"Tidak ada kata sempurna selain indah jika kita bersama orang yang benar-benar menyanyi kita, entah itu sahabat, keluarga, orang terdekat, mereka yang akan mengubah kita untuk selalu bahagia."
Happy reading
Diva berjalan masuk lorong koridor sekolah dengan memakai switer warna coklat yang melekat di tubuhnya, paginya kali ini sangat dingin. Sekolah pun belum banyak siswa-siswi yang berdatangan.
Diva memasuki kelasnya cukup sepi karena hanya ada dirinya seorang, inilah waktu yang Diva harapkan saat dirinya tiba di sekolah sangat pagi, walaupun terbilang dirinya sekarang bisa berbaur dengan yang lainnya namun Diva masih belum bisa menghilangkan kebiasaannya.
Diva meletakan tas punggungnya di meja mengeluarkan kotak bekalnya yang berisikan sandwich buatannya. Tadi pagi dia belum sempat sarapan, Ayah dan Bundanyapun memilih tidak pulang sejak kemarin.
Entahlah dirinya sudah nyaman hidup sendiri.
Kesendirian adalah dunianya, terkadang dia tidak pernah betah jika terus menerus mendekam sediri di rumah.
Diva melahap sepotong roti sandwich dengan tenang, setelah menghabiskan makanannya, Diva mencari minuman di dalam tas yang selalu di sampirkan di sisi kanan tasnya itu.
"Kayanya aku lupa bawa minum deh," cicitnya pelan. "Gak biasanya kaya gini," lanjutnya kepada diri sendiri.
Setelah mencari air minumnya Diva pasrah. Tidak ada cara lain selain membeli ke kantin. Ia memutuskan untuk keluar kelas, waktu masih menunjukan pukul enam pagi, sangat tidak mungkin murid Cakradarma akan berangkat sepagi ini.
Diva menyusuri koridor menuju kantin. Sesekali melihat lapangan dan kelas-kelas yang masih kosong begitupun tidak lupa switernya masih melekat di tubuhnya.
Bug
Astaga! Dirinya terkejut dengan suara itu, di lorong yang masih sepi ini masih ada orang yang ribut, bahkan haripun masih pagi.
Diva mengedarkan pandangannya, Atensinya mengarah ke ruang kelas XII yang ada di di hadapannya.
Niat awal yang tadinya ingin membeli minuman kini terbelokan dengan suara yang sangat mengerikan itu, menurutnya suara itu sangat mengganggu ke telinganya apalagi dirinya penasaran dengan suara apa itu.
Diva mengumpulkan keberaniannya, untuk masuk ke kelas di hadapannya, sedetik kemudian Diva membukanya perlahan dan langsung membulatkan matanya lebar.
Ceklek
Diva memutar tubuhnya untuk menghindari dua orang yang sedang bercumbu di dalam kelas kosong itu, Diva berjalan cepat tanpa menengok ke belakang.
Setelah dirasa cukup jauh Diva memberhentikan langkahnya dan mengatur nafas yang dari tadi terengah-engah saat menemukan dua insan yang tidak senonoh itu.
Pipinya merona saat melihat itu namun sebisa mungkin Diva mengenyahkan pikirannya, Diva bukan orang bodoh yang tidak mengerti apa-apa, dan mereka tidak tahu malunya mereka berpelukan erat sangat erat di kelas yang masih kosong itu, bahkan yang Diva bayangkan tidak...tidak Diva tidak ingin memikirkannya lagi, malu.
"Seharusnya aku ngelaporin ke guru BK.." ucap Diva memikirkan, "mereka salah, malu aku liatnya," lanjutnya dengab mengusap pipi memerahnya itu.
"Seharusnya mereka yang malu bukan aku!" Serga Diva kini posisinya sedang berada di tangga.
"Laporin aja!?"
Diva tersentak kaget melihat Sevan sudah ada di hadapannya.
Sevan menaikan alisnya, "Kenapa, mau laporin kan. Silahkan." ucap Sevan santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDIVA [COMPLETED]
Teen Fiction#4 Need [13 Maret 2020] #3 Need [9 Juli 2020] #3 Need [6 Agustus 2020] Sebuah Teka-teki dan Cinta datang menguak segala kemungkinan. Ancaman dan ancaman datang tidak henti, Sevan Aditama cowok misterius yang tidak mudah di luluhkan, most wanted SMA...