Tadinya sih mau up agak maleman, tapi takut lupa. Jadi, HAPPY READING!
♥♥♥
Perlahan namun pasti, mata Greta terbuka sempurna. Buram perlahan nampak jelas. Masih dalam proses mengumpulkan nyawa, ia meneliti tempatnya tertidur. Ah, iya. Rumah pohon.
Saat pandangannya turun ke bawah, Greta sadar kalau dia sudah terbaring, diselimuti pula. Bukannya dia tertidur dalam posisi duduk? Dengan cepat, Greta mengubah posisinya menjadi duduk. Pergerakan super cepat itu berhasil ditangkap oleh sudut mata Ansel.
"Udah bangun?" tanya Ansel tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. Greta mengangguk pelan. Kaca mata! Ia baru tersadar dimana sekarang benda itu berada? Ansel pasti sudah melihat matanya yang begitu menyedihkan. Pasti itu juga alasan ia diberi selimut dan tempat ternyaman untuk tidur. Terpal masih berada di tempat semula.
Greta menggosokkan telapak tangannya ke lengan. Dingin. Apa baru saja telah hujan? Greta menengok melalui jendela, dan benar saja. Lantai teras berwarna lebih gelap dan lembab. Greta menghela napas pelan, lalu kembali menatap Ansel yang fokus pada benda pipih di tangannya.
"Sekarang jam berapa, kak?" tanya Greta membuat cowok itu mengangkat kepalanya. Ansel tersenyum tipis, dan malah menyuruh Greta untuk menebak berapa lama ia tertidur. Apa satu jam, atau dua jam? Atau tiga jam?
"Tiga jam?" tebak Greta tidak yakin. Ansel mengarahkan layar ponselnya yang menampilkan lockscreen berwarna hitam polos. Bukan, bukan itu yang menjadi fokus Greta. Tapi jam di sana yang menunjukkan pukul 14.30.
Gila! Selama itu?
Ansel kembali menarik ponselnya, menghidupkan musik dengan nada tidak terlalu keras. Sekadar menghalau keheningan saja.
"Aku minta maaf kalau udah nyusahin," sesal Greta sembari menunduk. Jemarinya bergerak-gerak membuat Ansel menjadi gemas.
"Nyusahin?" beo Ansel sembari menaikkan sebelah alisnya. Setelah itu ia mengangkat bahu acuh kembali fokus memainkan ponselnya.
"Eum ... Anta udah dikasih makan, kak?"
Ansel hanya mengangguk sekali sebagai jawaban.
"Terpal ini buat apa?" Greta kembali bertanya.
"Bocor," jawab Ansel singkat. Menyebalkan! Greta kan butuh teman mengobrol.
Dengan bibir mencebik kesal, ia meraih kandang Anta dan mengeluarkan kucing itu kemudian memeluknya. Bermain dengan Anta saja lah, Ansel itu menyebalkan.
"Ta, udah makan, ya? Dikasih makan apa sama Kak Ansel? Ikan asin?"
"Lo ngomong kek, Ta. Gue bosen nih!"
Greta menggelitiki bulu halus Anta. "Anta, ngomong! Temenin gue ngobrol!"
"Lo gila? Atau lo lagi ngodein supaya gue mau ngobrol sama lo?" Suara itu menginterupsi kegiatan Greta. Ansel sedang menatapnya aneh.
Dengan angkuh, Greta menyibak rambut ke belakang. "Dih, orang lagi ngobrol sama Anta kok. Urusan cewek, cowok enggak usah tau!"
"Urusan cewek? Gue beli kucing jantan, bukan betina!"
Kening Greta mengerut. "Anta cowok?" Sedetik kemudian ia menjatuhkan Anta dari pangkuannya. "Jangan dekat-dekat, kita bukan muhrim!"
"Setres!" cibir Ansel kembali memainkan ponselnya. Oh, iya. Greta belum mengecek ponselnya sama sekali sejak tadi pagi. Atau mungkin semalam?
Greta merogoh ponselnya yang berada di dalam tas. Layarnya nampak retak di beberapa bagian. Wajar saja, kan semalam ia membanting ponsel itu. Ternyata semalam Tanisha yang meneleponnya, namun Greta tidak menelepon balik. Setelah tombol power ditekan, langsung menampilkan lockscreen foto bayi yang Greta unduh dari internet. Untung baterainya masih ada, meski sudah kritis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Hansel & Gretel
Teen FictionSEQUEL BUMI, BULAN, DAN BINTANG COMPLETED! ........................................................................................ Tidak akan ada cerita dua orang kakak-beradik Hansel dan Gretel yang terkurung dalam rumah permen. Hanya ada dua oran...