Play | NOAH - Kau udara bagiku |
Benar.
Di dunia ini tak ada yang namanya kebetulan, semua yang terjadi di bumi ini sudah menjadi ketentuan sang pencipta.
* * *
"Zira Dimitri Alzura!"
Dengan malas Zira membalikkan badannya menghadap wakasek kesiswaan yang terkenal sadis, Bu Rina.
"Seminggu diskor gak ngebuat kamu kapok ya?" tanya Bu Rina ketus.
"Ibu kangen kan sama saya? Jelas kangen lah, seminggu gak teriak-teriak manggil nama saya. Bener gak bu?" ujar Zira cengengesan.
"Zira! Ke lapang upacara sekarang juga!"
"Lah saya salah apa lagi bu? Pin ada, sabuk ada, kaos kaki putih 15 cm dari atas mata kaki, rambut udah warna hitam, baju rapi kok." Zira memeriksa antribut sekolah yang melekat di setiap inci tubuhnya.
Zira melirik jam yang ada di dinding kanannya. "Saya gak terlambat, Bu. Malah ada waktu 5 menit lagi sebelum bel bunyi."
"Kamu bolos kemarin," ujar Bu Rina datar.
Zira tersenyum kikuk. "Aduh, Bu, tapi kemarin itu saya-"
"Gak ada tapi-tapi! Ke lapang sekarang juga!"
Zira mendengus kesal, lalu berjalan dengan gontai menuju lapang outdoor yang mulai panas.
Dari awal, Zira menyesal masuk sekolah favorit ini. Benar-benar menyesal. Terlalu banyak aturan di sekolah ini. Bahkan jika bolos, tak hanya nilai akademik yang terancam, tapi juga dihukum di tengah lapang esok harinya.
Kuno sekali. Apa-apa hukum.
"Hormat ke tiang bendera!" seru Bu Rina dari pinggir lapang.
"Bu hormatnya dari sini aja," pinta Zira yang sedang ada di bawah pohon dekat tiang bendera.
"Zira Dimitri Alzura!"
"Algino Thuska Mahesa! Ke lapang kamu sekarang!" Bu Rina dan Zira sontak menoleh ke arah Bu Maggie -guru BK- yang berteriak tadi.
Jantung Zira serasa berhenti berdetak mendengar nama itu disebut dengan lantang. Ia menatap tanpa kedip cowok beranting hitam bulat yang sedang berjalan santai menuju tiang bendera.
Tangan Zira ditarik oleh Bu Rina menuju tiang bendera, lalu menempatkannya di samping Gino.
"Kalian hormat sampai bel istirahat pertama," ujar Bu Maggie.
"Gila kelamaan itu! Keburu mateng, Bu!" protes Gino tak terima.
"Jangan protes! Mau Ibu tambah sampai jam istirahat kedua?" tanya Bu Rina galak.
Zira hanya diam, sambil menempatkan jari tangan kanannya di ujung alis, hormat ke tiang bendera.
"Lo tumben gak protes," ujar Gino menatap Zira dari samping.
"Jangan ngomong kamu Gino! Cepet hormat!" sentak Bu Maggie.
Gino mendegus kesal, mulai hormat ke tiang bendera. Hari ini ia benar-benar sial, bangun kesiangan dan harus berjemur di tengah lapang.
Ia sendiri sering merasa heran, mengapa cuma hanya dirinya dan cewek bar-bar di sampingnya yang selalu dihukum bareng. Hanya berdua. Ingat berdua.
Setertib itu kah anak-anak SMA Taruna?
Sehingga hanya sejoli itu-itu terus yang berlangganan kena hukum.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASSIC [END]
Teen FictionHaha. Satu kata itu mampu mewakili bagaimana konyolnya hidup ini. Semesta selalu saja memberikan kejutan. Di kehidupan yang penuh drama ini, kita dituntut untuk pandai berakting. Seperti sekarang... Kejutan besar dan sangat klasik sedang menimp...