39 - Hancur

710 76 28
                                    

Bukan ldr-an beda perasaan yang menyakitkan. Ada yang lebih menyakitkan dari itu.

Ldr beda alam.

* * *

Ternyata mempunyai dua pacar itu tidaklah mudah. Rasa bimbang selalu menghantui Zira. Mata sembabnya menunjukkan betapa sakit perasaannya jika diungkapkan. Harta Melvin mungkin sebentar lagi bukan jadi miliknya. Padahal belum juga sepenuhnya ia memiliki harta itu, alias belum semua harta itu berganti jadi nama Zira.

Hati Zira terasa tertekan, ia belum puas. Cewek itu baru mendapatkan beberapa black card yang telah jadi miliknya, itu pun belum seberapa dari raupan harta keluarga Melvin. Ini semua karena Gino, pacar keduanya.

Ingin rasanya Zira marah-marah, tapi ia terlalu sayang dengan sahabat kecilnya itu. Yang hanya bisa Zira lakukan adalah berpasrah. Ia yakin Melvin tak akan semudah itu untuk melepaskan dirinya. Kebucinan Melvin terhadap Zira embuat cewek itu masih bisa berharap dan bertahan hingga kini.

Di pikirannya hanya berputar tentang harta dan tahta. Ia sedang ingin menyendiri memikirkan bagaimana harta Melvin segera beralih nama menjadi miliknya sepenuhnya. Zira tahu, Gino juga sama rich-nya dengan Melvin. Namun, mana mungkin ia bisa merebut itu, terlebih Gino sudah dicap sebagai pewaris sah Mahesa Corp.

Mata Zira menatap langit. Cuaca hari ini berbanding terbalik dengan perasaannya yang kelabu. Karena terik matahari belum pergi, ia malas untuk berpergian, lagipula ia juga tak tahu harus ke mana.

Jika biasanya sepulang sekolah dan weekend, ia pergi ke gedung perusahaan Hendra untuk magang. Tapi weekend kali ini, Zira sengaja datang ke halte sekolah sendiri. Dari bangku besi halte yang bercat biru muda, Zira menatap toko buku kecil yang ada di seberangnya.

Kilas balik kenangan ketika waktu awal-awal mereka tunangan terulang kembali, saat Zira tak membawa motor ke sekolah, ia diturunkan di depan toko buku kecil itu oleh Melvin. Saat itu mereka sangat menutupi status mereka, tak ingin siapa pun yang mengetahui hubungan konyol mereka.

Zira tersenyum tipis, berbanding terbalik dengan keadaan sekarang. Serba terbuka, orang yang Zira tak kenal saja sekarang mengenalinya. Keringat semakin bercucuran di tubuhnya, ia mengibas-ngibaskan cardigan panjang berwarna putih yang membalut baju casual hitamnya.

Zira take time to choose the boy who real she loves. Pasalnya, kedua cowok itu sama-sama menyukainya, menyayanginya, dan mencintainya. Stres memikirkan harta dan tahta, pikiran Zira jadi terlempar memikirkan dua cowok itu.

Baru saja ia hendak membuka cardigan putihnya, sebuah mobil van hitam berhenti tak jauh dari ia duduk. Zira menatap mobil yang menurutnya tak asing, ia pernah melihat mobil itu di garasi rumah Melvin.

Senyum lebar terukir, ia yakin di dalam mobil itu adalah Melvin. Cowok itu pasti menjemput dirinya karena tak kunjung datang ke gedung perusahaan.

Zira berdiri dari duduknya saat pintu van mobil hitam itu terbuka. Senyumannya menjadi aneh saat beberapa orang keluar dari mobil itu dengan topeng hitam yang menyamarkan wajah mereka. Satu langkah ke kanan Zira lakukan untuk persiapan kabur, jika mereka macam-macam.

Feeling-nya berkata ia harus kabur, tapi ada yang membisikan jika mereka orang-orang suruhan Melvin untuk menjemputnya.

Antara curiga dan penasaran bercampur. Apa yang sedang Melvin rencanakan?

Zira langsung melakah pergi saat melihat seringai aneh dari keempat wajah pria dewasa itu. Namun, langkah kaburnya tertahan saat salah satu dari pria itu berhasil menarik tangannya dari belakang. Tentu Zira memberontak karena tak kenal dengan mereka, ia menendang salah satu di antara mereka yang mencengkeram tangannya.

CLASSIC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang