Pagi hari di sekolah,
Dey terdiam melihat Vivi yang lagi lagi menghalangi jalannya keluar dari kamar mandi. Dey memejamkan matanya mengumpulkan keberanian."Gw mau keluar Vi" Ucapnya tegas.
Vivi tersenyum miring. "Udah berani?" Dey mendengus. "Lo ngapain? Masih mau nyuruh gw jauhin Febi? Sia sia Vi"
"Hm?"
"Gw ga akan jauhin dia. Dia juga gak bakal rela juga. Lebih baik lo cari yang lain"
"Lo kalo gatau apa apa soal gw sama Febi gausah nyuruh gw jauhin dia, Dey"
"Gw udah tau. Dia udah cerita semuanya, kejadian di kelas, kejadian turnamen bulan kemaren bahkan kejadian tahun baru kalian"
Gigi Vivi mendadak menggertak keras. Ia berjalan mendekat Dey. Dey memejamkan matanya takut. Tapi yang terjadi sangat diluar dugaan.
Vivi memeluk erat tubuh Dey. Dey tertegun karena Vivi tak hanya menariknya dalam pelukan tapi Vivi juga menangis.
"Hiks..." Vivi sedikit bergetar, ia menumpahkan semua kekesalannya dalam tangisan, Vivi mempererat pelukannya, Dey yang tidak mengerti ada apa itu membalas pelukan Vivi.
"V--Vi kok lu nangis?" Tanya Dey kemudian mengelus pundak Vivi.
Vivi hanya menggeleng, ia masih ingin menumpahkan tangisnya, Vivi membiarkan pelukan mereka berdua, Dey yang masih belum mengerti itu hanya bisa mengelus pundak Vivi pelan.Vivi pun melepas pelukannya. "Kantin dulu yuk, duduk biar aku ceritain semuanya" Ucap Vivi sambil mrnghapus air matanya.
Dey mengangguk dan berjalan menuju kantin bersama Vivi.
Sesampainya di kantin, Dey dan Vivi langsung mengambil tempat duduk di pojokan kantin. "Mas nasi goreng sama es teh" Ucap Dey.
"Kan mau cerita, kenapa pesen makan?" Tanya Vivi.
"Gapapa, laper" Jawab Dey singkat.
Beberapa menit kemudian, pesanan Dey yang telah ia pesan datang.
"Jadi gimana?" Tanya Dey setelah makanan yang ia pesan telah datang."Jadi gini...." Ucap Vivi serius menatap bola mata Dey.
FLASHBACK ON
Semua berawal pada awal tahun ini, tahun baru yang merubah hidup Vivi. Di awal tahun ini saja Vivi sudah merasakan indahnya jatuh cinta dan sakitnya ditinggalkan dalam waktu yang bersamaan. Di awal tahun baru ini pula Vivi bisa mengenal bentuk lain dari cinta.
Semenjak Febi memutuskan hubungan dengan Vivi, Vivi berubah menjadi sosok yang sangat berbeda. Tidak ada lagi senyum manis, tidak ada lagi keceriaan, tidak ada lagi banyolan-banyolan yang biasanya ia keluarkan jika dirinya merasa sedang bosan.
Kadang Vivi berpikir, jika saja waktu itu dia membiarkan Febi yang tengah menyendiri di rooftop, mungkin dia tidak akan terikat terlalu dalam, bahkan sampai membiarkan dirinya jatuh ke dalam pelukannya.
Vivi pun sadar, yang paling mengerti akan perasaanya saat ini adalah sahabatnya, sekaligus Kapten Basket yaitu Chika. Tanpa kata lelah, Chika selalu ada untuk Vivi disaat ia butuh tempat untuk bersandar. Inilah awal yang membuat Vivi dan Chika bisa menjadi begitu sangat akrab, bahkan sampai bisa melupakan Febi saat itu.
"Lo udah makan?" Vivi yang tengah duduk di kantin itu menoleh melihat Chika yang tiba tiba datang dan bertanya kepadanya.
Vivi menggeleng. "Gw bawa makan nih" Chika memperlihatkan bekal yang ia bawa.
Vivi bangkit. "Lo perhatian banget sama gw akhir akhir ini.. Kenapa? Karena gw putus? Karena gw lagi patah hati?"
Chika hanya memberikan senyumnya sambil membuka bekal yang ia bawa. "Udah diem" Chika menyendokkan makanan bekalnya lalu menyuapkannya ke mulut Vivi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenyataan yang Telah Ternoda
Fanfiction[18+] Febi, gadis SMA dengan sejuta misteri yang sangat dekat dengan Rifa. Teman teman mereka bahkan menjuluki mereka layaknya seperti pasangan. Karena keduanya selalu bersama bahkan terkadang terlihat mesra. Senyuman Febi hampir tak pernah hilang k...