Terlalu Sayang 2

9.4K 216 3
                                    

Ra, aku mau bicara sesuatu tentang Bagas." Ucapku pelan, saat aku berada di rumah Rara. "Bagas?" Rara mengernyitkan kening heran. Dia menghentikan kegiatannya saat sedang mengerjakan tugas kuliah di depan laptop. Dia menatap ku sekilas setelah itu pandangannya kembali pada layar laptop "ada apa dengan Bagas?" tanyanya kembali.



"Kemarin aku lihat dia bersama seorang perempuan di restaurant." Jawabku tenang. Rara menutup laptopnya dan setelah itu kembali menatap ke arahku.


"Terus maksud kamu? Bagas selingkuh, gitu?" tanya Rara menaikan volume suaranya. "kamu tuh kenapa sih selalu memfitnah Bagas? Aku tahu Bagas, dia gak mungkin melakukan itu!" marah Rara.


"Ra, aku serius! Aku sayang sama kamu, aku gak mau dia nyakitin kamu." Belaku.


"jadi kamu cemburu sama Bagas? Makanya kamu selalu menjelek-jelekan tentang dia! Iya kan? Mending kamu pergi dari sini sekarang!" usirnya.


"Tapi, Ra.."


"Pergi aku bilang!" teriaknya. Marah.


"Maaf, Ra. Aku gak ada maksud.."



**


Saat ini aku berada di depan kampusnya Rara, aku ingin mengajaknya jalan, sekalian aku ingin meminta maaf padanya karna telah membuatnya marah.


"Ra, kita jalan, yuk? Udah lama kita gak jalan bareng." Ajakku saat aku sudah ada di hadapannya.


Rara diam, dia nampak sedang berpikir. "kamu masih marah sama aku? Aku minta maaf yah, Ra?" mohonku.


"Ya udah, aku maafin, tapi jangan di ulangi lagi yah?"


"iya," jawabku. Mengelus puncak kepalanya.


Biarlah semua tetap seperti ini. Aku akan mejaga dan mencintainya dengan caraku sendiri.


"Kita mau jalan kemana? Tanya Rara saat kita sudah sampai di dekat motor. "ikut aja, nanti juga kamu tahu." Jawabku sambil memakaikan helm pada Rara.


"Rara!"


Saat aku akan menghidupkan motor dan akan segera pergi, tiba tiba dari jauh terdengar ada yang memanggil Rara, membuat kita berdua menoleh. Dan ternyata itu Bagas.


"Sayang, aku nyari kamu dari tadi. Ternyata kamu di sini?" kata Bagas saat dia sudah berada di hadapan kami.


Rara yang sudah berada di atas motor langsung turun. "Bagas, kamu kok di sini? Tadi kamu bilang kamu gak bisa jemput?" heran Rara.


"Iya, sayang. Urusan aku sudah selesai, makanya aku ke sini. Ayo kita pergi, aku mau ngajak kamu ke suatu tempat." Ajak Bagas. Dengan matanya yang melirik Azam sinis.


"Maaf yah, Zam. Kita perginya lain kali aja, yah?" Rara merasa bersalah.


"iya, gak papa, kok, Ra. Santai aja." Jawabku tersenyum tipis padanya.


***


Drtt..drtt..drtt


Aku mengambil gawai yang ada di atas nakas yang berbunyi sejak tadi.


"Ya, dengan saya sendiri?" Heranku. "Iya terimakasih atas informasinya" kataku sebelum menutup telpon.


Dari dulu aku sangat menginginkan untuk bisa melanjutkan S2ku ke luar negri. Dan baru saja aku mendapat telpon kalau Beasiswaku di terima. Tapi sekarang aku benar benar bingung.


Aku merasa berat meninggalkan Rara bersama Bagas. Jika aku pergi siapa yang akan menjaga Rara?


"Azam!" panggil Rara tiba-tiba yang langsung masuk gitu aja ke dalam kamarku. Penampilannya begitu berantakan.


Dia langsung memelukku dan menangis. "Ra, kamu kenapa?" tanyaku. Tapi dia tidak menjawab, dan hanya menangis. Aku hanya bisa membiarkannya menangis, meluapkan semua kesedihan yang dia rasakan. Aku mengusap punggungnya guna menenangkannya.


"Ada apa?" tanyaku kembali saat dia sudah agak tenang.


Aku membawanya untuk duduk di kursi yang ada di kamar. "Aku melihat Bagas bersama perempuan lain, mereka terlihat begitu mesra." Tuturnya sambil terisak.


Dadaku terasa sakit melihat dia seperti itu. Aku tidak bisa melhat air matanya mengalir.


"Kamu jangan berpikir macam-macam, mungkin mereka hanya berteman."


"Tapi mereka begitu mesra" elaknya "kamu bener, Zam. Dia selingkuhin aku. Aku benci sama Bagas!" katanya kembali.


Entah aku harus senang atau sedih sekarang. Aku senang akhirnya Rara tahu siapa Bagas sebenarnya. Tapi aku juga sedih melihat dia terluka.


**


Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang