeh. "Buat apa sih kak, peduli amat sama kemauan Greta kalau kakak aja pura-pura suka sama dia?" Kalimatnya berhenti, menatap Ansel secara intens untuk beberapa saat. "Atau jangan-jangan, Kak Ansel udah beneran suka sama Greta?" tebaknya diiringi senyuman miring. Siapa pun dapat melihatnya, bahwa Ansel itu hanya pura-pura berpura-pura. Iya, di mata Tanisha Ansel sudah jatuh hati pada Greta. Namun nyatanya? Cowok itu selalu menyangkal dan berkata bahwa semua hanya skenario.

Mampus, senjata makan tuan! Lihat saja, bukan hanya Greta yang akan tersiksa pada akhirnya. Tapi Ansel juga.

"Gue? Suka sama penjahat? Halu lo?"

"Ck. Nyangkal aja terus sampai enggak ada waktu untuk kakak mengulang semuanya."

"Udah deh lo enggak usah sok tau soal perasaan gue. Intinya, nanti lo harus bantuin gue."

"Soal nembak-nembak, bukannya Kak Niko lebih handal?"

"Iya, urusan cara nembaknya udah dari ide Niko. Bukan itu yang harus lo lakuin."

Tangannya pindah posisi ke pinggang, Tanisha merasa ada yang tidak beres dengan apa pun yang akan Ansel katakan. "Terus?"

"Gue mau, hari ini jadi kejutan buat Greta. Benar-benar kejutan."

"To the point aja kak, enggak usah muter-muter."

"Cari barang berharga siapa pun, taruh di tas Greta."

"KAKAK MAU BUAT SEOLAH-OLAH DIA MALING?!"

"Kenapa? Lo enggak mau?"

Sial. Ansel benar-benar iblis. Bagaimana bisa, dia membuat Greta harus jatuh sejatuh-jatuhnya setelah ia merasa terbang di atas awan? Ansel gila!

"Mau putus sama Alkan?" ancam Ansel lagi.

Oke. Kali ini Tanisha tidak akan gertak hanya dengan ancaman itu. Hubungannya dengan Alkan sudah lama, tidak mungkin Alkan akan melepaskannya secepat itu.

Bukan Hansel & GretelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang