32

2.5K 75 8
                                    

Keduanya kini tengah berada di sofa ruang tamu. Dey yang senantiasa memakan cemilan dan Febi yang tengah bersandar nyaman di paha Dey.

"Besok hari apa Dey?"

"Senin"

"Nah iya. Ada apaa??"

"Upacara"

"Hmmm. Klo gitu besok senin tanggal berapa?"

"Tanggal 3"

"Ada apa tuh 3 Februari?" Dey mengangkat bahunya pura pura tak tahu. Ia kembali melanjutkan memakan cemilannya sambil matanya menatap televisi yang tengah menyala itu.

Febi cemberut, dirinya memutuskan bangkit dari paha Dey. Berniat berjalan pergi ke arah luar. "Mau kemana?"

"Ke luar. Kenapa Dey??? Inget sesuatu ya?"

"Oh. Engga apa apa" Febi yang semula bersemangat kembali itupun kembali lesu. Ia kembali melangkah pergi.

Langkahnya terhenti di depan pintu. Menatap gelapnya malam. Matanya menoleh melihat ke arah gerbang menanti kehadiran sang kakak. Febi merogoh sakunya, mengambil ponselnya berniat melakukan panggilan.

Tutt....
Tutt....
"Halo?"

"Kak Viny kapan pulang?"

"Aduhhh maaf banget ya Bi... Kakak baru pulang besok sore. Maaf yaaa"

"Kak...."

"Maaf"

Febi langsung memutus panggilan itu. Ia bersandar pada pintu, ia mendudukan dirinya melihat ke langit malam.

"Bii" Panggil seseorang membuat Febi menoleh. Dey tengah tersenyum. "Udah gausah cengeng. Besok ulang tahun!"

Seketika senyuman Febi mengembang, ia bangkit memeluk tubuh Dey erat. Dey tersenyum dalam dekapan Febi.

Dey melepaskan pelukan mereka, menatap kedua bola mata Febi dan memegang kedua pipi Febi.

"Gausah cengeng, sebentar lagi ulang tahun" Ucap Dey lagi.

Febi mengangguk, ia menatap Dey dan memainkan pipi Dey untuk sedikit menghiburnya.

"Biiii" Teriak Dey tak terima.

Febi hanya tertawa kecil melihat kekasihnya tersebut. Febi lalu menutup pintu dan membawa Dey kembali ke sofa.

Dey sesekali mencuri pandang melihat wajah Febi, ia masih melihat ada rasa khawatir dari Febi, Dey tahu Febi mengkhawatirkan kakaknya, apakah benar tidak akan datang di hari spesialnya tersebut.

Febi kembali merebahkan dirinya di paha Dey, dari situ Dey bisa melihat wajah bete dari Febi yang sedang mengotak atik ponsel pintarnya, Dey yang melihat wajah Febi tersebut hanya tersenyum tipis.

******

"Kamu kenapa sih kok gelisah gitu?" Ucap Dey yang tengah berbaring di ranjang bersama Febi di sebelahnya.

"Kak Viny ga jadi pulang hari ini" Ucap Febi.

"Ya kan besok sore pulang, lagipula kak Viny juga dah ngasih kabar ke kamu" Tutur Dey yang mencoba menenangkan Febi yang terlihat begitu cemas.

"Dah ya sekarang tidur, gausah mikirin yang macem" Lanjut Dey yang kemudian memeluk Febi dari samping. Febi pun mencium kening Dey, kemudian terlelap.

Sekitar pukul 2 pagi, Febi terbangun dari tidurnya. Ia tidak menemukan Dey yang tadi tertidur di sebelahnya.

"Dey? Kamu di kamar mandi?" Panggil Febi yang kini terduduk di ranjang.
"Dey?" Kali ini dengan suara yang lebih keras.

Tak mendapatkan jawaban, kini Febi bangkit dari kasurnya. Kemudian membuka pintu kamar mandi dan tidak ada siapa pun di dalamnya. Febi pun beranjak menuju kamar Dey, lagi-lagi tak ada siapapun.

Kenyataan yang Telah TernodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang