28

2.8K 91 8
                                    

Kepalanya tiba tiba diangkat oleh Mira. Bibir Mira mendekat mencium lembut bibir Jesslyn.

Aneh...
Jesslyn hanya diam mengikuti permainan Mira tanpa berniat sedikitpun untuk menolak. Jesslyn menutup matanya menikmati permainan Mira tersebut.

Melihat tidak adanya perlawanan dari Jesslyn, Mira bergerak untuk sedikit menindih Jesslyn untuk melancarkan permainannya, ia memeluk leher Jesslyn dan memperdalam ciumannya.

"Hhmmmpphhhh" Desah Jesslyn ketika merasakan ada lidah yang menerobos masuk ke dalam mulutnya, mengabsen setiap detil giginya dan mengaitkan lidahnya.

Mira mulai melepas jaket yang dikenakan Jesslyn, menyisakan baju tipis yang dikenakan Jesslyn.

"Hgggmmmpphhh" Mira semakin mendalami ciumannya, lidahnya ia pertemukan dengan lidah Jesslyn, tak lupa Mira mengajak Jesslyn bertukar saliva.

Jesslyn yang mulai menikmati permainan dari Mira tersebut mulai mengikuti permainan dari Mira, ia meremas pantat Mira sebagai bukti perlawanan dari Jesslyn.

"Hmph!" Mira melotot merasakan remasan lembut pada pantatnya, lalu mencium bibir Jesslyn lebih dalam lagi, membiarkan Jesslyn menikmatinya.

"Dah dulu Mir, ini masih di ruang tamu. Gaenak. Kalo mereka liat" Tahan Jesslyn.

"Cih. Lagi enak, gue ga peduli" Ujar Mira yang mencoba mencium Jesslyn lagi.

"Mir, stop! Please. Ga disini" Lagi-lagi Jesslyn menahan Mira yang tampaknya sudah tidak bisa mengontrol nafsunya.
"Yaudah, kita ke atas" Mira menuntun tangan Jesslyn, menariknya perlahan menuju ke arah tangga.

Febi pun muncul dari balik pintu kamarnya. Terheran-heran karena melihat Mira dan Jesslyn nampak terburu-buru menuju kamarnya. Bahkan mereka berdua tidak menyadari bahwa Febi memperhatikan keduanya saat masuk ke dalam kamar. Perlahan Febi mendekatkan telinganya di pintu kamar tersebut. Ia pun terkejut mendengar suara-suara yang tak asing menurutnya. Suara desahan dan rintihan yang sering sekali ia dengar ketika sedang bercinta.

Sementara itu di dalam kamar.

"Mir, mmmhpp. Pelan~ pelaaaaanhhh dong" Ucap Jesslyn tersengal-sengal karena menahan ciuman Mira yang datang bertubi-tubi.

"Gue ga peduli Je. Gue lagi pengen. Lo kalo ga mau cukup diem aja. Ikutin yang gue suruh" Perintah Mira.

Mira mendorong Jesslyn ke atas ranjang, mulai melepaskan bajunya sendiri. Hanya bra berenda warna kuning yang masih menempel di tubuhnya. Dengan sedikit paksaan pun Mira berhasil melepaskan kaos bergambar kucing yang digunakan oleh Jesslyn.

Kini ciuman Mira pun mendarat di leher jenjang milik Jesslyn.

Jesslyn masih berusaha menolak. Tapi tubuhnya tak bisa bergerak sama sekali. Mira yang menimpa tubuh Jesslyn itu benar benar menguasai permainan, tubuh Jesslyn seakan bagai boneka yang bergerak sesuai perintah si empunya.

Matanya terpejam menerima serangan demi serangan yang dilakukan Mira. Mira mengendorkan serangannya, ia menjauh sedikit berusaha mengatur napasnya. Wajah sayu Jesslyn dengan napas yang terengah engah menjadi booster tersendiri bagi Mira.

Mira melirik sekilas ke arah tasnya, lalu mengambilnya. Ia merogoh tasnya hingga menemukan ikat rambut miliknya. "Lo ngapain?" Tanya Jesslyn heran.

"Jangan keburu buru gitu lah. Rambut gw ganggu" Ia melemparkan kembali tasnya.

Mira mengikat rambutnya membuat lehernya yang putih itu nampak jelas di mata Jesslyn. Jesslyn meneguk ludahnya dengan susah payah.

Seusai mengikat rambutnya, Mira kembali mendekatkan wajahnya di wajah Jesslyn. Mencium lembut bibir itu bertukar saliva satu sama lain. Jesslyn yang lebih mengerti dari sebelumnya pun tak kalah bermain dengan Mira.

Kenyataan yang Telah TernodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang