"Cukup aku akan melihat dan tidak ingin memperpanjang masalah"
Happy reading
"Di sini," Diva mengagkat tangannya.
"Lo di suruh ke ruangan olahraga, sekarang." ucap laki-laki bertubuh tinggi.
"Sama siapa?" Bukannya menjawab laki-laki itu malah mengangkat bahunya dan pergi.
Diva melirik kedua sahabatnya, "aku ke sana dulu ya," ucap Diva ragu.
"Kita ikut!" ucap Livi.
Diva tersenyum senang, "Boleh, ayo," ajaknya.
Sesampai di ruangan olahraga, Diva dan kedua sahabatnya mengedarkan pandangannya kesekitar, tidak ada siapapun di sana hanya ada setumpuk peralatan dan bola yang yang berjajar rapi memenuhi ruangan ini.
"Kayanya kakak kelas tadi ngebohongin kita dah," ucap Laras membuat Diva dan juga Livi mengagguk setuju.
"Dasar jarot, berani-beraninya dia bohongin kita," ujar Livi melipat kedua tangannya di atas pinggang.
"Kita keluar aja," final Diva dirinyapun heran tidak ada orang di ruangan ini, mungkin kakak kelas tadi hanya mengerjainya dan berakhir membuat darah tinggi kedua temannya naik.
Ruangan olahraga terbilang sangat bersih dan rapih, fasilitas sekolah yang terjamin membuat murid di sekolah ini sangat menikmati fasilitas yang ada.
Bahkan ruangan olahraga kerap sekali menjadi tempat tongkrongan atau bahkan tempat merilekskan tubuh. Saking nyamannya ruang olahraga terbiasa menjadi tempat saat di mana jika ada murid merasa suntuk, dan tidak ada hiburan mereka akan menghibur diri menikmati pemandangan Indah di luar jendela yang sangat besar, halaman yang menghubungkan langsung ke arah rerumputan hijau di luaran sana.
Mereka bertiga memutuskan keluar dari ruangan tersebut, tidak ada yang mencurigakan bagi ketiganya, Laras memutuskan keluar bersama Livi terlebih dahulu dengan mulut yang terus berkomat-kamit menyum serapahi kakak kelas tadi.
Diva hanya diam sebentar mengamati sekeliling. Tidak ada yang salah, pada akhirnya ia juga memutuskan untuk ikut keluar bersama keduanya, belum sempat satu langkah, pintu tertutup rapat dengan kencang!!
Diva terperejat membulatkan matanya, di balik pintu yang terbuka tadi, ada seseorang yang sedang menunjukan senyum smirknya.
Laras maupun Livi terkejut saat pintu tertutup tiba-tiba dengan suara yang lumayan kencang.
"Va, lo masih di dalam kan," teriak Laras menggedor pintu ruangan itu.
Diva masih terdiam.
"Pintunya ke kunci susah!" Ucap Laras terus berusaha membukanya.
"Va lo jawab dong Va, bukain pintunya," teriak Livi kencang menggedor pintu yang terbuat dari kayu jati itu.
Diva yang di dalam ingin menyahuti ucapan sahabatnya. Namun di urungkan ketika orang itu membekap mulutnya dengan satu tangan.
"Diem lo!!" Ancam orang itu.
Diva gemetar hebat, rasanya dia sedang di ancam lagi, apa yang ingin mereka lakukan.
"Lo tahu kesalahan lo di mana?" tanya orang itu terus menyoroti matanya seperti laser, "kesalahan lo udah ngusik gue tadi pagi, dan buat gue marah sampai sakarang," ucapnya pelan namun menusuk.
Perlahan bekapan itu mengendor, dua orang lainnya keluar dari punggung Diva langsung menghampit sisi kanan-kiri lengannya kencang.
"Kak, aku gak tahu kalo itu kakak," ucap Diva pelan, lagi-lagi ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDIVA [COMPLETED]
Teen Fiction#4 Need [13 Maret 2020] #3 Need [9 Juli 2020] #3 Need [6 Agustus 2020] Sebuah Teka-teki dan Cinta datang menguak segala kemungkinan. Ancaman dan ancaman datang tidak henti, Sevan Aditama cowok misterius yang tidak mudah di luluhkan, most wanted SMA...