40

1.1K 80 2
                                    

"Kalaupun dunia bisa terulang atas kejadian yang lalu, apakah kantong Doraemon bisa membawa kisah ini ke zaman itu"

Happy reading

"Gallins Lo tahu dari mana itu-" mulut Mimi tercekat, banyak pertanyaan di otaknya.

"Apa yang gak bisa buat seorang kayak Argallins," ucap Gallins berbangga diri dengan seringainya.

"Lo mau kasih kesaksian, atau video ini gue sebar," Gila Mimi gila bermain-main dengan Gallins.

"Lo tahu apa yang bikin gue muak liat muka lo itu Mi, lo gak pantes di sebut kakak, Sevan bahkan gak mau temenan sama lo lagi," tekan Gallins memojokkan Mimi.

Mimi menatap muka Gallins sendu, bahkan ia tidak menghiraukan lagi gengsinya bahkan raut mukanyapun berubah sendu, "Lo adik gue Lins, gue gak salah! yang ada di video itu bukan gue yang dorong Nadia," ucapnya membantah.

"Setelah Lo ngancurin persahabatan gue sama Sevan, bang Dafa dan lainnya, sekarang waktunya gue mohon. Lo mau jadi saksi Nadia sekarang, kalo lo masih anggap gue sebagai adik Mi," mata Mimi berkaca-kaca, dirinya takut, takut di jauhi, takut tidak di percaya, takut akan sesuatu, takut, takut, takut. Pikiran Mimi melayang dengan segala ketakutan.

"Gue gak salah Lins, gue gak mau jadi saksi Nadia, gue GAK SALAH!! gue mohon jangan paksa gue," terlihat frustasi. Yah, Mimi frustasi, kakaknya itu sedikit ketakutan, Gallins tahu itu! sudah lama dia meninggalkan Mimi dengan dendam, gara-gara Mimi menghancurkan semuanya saat di persidangan tidak mau menjadi saksi Nadia.

Gallins menatap sendu kakaknya itu, ada tersirat kerinduan di matanya, kakaknya terlihat berbeda saat pertama kali dia masuk ke SMA Cakradarma. Miminya yang dulu anggun kini pemberontak tidak tahu tempat.

"Jangan gini kak!" teriak Gallins mendekap kakaknya yang tiba-tiba hilang kendali, melamun, bahkan tidak terkontrol, tangisannya makin menjadi setelah membicarakan soal Nadia.

Mimi menarik nafasnya dalam setelah di rasa dirinya membaik seiring uluran tangan Gallins mengendor, Mimi menatap Gallins, "Lo balik sama gue ya, lo mau balik kerumah sama gue kan," tanyanya membuat Gallins terdiam.

Mimi tersenyum tipis, "Lo masih benci sama gue, sehingga lo tega sama kakak lo sendiri yang hampir masuk rumah sakit atas tindakan lo waktu di kelas," ujar Mimi dengan bibir bergetar, Mimi tersenyum, tangannya terulur mengusap pipi adiknya itu.

Adik kecilnya yang dulu dia banggakan, adik kecilnya yang dulu dia selalu jaga, kini sudah besar dan tahu urusannya. Mimi merasa bersalah pernah memihak egonya sendiri.

Gallins tersenyum miris ketik melihat kakaknya yang kacau, apa yang di pikirkan kakaknya sehingga dia sefrustasi ini, "Gue gak bakal benci kakak gue, gue minta maaf sama lo atas kejadian waktu lalu" ucap Gallins penuh maaf, tidak di pungkiri dia pun merasa bersalah kepada sang kakak.

Yah, siapa yang tidak sangka, Gallins dan Mimi adalah satu darah, adik kakak yang terbilang tidak harmonis. Namun kini mereka mengungkapkan rasa sayang mereka untuk masing-masing.

"Gue keluar dari Tigger dan milih sekolah di sekolahan lain karena gue gak mau nyakitin Diva lebih dalam lagi, cukup saat SMP. Pikiran labil gue buat rusakin dia," ungkap Gallins kepada kakanya.

"Tapi gue nyakitin dia lagi, kak," ucapnya menunduk, Mimi mengusap kepala adiknya itu lalu memeluknya sayang.

"Gue bakal kasih kesaksian itu, gue cinta sama Sevan, tapi rasa cinta gue buat dia malah buat hubungan gue sama Sevan makin jauh," bisik Mimi nyalang.

Kedua kakak beradik itu berpelukan erat menyalurkan kerinduan yang pernah putus, Gallins menghilang bukan tanpa alasan, dia diam-diam menghilang menguak rahasia kakaknya sendiri yang selalu di sembunyikan atas ketidak pastian kakaknya yang tidak mau memberi kesaksian saat di persidangan Nadia dulu.

ARDIVA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang