"Memperjuangkannya atau kehilangannya?"
Alendra sudah sampai di rumahnya, rumah yang besar tapi sepi karena orang tuanya super sibuk oleh sesuatu yang sering di sebut bisnis. Mengacak ngacak rambutnya saat masuk rumah adalah keindentikan seorang Alendra dengan deru nafas lelah ia terus melangkah ke dalam.
"Habis jalan?"sahut seseorang yang sudah Alendra duga
"Siapa?"sahut Alendra
"Lo sama Lienna"sahut Rangga, ya yang memanggilnya adalah Rangga kakak dari Alendra itu sendiri.
"Gak" singkat Alendra sambil mengalihkan pandangannya.
"Bohong aja terus, bohongin perasaan lu sendiri pas ilang nangis" sahut Rangga kembali dengan nada ketus
"Gak usah ikut campur urusan gw" sahut Alendra yang ikut ketus terbawa emosi oleh Rangga dan kembali menatap Rangga dengan tatapan tidak suka.
"Urusan lo? Sadar dong apapun yang berhubungan sama Lienna gw yang bakal diem paling depan" sahut Rangga kembali
"So jadi jagoan" sahut Alendra yang langsung bergegas naik ke kamarnya yang ada di lantai 2.
Dingin terasa saat ia tahu tak ada yang menutup jendela kamarnya terbuka dan di biarkan seperti itu ia rindu keluarganya tapi apa daya dia hanya bisa melihat album terdahulu.
Lagi lagi saat masuk ruangan ini ada rasa aneh yang menjalar pada hati Alendra bahwa dia merindukan teman masa kecilnya, Nana.
Alendra menyimpan jaketnya lalu membersihkan tubuhnya dan mulai membaca buku fisikanya karena ia tau besok ada ulangan fisika dari seorang guru yang selalu menjadikan Alendra nomor satu di kelas dan membuat semua orang iri pada kecerdasan Alendra itu sendiri.
Tak terasa satu jam membaca buku membuat dirinya lelah hingga tertidur di meja belajar miliknya, wajahnya lesu lemas lelah dengan beberapa masalah apalagi masalah perasaannya.
***
Alendra sudah merencanakan untuk bertemu dengan Lienna pagi ini dan mengajak Lienna untuk pergi sekolah bersama.
Sesampainya di rumahnya dia membuka helmnya dan berjalan menuju pintu rumah perempuan bernama Lienna itu dengan gagah dan rasa semangat bahkan rasa percaya dirinya.
Masih berusaha mengetuk pintu itu dan akhirnya ada yang membukakan pintu itu. Tak pernah menyangka yang membuka pintu itu seorang wanita paruh baya yang begitu ia kenali.
"Tante Lisa?" sahut Alendra kaget melihat orang di depannya
"Ya ampun Alendra kamu sudah besar kamu cari Nana kan dia ada di kamarnya" sahut perempuan bernama Lisa sambil tersenyum ke arah Alendra yang masih terkejut.
Kekagetan itu membuat Alendra bangun dari alam mimpinya dan mulai menyadarkan diri bahwa dirinya baru saja bermimpi di pagi hari.
Pikirannya mulai kembali kelabu saat mimpi itu tak pernah dirinya inginkan, mimpi tentang perempuan di masa lalunya yang begitu saja meninggalkanya tanpa kabar ataupun kata kata terakhir. Hatinya kaku kembali bertanya tanya mengapa Nana ada di tempat Lienna dan yang tante Lisa maksud adalah Lienna itu Nana sahabat kecil di masa lalunya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENDRA
Teen FictionKenapa harus aku yang kamu perlakukan seakan aku tidak pernah melukiskan kenangan apapun tentang kita? Kenapa harus aku yang perlu merasakan sakitnya? Kenapa harus aku yang kamu abaikan disaat aku benar-benar membutuhkanmu? Kenapa harus aku? -Lienna...