Bagian 43

10.6K 939 169
                                    

Selamat membaca!

♥♥♥

Ansel kembali mengetuk pintu rumah Greta dengan lebih kencang. Apa cewek itu benar-benar bunuh diri? Ah, masa iya sih?

"Gre, keluar sih, gue males dobrak!"

Tok tok tok.

"Greta, lo beneran udah mati, ya?!"

Cowok itu berkacak pinggang, lalu raut wajahnya berubah sok sedih.

"Gue turut berduka cita, ya. Gue kasian sih sebenernya lo mati dalam keadaan jomlo, tapi ya ... itu udah pilihan lo. Sayang banget lo harus mati duluan, sebelum dapat gaji pertama lo. Lo nulis surat wasiat enggak? Lo bunuh dirinya gantung diri, atau gimana? Jangan hantuin gue, ya? Lo mau dikubur hari ini atau minggu depan aja? Oh, iya!" Ansel menjentikkan jarinya, kemudian mulai merogoh tas punggung cowok itu.

"Gue jaga-jaga dari rumah, jadi gue udah bawa yasin. Gue do'a in, ya? Supaya lo tenang!"

Cowok itu duduk bersila, tetap di tempatnya berdiri tadi. Lalu, mulai membuka surat yasin. "A'udzubillah himinasy syaitonnirrojim, bismillahirrohmanirrohim."

"Yaaa sin... Wal--"

Ceklek.

"Gue belum mati woy!" hardik Greta saat ia baru saja membuka pintu rumahnya. Ia sempat terkejut melihat Ansel yang duduk bersila di depan pintu rumahnya sembari memegang surah yasin. Kurang ajar!

Ansel tersenyum, menutup surah yasin di tangannya, lalu berdiri dan menarik tangan Greta agar keluar dari rumah. "Gue tau, kok. Ayo berangkat, nanti telat."

Greta menarik tangannya kembali, lalu mengunci pintu rumah, dan berjalan mendahului Ansel menuju mobil cowok itu yang terparkir di pinggir jalan.

***

Keadaan sangat sunyi di dalam mobil Ansel. Keduanya saling diam. Greta sendiri menikmati alunan lagu yang menggema di telinganya melalui earphone. Ya, benda itu masih rusak, jadi Greta hanya bisa menggunakan sebelah saja.

Decakan keras muncul dari bibir Ansel. Namun sayang, Greta enggan untuk menoleh. Lagu di telinga sebelah kanannya lebih menarik. Tapi kalau nanya lebih ganteng, oke deh Ansel menang. Hehe.

"Ck. Greta beneran masih idup ga sih, ya Allah?"

Greta hanya melirik.

"Atau yang di sebelah gue ini hantu halte yang waktu itu ngikutin Greta?"

Greta diam, dia bahkan menambah volume musiknya.

"Atau, ini hantunya Greta yang mau balas dendam sama Kayana?"

Greta memalingkan wajahnya ke sebelah kiri, memilih menatap trotoar yang tidak ada spesial-spesialnya. Hanya ada orang yang berlalu-lalang, anjing ngorek-ngorek kotak sampah, dan tanaman yang sengaja ditanam di sana.

"Serem anjir!" Ansel kembali berkicau.

Bodo amat!

Bukan Hansel & GretelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang