14 - Pamit

1.3K 244 29
                                    

Play | Tulus - Pamit |

Dari sekian banyak cowok yang ada di dunia ini, mengapa harus dia?

Apakah dunia sesempit ini?

* * *

"Woy!" Zira menepuk kedua bahu cowok di hadapannya.

"Gila! couple goals dateng juga ke sini," ujar Kenny dengan mata yang berbinar.

"Bacot." Melvin langsung menarik tangan Zira dan menjauhi mereka berdua.

"Inget dia anak orang! Jangan posesif!" seru Raihan yang diakhiri gelak tawa mereka berdua.

Melvin mencari tempat duduk yang tak jauh di belakang Gino dan Maudi. Sampai saat ini dua orang itu belum menyadari keberadaan mereka berdua dan jangan sampai itu terjadi.

Zira dari tadi masih asik mengunyah rainbows cake yang cewek itu bawa dari stand cake.

"Mel." Si pemilik nama menoleh dan mengangkat alisnya.

"Mantan lo udah jadian lagi tuh sama si Gino," bisik Zira.

"Bodo amat." Melvin memalingkan wajah ke arah lain tampak cuek, meskipun hatinya terasa teriris melihat mereka berdua.

Tak lama kemudian, acara itu dimulai dan pemilik perusahaan beserta istrinya naik ke atas panggung yang langsung menyita beberapa pasang mata.

Zira bergeming melihat dua orang itu, terlebih saat mereka memperkenalkan diri mereka masing-masing.

Irwan Reno Mahesa dan Fitri Winaya.

Tak salah lagi. Mereka benar-benar kedua orang tua Thuska.

Zira celingak-celinguk memperhatikan sekitarnya, ia yakin sahabat kecilnya itu ada di sini. Mana mungkin anak pemilik perusahaan itu tak hadir di acara sebesar ini.

Tapi dimana Thuska?

Setelah menyampaikan pidato pembukaan, Irwan memanggil anak tunggalnya yang nantinya akan menggantikan dirinya kelak.

Zira menggigit bawah bibirnya menunggu seseorang naik ke atas panggung. Ia sudah mati penasaran dengan rupa anak mereka.

Napas Zira tercekat, jantungnya berpacu sangat cepat, keringat dingin bercucuran di sekitar pelipisnya. Zira reflek berdiri ketika melihat seorang cowok dengan balutan jas biru dongker sedang berjalan santai menaiki panggung.

Untuk sesaat waktu terasa terhenti, Zira menatap gamang cowok yang sedang berdiri di depan podium. Napas Zira tercekat, jantungnya berpacu sangat cepat, keringat dingin bercucuran di sekitar pelipisnya. Tanpa sadar ia telah berdiri dari duduknya.

Cowok itu benar anaknya Irwan dan Fitri?

Cowok itu anak tunggal?

Zira menggelengkan kepalanya, lalu melangkahkan kakinya keluar dari gedung dengan perasaan yang bercampur aduk. Terkejut, benci, kecewa, marah, rindu. Entahlah semua itu bergejolak di benaknya.

"Zira." Melvin akhirnya berhasil meraih tangan cewek itu.

Melvin dapat melihat kedua mata cewek itu memerah, menahan tangis.

"Lo kenapa?" tanya Melvin.

"Mobil lo dimana?" tanya balik Zira dengan suara yang purau.

Melvin menuntun cewek itu ke tempat mobilnya terparkir, ia memutuskan untuk pulang. Sepertinya cewek itu tak betah berada di sana.

CLASSIC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang