Play | Alan Walker & Ava Max - Alone Pt. II |
Gue cuma mau hidup bahagia, tanpa harus mengubah siapapun, termasuk diri gue sendiri.
* * *
"Ra!"
"Zira!"
Selama menaiki tangga, Melvin tak henti-hentinya memanggil nama cewek itu. Ia baru saja selesai latihan menembak bersama Kenny dan Raihan.
Pintu kamar ia buka perlahan. Hening. Tak ada tanda-tanda keberadaan Zira. Melvin berjalan, menyelusuri seluk-beluk kamar cewek itu.
"Si cewek sengklek kemana? Biasanya jam segini dia lagi drakoran," gumam Melvin yang merasa aneh ketika melihat sofa depan televisi kosong, biasanya ada seorang cewek yang heboh sambil teriak-teriak tak karuan menonton serial drama Korea.
Melvin memutuskan keluar kamar. Pertama, ia harus ke garasi. Jika motor jadul Zira tak ada, berati cewek itu sedang keluyuran.
"Motornya ada, pemiliknya kemana?"
Melvin merongoh ponsel di saku celananya, ia membuka salah satu aplikasi yang ia rancang sendiri.
Ia penasaran cewek itu di mana sekarang.
Satu titik berwarna biru muda terpampang di layar kaca ponselnya. Itu titik koordinat posisi Zira saat ini. Melvin akan tahu di mana pun Zira berada, selagi cewek itu membawa ponselnya.
Hari di mana ia menyembunyikan ponsel Zira, Melvin mengotak-atik ponsel itu sampai-sampai ia membongkarnya dan menempelkan sebuah chip kecil aktif untuk mengetahui keberadaan ponsel cewek itu.
"Oh lagi di tempat les ternyata." Melvin menaiki salah satu motornya. "Mari kita kepoin si cewek gesrek."
* * *
"Siapa yang nelpon?"
Zira membalikkan tubuhnya, kakinya terasa sangat lemas. Ia menatap Gino yang sedang menempelkan ponsel di telinga. Menunggu jawaban dari orang di seberang telpon.
Tanpa tahu orang yang sedang cowok itu hubungi ada di hadapannya langsung.
"Apaan sih lo! K-kepo!" Zira menolak panggilan itu, lalu menempelkan ponselnya di daun telinga. Berlagak seakan-akan ia menerima telepon.
"H-halo?" buru-buru Zira menuruni tangga, menjauhi Gino yang sedang menatap layar ponselnya yang mengeluarkan suara dari operator.
Zira lari terbirit-birit keluar gedung Madera House, sambil merutuki dirinya sendiri yang sering lupa untuk mensilent ponselnya. Ia mendekati salah satu pohon yang cukup jauh dari gedung itu, lalu membalas pesan dari cowok itu.
Adudu
Coco lagi sibuk, maaf ya.
Jangan lupa istirahat, ya. Good night ♥
Good night too ♡
Zira menghembuskan napasnya lega. Jika saja tadi di ruang belajar Zira tak langsung mengambil ponselnya, Gino pasti membaca pesan yang cowok itu kirim sendiri.
Jika tadi ia tak berlagak seakan-akan panggilan itu ia terima, pasti semuanya langsung terbongkar.
Zira terkekeh kecil, rasanya ia seperti bermain role player. Namun, ia mengetahui semua identitas lawan mainnya secara nyata. Sedangkan lawan mainnya belum.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASSIC [END]
Teen FictionHaha. Satu kata itu mampu mewakili bagaimana konyolnya hidup ini. Semesta selalu saja memberikan kejutan. Di kehidupan yang penuh drama ini, kita dituntut untuk pandai berakting. Seperti sekarang... Kejutan besar dan sangat klasik sedang menimp...