Kelas ujung kiri lantai dua.
Seorang gadis tengah termenung, matanya menatap kosong kearah luar. Melihat sinar senja yang sebentar lagi mulai hilang. Kelas kosong itu menjadi tempat ia sering merenung sebentar. Sejenak melepas penat selesai melakukan kegiatan pembelajaran sehari harinya.
Selang beberapa menit gadis itu merenung, gadis lain yang melihatnya termenung pun berniat mengagetkan gadis itu, sehingga ia berteriak kecil "Woy! Pulang gak? Kelas udah sepi banget nih!"
Benar saja, gadis itupun terkejut karena teriakan yang baru saja ia dengar dari depan pintu kelasnya. Dia memutuskan untuk segera membereskan alat tulisnya.
Febi Komaril, gadis pendiam berusia 17 tahun dengan sejuta misteri yang hanya dirinya seorang yang mengetahuinya itu segera membereskan alat tulisnya. Sementara gadis lain yang tadi mengagetkannya masih setia berdiri di depan kelas.
"Udah mau jam 6 sore. Lo masih aja disini dah. Kalo kesambet kagak bakal ada yang nolongin lu dah" Omelnya terus.
Febi tak terlalu peduli. Ia hanya berusaha untuk terlihat biasa. "Balik dulu ya Dey" Pamitnya pada Dey. Febi segera berlari kecil ke sudut lain sekolah dan berbelok ke arah tangga.
Dey berdecak kesal."Gue ngarti sekarang napa tuh anak kagak punya temen lain. Haaaahhhhhh" Gerutunya sambil berjalan pergi meninggalkan kelas.
Dey terus menerus menggerutu sambil menendang-nendang kecil batu atau apapun yang ada di depannya. "Ngapasih tu anak diem diem mulu, padahal mau diajakin bareng juga" Tanpa sadar dirinya menendang gelas plastik kecil yang sialnya mengenai kepala Febi.
"Aduh" Febi melirik dan melihat sebuah gelas plastik yang baru saja mengenai kepalanya. "Siapasih ngelempar lempar ginian?" Mata Febi memicing lalu berdecak kesal ketika ia melihat Dey yang kaget dan mematung.
Febi mengambil gelas plastik tersebut dan mendekati Dey "Ini, lo yg lempar?" Tanya Febi sambil memperlihatkan gelas plastik tadi.
"Eh maap maap, kaga sengaja gue" Jawab Dey panik. "Eh tapi lo gapapa kan? Hehe" Lanjut Dey berhati-hati.
Tidak ada kata yang keluar dari mulut Febi. Febi menghela napasnya. Ia menggelengkan kepalanya memberi jawaban atas pertanyaan Dey. Kemudian ia memilih untuk melanjutkan jalannya meninggalkan Dey kembali.
"Ini pasti ada hubungannya ama Rifa kan?" Ucap Dey setengah berteriak.
Febi yang merasa tidak asing dengan nama yang Dey sebutkan itu menghentikan langkahnya dan kemudian berbalik.
"Maksud lu apa ya? Kenapa jadi Rifa yang dibawa-bawa?" Sewot Febi sambil setengah berlari menghampiri Dey.
"Ma-masa lo ga sadar sih Feb. Lo tuh berubah ya semenjak Rifa pindah sekolah. Dan bukan gue doang yang bilang gini!!! Tapi anak-anak di kelas juga ikut ngomongin lo.." Dey mencoba menjabarkan apa yang ada di benaknya.
Meskipun ada perasaan takut kalau Febi tersinggung dengan kata-katanya. Namun setelah dipikir, bukankah kawan yang baik adalah kawan yang mampu berkata jujur di depan kawannya sendiri?
"Emangnya keliatan ya?" Kali ini gestur Febi lebih lembut dibanding dengan sebelumnya.
Merasa Febi sudah mulai bisa terbuka, Dey terlihat lebih antusias membantu kawannya ini.
"Iyaa Bi, iyaaa. Gue tau lo anaknya emang pendiem dan introvert. Tapi ga kayak sekarang. Kalo sekarang tuh lo malah kayak orang yang hidup segan mati gamau. Bawaannya sedih mulu kayak gada semangat-semangatnya..."
"Jadi lo mau tau ada apa antara gue ama Rifa?" Lirihnya, Wajah Febi kian mendekat ke arah Dey.
Dengan sedikit mendongak, tampak Dey antusias menunggu jawaban dari Febi. Telihat dari matanya yang berbinar dan kepalanya yang tak henti mengangguk sumringah.
Cup...
Satu kecupan lembut mendarat tepat di bibir Dey.
"Itu jawabannya..." Jawab Febi yang kemudian pergi perlahan, melanjutkan perjalanannya.
Sementara Dey hanya bisa diam dan mematung sambil terus mencerna apa yang telah terjadi.
"First kiss gue" Batin Dey saat memegang bibirnya, serasa tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Tbc.
Hehehehe..
Bertemu lagi di FF baru. Karena kebetulan diajakin bersekutu dengan para iblis ambivalent46 FlitchySn0wJadi hadirlah FF ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenyataan yang Telah Ternoda
Fanfiction[18+] Febi, gadis SMA dengan sejuta misteri yang sangat dekat dengan Rifa. Teman teman mereka bahkan menjuluki mereka layaknya seperti pasangan. Karena keduanya selalu bersama bahkan terkadang terlihat mesra. Senyuman Febi hampir tak pernah hilang k...