1

6.1K 248 17
                                    

"Kamu alasan ku untuk ada"

Ardiva Sanaya, Gadis cantik kutu buku yang hobynya membaca dikala waktu luang saat belajar tiba, seperti saat ini, di saat semua orang berlarian untuk berburu makanan di kantin, Diva memilih duduk manis di belakang sekolah dengan novel di tangannya. Itulah Diva, gadis polos yang tidak suka keramaian.

Di taman ini, Diva ditemani keheningan yang sangat damai, angin semerbak seraya menerpa wajah cantik ayunya, rambut berterbangan seiris angin menerpanya, nyanyian burung berkicau seiring mata hitam berbolak balik dari seperjuangan detiknya menandakan keseriusan ia sedang membaca, senyumnya terbit tanpa beban.

Sangat damai, nyaman. Inilah kehidupan Ardiva hanya memahami dan menjalankan alur kehidupanya tanpa orang tahu.

Belakang sekolah sangat sepi membuat Diva tenang, bahkan yang dia butuhkan ketenangan untuk dirinya sendiri. Ardiva melirik sekilas, sebelum ia langsung menyembunyikan diri di balik pohon beringin besar yang berada di depannya.

Bruk

Benturan keras membuat Diva terlonjak kaget, apakah ada seseorang yang datang? Diva mengintip di balik pohon besar itu, seketika netranya langsung membelalak tidak percaya, ia melihat seorang laki-laki yang tengah emosi melempar seseorang ke tembok dengan keras sampai membuat ia meringis pelan.

Diva terus memperhatikan mereka dengan jelas, terlihat seorang yang di banting ke tembok tadi sudah babak belur tidak berdaya, darah di bibirnya masih terlihat begitu encer.

Sedangkan yang satunya lagi terus memaki, yang bisa Diva dengar.

"GUE INGETIN SAMA LO, JANGAN BERANI HIANATI TEMEN LO SENDIRI, banci! SEKARANG LO PERGI DARI SINI SEBELUM GW NGELAKUIN HAL YANG GAK PERNAH LO BAYANGIN, PERGI!!!" Ucap seseorang itu dengan keras.

Hatinya menciut tak kala orang itu berteriak.

Orang yang terkapal lemas tadi sekuat tenaga berdiri untuk pergi, Diva bisa merasakan bertapa sakitnya itu.

Seolah ada magnet yang membuatnya memperhatikan penampilan laki-laki itu dari kejauhan. Seragam yang sama dengan nya, ralat? baju di keluarkan, kancing baju yang di lepas atas sehingga memperlihatkan baju dalam berwarna hitam miliknya, dasi yang tidak benar di ikat, dan penampilan nya bukanlah anak yang di siplin peraturan.

Mungkin berandal sekolah, Diva menghela nafas pelan, ia sungguh terkejut dan langsung bersandar di pohon itu.

Baru pertama kali ia melihat seseorang beruntal seperti itu. Diva memejamkan matanya sebentar. Saat membuka mata, Diva terkejut dengan kehadiran orang yang membuat Diva seketika menahan nafas.

Bulu kuduk Diva merinding, tak kala melihat matanya yang menajam ke arah Diva.

"Lo tadi liat gue?" ucap cowok itu mengerikan.

"Maksud kamu?" Diva meruntuki mulutnya itu, pasalnya ia berhadapan dengan seseorang yang tadi memenangkan adu hantam yang di saksikanya tadi.

"Gak usah pura-pura, gue tahu lo mantengin gw dari tadi," serkanya.

"Maaf, aku janji gak bakalan kasih tahu siapa-siapa..." ucap Diva sambil menunduk dan memeluk erat novel yang di baca tadi.

"Lo gak takut sama gue—dan apa lo bilang, JANJI!" ujarnya menaikan sebelah bibirnya, "Gw gak percaya sama janji, dan lo—" ucap Sevan menjeda Langsung mencodongkan wajahnya kehadapan Diva, untuk mempersempit jarak.

Ardiva, otomatis mundur dalam posisi yang membuat nya risih, sehingga tidak ada jalan lain untuk keluar karena kedua tangan Sevan di rentangkan kiri-kanan tubuh Diva di balik pohon bringin ini.

ARDIVA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang