Play | BLACKPINK - How You Like That |
"Jangan jutek-jutek, nanti gue sayang."
* * *
Tatapan kagum tersirat dari kedua bola mata beriris biru itu. Zira tak tahu lagi harus berkata apa ketika menatap cowok yang sedang duduk di motor Harley Davidson.
Ia hanya bisa mengakui bahwa cowok itu tampan.
Kaus hitam dengan balutan jaket bomber melekat di tubuh cowok itu, rambut dengan dengan jambul badai yang berantakan membuat kharisma cowok itu meningkat. Dari radius beberapa meter pun wangi mint dari cowok itu tercium kuat.
Madera House seperti akan diserang oleh segerombolan cowok pemilik motor besar yang terparkir di depan gedung. Malam ini Gino membawa pasukannya.
Zira yang masih setia menunggu kedua sahabatnya merasa kikuk ketika cowok-cowok berbadan tegap itu melewatinya. Bukannya ia takut, ia malah bisa saja menantang mereka adu jotos. Baru kali ini ia melihat anak-anak geng akan mengikuti bimbingan.
Setelah beberapa cowok itu berlalu, sekarang giliran ketua dari mereka yang melewatinya.
Zira yang sedang duduk di kursi mini kayu itu terpelonjak kaget ketika Gino tiba-tiba jongkok di hadapannya. Cowok itu mendongakkan kepalanya, menatap Zira.
"Nunggu siapa?" tanya cowok itu.
"Kepo," balas Zira.
Gino mengalihkan tatapannya ke parkiran, matanya bergerak cepat seperti mencari sesuatu.
"Lo gak bawa motor?" tanya Gino saat matanya sama sekali tak menangkap keberadaan motor jadul cewek itu.
"Apa urusannya gue bawa atau enggak?" tanya balik Zira dengan ketus.
Gino tersenyum simpul, ia bangkit dari jongkoknya. "Jangan jutek-jutek, nanti gue sayang."
Setelah berhasil membuat pipi Zira merah, cowok itu berlalu begitu saja menaiki tangga yang berada tak jauh dari tempat mereka berbincang tadi.
"DHAR!" seru dua cewek dari belakang Zira.
Zira lagi-lagi terpelonjak kaget di tempatnya, ia membalikkan tubuhnya untuk melihat si pelaku yang telah membuat jantungnya semakin berdebar.
"Kaget, anjir." Zira memukul kedua punggung cewek itu.
Ghea dan Mauren tergelak, melihat wajah Zira yang sangat merah itu.
"Kaget banget, Ra? Sampai wajah lo merah gitu," sahut Mauren.
Zira mendengus kesal. Kedua cewek itu tak tahu bahwa yang membuat kedua pipi Zira bersemu itu bukan mereka.
"Di ruangan mana belajarnya?" tanya Ghea yang akhirnya bisa meredakan tawanya.
"Ruang F katanya." Zira berjalan mendekati tangga.
Di lantai satu hanya ada enam ruangan, di antaranya ruangan belajar A sampai ruangan belajar E dan satu office. Sedangkan di lantai dua ada delapan ruangan belajar F sampai ruangan belajar M, dan lantai tiga adalah rooftop- khusus untuk mereka yang memilih les privat. Di rooftop, tempat belajarnya lebih bagus dan estetik. Hingga harganya pun berbeda.
"Eh, Ra. Si Melvin katanya mau gabung sama kita, lo setuju gak?" tanya Ghea ketika mereka telah berada di ruang F.
"GAK!" seru Zira langsung.
Kedua cewek yang sedang menjelajahi ruangan itu tersentak kaget dan langsung menatap Zira.
"Why?" tanya Mauren.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASSIC [END]
Novela JuvenilHaha. Satu kata itu mampu mewakili bagaimana konyolnya hidup ini. Semesta selalu saja memberikan kejutan. Di kehidupan yang penuh drama ini, kita dituntut untuk pandai berakting. Seperti sekarang... Kejutan besar dan sangat klasik sedang menimp...