59 - Rooftop

519 70 41
                                    

"Selanjutnya, dalam rangka program peningkatan penggunaan produk dalam negeri atau yang sering kita sebut P3DN, kami harapkan Lazuard Corp, Mahesa Corp serta produk yang kami resmikan dapat memberikan manfaat bagi perekonomian nasional, memacu bid...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selanjutnya, dalam rangka program peningkatan penggunaan produk dalam negeri atau yang sering kita sebut P3DN, kami harapkan Lazuard Corp, Mahesa Corp serta produk yang kami resmikan dapat memberikan manfaat bagi perekonomian nasional, memacu bidang usaha sejenis untuk selalu melakukan inovasi, dan pengembangan teknologi." Suara wanita di samping Gino tersebar ke seluruh penjuru gedung, ditambah lagi keadaan yang lumayan senyap.

Samar-samar suara jepretan kamera, serta blitz yang tak pernah absen untuk menangkap sosok Zira dan Gino yang sedang meluncurkan produk baru mereka.

Gino keasikan menatap wanita cantik di sampingnya. Setiap kata yang Zira katakan selalu berbobot, memersuasikan semua telinga dan mata agar mengarah kepada gadis itu. Senyum Gino terlihat bahkan sudah berkali-kali tertangkap basah kamera-kamera di depannya. Ia kagum dengan gadis itu, tak salah ia mencintai Zira.

Gino baru bisa mengerjapkan mata saat suara tepuk tangan beramai-ramai menyerang telinganya.

"Hebat sekali! Di umur yang sangat muda sudah bisa merancang produk. Ini generasi milenial yang patut kita contoh," ujar pembawa acara berkaca mata. Matanya berbinar memperhatikan Zira yang berpidato tadi.

"Boleh ditanya-tanya gak, nih?" tanya pembawa acara itu kepada sepasang insan yang menjadi sentral seluruh pasang mata.

Zira dan Gino tersenyum, keduanya mengangguk singkat.

"Bagi kalian yang ingin bertanya silakan mengangkat tangannya," kata pembawa acara itu, menghadap ke penonton. "Tapi sebelum itu, saya dulu deh yang mau tanya. Kalian ngerancang produk ini dari kapan?"

Zira dan Gino saling lirik, menentukan siapa yang akan menjawab.

"Dua tahun yang lalu," jawab Gino.

Pembawa acara itu mengangguk paham. "Kira-kira yang menggagas idenya siapa di antara kalian?"

Zira mengambil alih perhatian dan berkata, "Idenya kami yang tentuin, meski dulu sempat cek-cok masalah desain."

Satu tangan terangkat dari arah depan Zira dan Gino.

"Ya silakan." Pembawa acara itu mempersilakan orang yang mengangkat tangan kanannya untuk membuka suara.

"Apa saja kendala selama mengerjakan proyek itu?" tanya orang itu.

"Kendala yang sering terjadi, masalah time management. Kami berdua melakukan proyek ini saat masa-masa awal dan pertengahan kuliah," jawab Gino.

Satu tangan kembali teracung di udara. "Mengapa penerus asli dari Lazuard Corp tidak ikut serta dalam proyek ini?" tanyanya.

Zira mengukir senyum, ia senang ada yang menanyakan Melvin. Ia jadi tak sabar untuk mendekorasi rooftop rumah sakit untuk pertemuannya besok dengan Melvin.

"Melvin sedang study di luar kota. Jadi saya sebagai tunangannya yang mewakilinya," balas Zira dengan bangga. Ia paling bahagia mengumumkan bahwa ia adalah bagian terpenting dari hidup cowok itu.

CLASSIC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang