Dari kejauhan keduanya melihat Chika berjalan sembari memainkan kunci mobilnya. "Lah lo berdua belom balik?"
"Anterin donk Chik" Ucap keduanya penuh. Chika memutar bola matanya malas. "Yaudah lo berdua tunggu di depan"
Keduanya bersorak senang. Chika segera berlari kecil menuju mobilnya yang tak jauh dari area sekolahan.
"Tunggu. Ngapain Chika belom balik?"
"Jangan jangan?" Vivi dan Febi saling pandang dengan wajah ketakutan.
"Semoga engga ya Bi..." Vivi berbisik.
Febi hanya menjawabnya dengan anggukan pelan.Beberapa menit kemudian Chika datang dengan mobilnya.
"Ayo" Ajak Chika.Febi naik ke mobil Chika terlebih dulu, disusul dengan Vivi yang masih lemah. "Lo kenapa Vi?" Tanya Chika.
"Ngga, gapapa kok gw" Ucap Vivi lemah.
Tak ada obrolan di antara mereka bertiga, Chika fokus menyetir dan Febi memeluk Vivi dan menaruh kepala Vivi di bahunya, membiarkan Vivi beristirahat. Chika sesekali melirik kaca spion untuk melihat apa yang kedua temannya lakukan.
"Bi..." Panggil Chika tanpa melirik ke arah Febi.
"Iya Chik?" Jawab Febi. "Engg.... Gapapadeh" Ucap Chika.
Suasana kembali hening, tak ada lagi obrolan antara mereka bertiga. Beberapa menit kemudian sampailah mereka di depan rumah Febi.
"Vivi bareng lo?" Tanya Chika.
"Iya Chik, dia kecapean liat tuh tidur gitu" Ucap Febi sambil menguyel pipi Vivi.
Vivi yang terganggu karena pipinya dimainkan Febi tersebut terbangun, "E-eh udah sampe ya?" Tanya Vivi.
"Kebo lo" Ejek Febi.
Vivi tidak menjawab ejekan Febi, ia lebih memilih untuk membenarkan rambutnya yang terlihat berantakan tersebut.
"Makasih ya Chik udah dianterin" Ucap Febi.
"Makasih yaaa Yessikuy!" Ucap Vivi.
Chika hanya mengangguk kepada mereka berdua, Febi dan Vivi pun melambaikan tangan kepada Chika yang mulai meninggalkan rumah Febi tersebut.
"Hadeh... Ada-Ada aja mereka, coba sekolahan masih ada orang, kalo kegep gimana mereka" Monolog Chika.
*****
Hari yang dinantikan pun telah tiba, hari dimana turnamen mini ini akan dimulai. 3 sekolah yang berasal dari yayasan pendidikan kerja sama jepang dan indonesia, dan 1 lagi adalah sekolah undangan yang selalu berganti setiap tahunnya. 3 sekolah yang dimaksud adalah Indo-Japan International Highschool, SMK Tunas Gadis, dan Akademi Bunga Matahari, yaitu sekolah Febi dan Vivi. Sementara sekolah undangannya adalah SMA 48. Turnamen ini sendiri berjalan dengan sistem roundrobin, dimana setiap tim akan saling bertemu. 2 poin untuk tim yang menang, dan 0 untuk yang kalah. 2 tim teratas nantinya akan memperbutkan piala bergilir dari turnamen ini.
Tahun lalu Akademi Bunga Matahari berhasil menjadi juaranya. Dimana para senior mereka berhasil mengalahkan lawan-lawannya. Salah satu senior yang paling diingat adalah Jessica Veranda, yang merupakan pemain Timnas U19.
Pertandingan pertama hari ini akan melawan SMA 48. Bisa dibilang lawan kali ini cukup sulit, apalagi mereka adalah juara turnamen kota pada awal tahun 2019 ini. Coach Elaine sendiri menurunkan formasi terkuatnya.
Pada quarter pertama Akademi Bunga Matahari berhasil menahan serangan bertubi-tubi SMA48. Dengan menggunakan strategi bertahan, dan diselesaikan dengan fastbreak yang cepat membuat tim lawan menjadi kesulitan.
Tanpa perlawanan yang berarti akhirnya dominasi Akademi Bunga Matahari pun tidak tertahankan lagi. Akhirnya mereka dapat memetik kemenangan pertama dengan skor cukup telak 53-26.
Beberapa anak kelas 2 dan 1 pun diberikan kesempatan main untuk menambah jam terbang mereka. Terutama Nanda, bagaimanapun ia merupakan salah satu suksesor Chika sebagai kapten dari Tim ini.
Bahkan saking percaya dengan kemampuan Nanda, ia diberikan kesempatan oleh coach Elaine untuk memimpin para kelas 3, termasuk Febi dan Vivi. Nanda pun tidak mengecewakan. Meski sempat melakukan error karena gugup, namun ia berhasil mengalahkan keraguan dari orang-orang yang meremehkannya. Dibawah komando Nanda Akademi Bunga Matahari berhasil meraih poin melalui serangan Fastbreak yang ia mulai sendiri, dengan tingkat kesuksesan 80% dari 6 kali percobaan.
Tak terasa game pertama sudah usai. Kemenangan hebat diraih oleh Akademi Bunga Matahari. Febi tersenyum senang, ia melihat kawan kawannya berada di stadion. Ia berpaling menatap Vivi yang tengah tersenyum juga ke arah bangku penonton, sampai akhirnya kedua pasang mata mereka bertemu. Keduanya saling melempar senyuman bahagia. "Masih ada 1 pertandingan lagi hari ini" Febi mengangguk.
Para pemain segera meninggalkan lapangan. Febi yang berniat mendekati Vivi tertahan karena Chika tiba tiba saja datang memeluknya. "Keren bgt loo Bii"
"Iya iya bawell. Tapi ntar gw main quarter 3 sama 4 aja ya"
"Eh kenapa lo?" Febi menggeleng. Ia berlari meninggalkan Chika. Matanya kesana kemari mencari keberadaan Vivi.
Tak jauh dari tempatnya berdiri Vivi tengah duduk meminum air sembari mengobrol kecil dengan Jessi.
"Vi. Ikut gw yuk"
"Kemana?"
"Udah ikut aja ayuk" Febi menarik tangan Vivi pergi dari ruang ganti. Chika yang melihat keduanya hanya memutar bola matanya malas. "Kenapa pas gini banget dah"
Febi terus menarik Vivi mencari tempat yang cukup sepi. Hingga sampailah keduanya di tempat teratas dari tribun penonton. "Lu mau nyuruh gw nonton?"
Febi menggeleng. Ia menunduk. "Gw- hmmm gimana ya ngomongnya. Lo jangan marah ya?" Ucapnya sedikit takut.
Vivi hanya berdiri berusaha mendengarkan apa yang akan Febi ucapkan.
"Gw-gw suka sama lo.. Lo mau jadi pacar gw gak Vi?" Ucap Febi diiringi teriakan dari para penonton yang menonton pertandingan jauh di bawah sana. Vivi tertegun, ia diam. Wajahnya ia buang ke arah lain berusaha tak menatap wajah Febi yang tengah melihat ke arahnya itu.
Febi nekat mendekat ke arah Vivi. Ia menarik dagu Vivi agar menatap ke arahnya. Bibirnya ia dekatkan hingga kedua bibir mereka saling menempel. Hanya saling menempel. Vivi tak menolak. Ia hanya diam.
Febi sadar, ia tak mendapat jawaban apapun itu memilih untuk menarik diri. "Sorry. Gw ngerusak kesepakatan kedua kita" Ucapnya kemudian berbalik. Tapi langkahnya tiba tiba terhenti.
"Gw mau"
Febi berbalik. Berusaha meyakinkan apa yang baru saja ia dengar. Vivi mengangguk, ia mengangkat kelingkingnya. "Kenapa?"
Febi mengikutinya, ia mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Vivi. Vivi meniupnya, Febi pun mengikuti perlakuan Vivi. "Itu artinya kesepakatan kita dibatalin. Gw mau jadi pacar lo"
Riuh tepuk tangan penonton seakan mendukung keduanya. Wajah gembira Febi maupun Vivi terpampang jelas dari wajah keduanya. Kedua gadis itu sontak saling berpelukan menyalurkan perasaan bahagia satu sama lain. "Makasih" Kata kata yang terlontar dari bibir Febi.
"Makasih Vi" Ucapnya sekali lagi.
Tbc
Mau insert foto tapi tidak bisa bisa dari beberapa jam lalu
Jadi yasudahlah..
Tanpa foto 😓😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenyataan yang Telah Ternoda
Fanfic[18+] Febi, gadis SMA dengan sejuta misteri yang sangat dekat dengan Rifa. Teman teman mereka bahkan menjuluki mereka layaknya seperti pasangan. Karena keduanya selalu bersama bahkan terkadang terlihat mesra. Senyuman Febi hampir tak pernah hilang k...