"pernah sakit namun aku bertahan karena rasa sakit itu."
Happy reading
Hari Selasa di lapangan sekolah seperti biasa banyak anak laki-laki yang bertanding basket untuk melatih skill yang mereka punya di cabang olahraga ini. Pagipun sangat indah bahkan mataharipun seolah mengijinkan untuk menikmati hangat sinarnya.
Diva berjalan di lorong kelas seperti biasa menenteng satu buah novel di tangannya. Diva mengedarkan pandangannya ke arah tribun dan tersenyum ketika melihat sosok yang ia cari sendari tadi.
Diva berlari ke arah tribun penonton, "Laras!!" sapanya dengan wajah sumringah.
Laras yang di panggil tersenyum dan menuntun Diva duduk di tribun bergabung dengan teman-teman yang lain, "Pertandingan basket, salah satunya ada kak Leon," ucap Laras kepada Diva.
"Kak Sevan ikutan basket juga?" tanya Diva kepada Laras.
Laras mengkerutkan alisnya, "Kenapa nanya sama gue, kan lo pacarnya"
Diva menghembuskan nafasnya, "Masalahnya kak Sevan emang gak pernah ikutan ekskul apa-apa,"
"Nah itu tahu, pacar lo kan pemalas, jadi gak usah heran."
"Tumben ada tanding basket, dalam rangka apa?"
"Kak Leon kan mau turun jabatan, sebentar lagi dia lulus, kelas XII setiap ekskul bakal ngadain pertandingan persahabatan jadi ini pertandingan terakhir mereka," ucap Laras menjelaskan membuat Diva mengagguk paham.
Acara sudah di mulai dari tadi, tapi Diva belum melihat batang idung Livi, Sevan CS bahakan Mimi CS, biasanya mereka akan stay di tribun kalo ada pertandingan seperti ini.
Diva melirik Laras yang sedang menonton tanpa berkedip, Diva menepuk tangannya di depan muka Laras.
"Apa Va?!" tanya Laras merasa terganggu menyentak tangan Diva.
"Ras, kak Sevan CS, Mimi CS sama Livi kemana ya, tumben belum ke sini," tanyanya
"Tau, bolos kali, lagian mikirin mereka segala udahlah kita fokus nonton aja," ujar Laras menarik kepala Diva untuk menghadap ke depan.
Diva cemberut, hari ini belum ada kabar dari Sevan bahkan yang biasanya selalu mengucapkan selamat pagi kini tidak ada notifikasi sama sekali.
Laras yang merasa sahabatnya murung, sedikit menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi, "Jangan murung dong lagian ini masih jam setengah delapan, jam delapan pasti mereka udah ada di sini tenang aja,"
Diva menghembuskan nafasnya, bagaimana bisa tenang dari malam Sevan susah di hubungi bahkan pagi menjelang siang Sevan tidak bisa di hubungi.
Diva menyimpan novelnya di rak buku perpustakaan yang berjajar di barisan novel, Diva mendudukan bokongnya dengan bertopang dagu. Sebenarnya mereka ke mana, kenapa belum ada kabar sama sekali bahkan bukan Sevan saja Mimi, Livi teman baiknya itupun ikutan menghilang.
Laras daritadi hanya diam jika di tanya Diva. Livi membalas pesannya atau tidak. Diva memandang ke arah jendela luar netranya menangkap keberadaan Leon yang sedang berbincang dengan teman seangkatan nya, terlihat seperti menjelaskan sesuatu, tanpa sadar Diva tersenyum saat Leon menatapnya.
Leon juga tersenyum saat Diva memperhatikannya, bukan karena dia masih memiliki perasaan yang sama namun ia ingin berterimakasih. Entahlah untuk apa?!
Diva mengalihkan pandangannya, segera beranjak dari duduknya menuju keluar.
Waktu sudah menunjukan pukul 10:30 jam istirahat sudah habis namun Diva belum masuk kelas, bahkan dia masih berharap Sevan akan ada di sekolah untuk hari ini, sebenarnya kemana dia? Rasanya Diva ingin berlari 7 putaran jika ada kabar darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDIVA [COMPLETED]
Novela Juvenil#4 Need [13 Maret 2020] #3 Need [9 Juli 2020] #3 Need [6 Agustus 2020] Sebuah Teka-teki dan Cinta datang menguak segala kemungkinan. Ancaman dan ancaman datang tidak henti, Sevan Aditama cowok misterius yang tidak mudah di luluhkan, most wanted SMA...