“Eh, ada Pak Arya tuh,” kata seorang perempuan yang ada di belakangku, pada temannya.Mereka berjalan sedikit cepat untuk menyusul Pak Arya. Dosen muda yang sangat famous di kampus terutama bagi kaum perempuan. Bukan hanya usianya yang masih muda, tapi parasnya pun sangatlah mempesona.
Banyak mahasiswi yang melakukan berbagai cara agar bisa dekat dengannya. Dari mulai bertanya soal materi kuliah, sampai hal-hal yang menurutku sangatlah tidak ada hubungannya dengan mata kuliah yang dia ajarkan.
Begitupun aku. Sebagai perempuan normal akupun sama seperti mahasiswi di sini, yang mengagumi sosok Dosen ganteng itu. Tapi aku cukup tahu diri, aku bukanlah apa-apa dibanding dengan semua perempuan disini.
Aku suka menyendiri, dan jarang berinteraksi dengan teman-teman kampusku, makanya mereka selalu bilang aku cewek aneh. Tapi aku tidak perduli, karna bagiku kesunyian bisa membuat pikiranku tenang.
**
“Alya, setelah ini kamu keruangan saya. Bantu saya memeriksa tugas teman-teman kamu,”
perintah pak Arya padaku, sebelum dia keluar ruangan.
“Iya, Pak.” Jawabku dan mengangguk pelan.
Setelah jam belajar selesai, aku pergi ke ruangannya pak Arya untuk membantunya. Memang selama beberapa bulan pak Arya mengajar di sini, aku ditunjuk untuk menjadi asistennya. Aku juga tidak tahu kenapa dia memilihku.
Selama ini aku berusaha sebisaku untuk jaga jarak darinya. Karena, aku merasa perasaanku padanya tidaklah wajar. Aku tidak boleh mencintainya. Aku sadar aku tidak pantas untuknya. Lagipula selama yang aku tahu, dia sudah mempunyai pacar, Namanya Sofia.
Sofia sering datang menemui Pak Arya di kampus, mereka selalu terlihat begitu dekat dan akrab.
Seperti saat ini, saat aku berada diruangannya, tiba-tiba Sofia sudah berdiri di ambang pintu.“Kamu lagi sibuk, gak?” tanya Sofia.
Pak Arya yang fokus pada layar laptop sejenak menghentikan aktivitasnya, dan menengok ke arah suara. “Nggak terlalu,” jawabnya sambil tersenyum.
“Temani aku ngopi, yuk.” pintanya pada Pak Arya. “Alya, kamu juga ikut, yah,” ajaknya padaku.
Akhirnya aku hanya bisa meng-iyakan ajakan Sofia. Karena, dia selalu tidak mau di bantah. Begitupun Pak Arya, sesibuk apapun dia di kampus, dia selalu meluangkan waktunya untuk Sofia.
‘Sofia beruntung banget punya pacar sebaik dia.’
Jujur rasanya aku ingin berlari sejauh mungkin dari mereka. Karena hatiku selalu sakit melihat kedekatan antara mereka. Aku selalu berusaha untuk membuang perasaanku padanya. Namun, nyatanya semakin hari aku semakin mencintainya.
“Alya, kamu sudah punya pacar?” tanya Sofia saat kita sudah ada di Café dekat kampus. Aku yang tengah membaca novel sambil menunggu pesanan datang menengok ke arah Sofia, dan menggeleng. “Belum,” jawabku singkat.
“Menurut kamu Arya gimana? Dia termasuk tipikal lelaki idaman kamu, gak?”
“Semua siswi di kampus menyukai Pak Arya. Kamu beruntung bisa menjadi pacarnya Pak Arya,” jawabku.
Sofia terkekeh mendengar jawabanku. Beruntung saat kami bicara Pak Arya tengah pergi ke toilet.
“Termasuk kamu?” tanya Sofia yang berhasil membuatku bungkam. Mana mungkin aku bilang kalau aku mencintai pacarnya.
***
Hari ini jadwalku dikampus sangatlah padat, ada beberapa mata kuliah, ditambah lagi aku harus bantu Pak Arya. Hingga sore hari aku baru selesai.
“Pak, aku pamit pulang dulu, yah. Semua tugasnya udah aku selesaikan,” kataku pada Pak Arya yang tengah fokus membaca sebuah dokumen.
Dia diam lalu mengalihkan pandangannya kearahku.
“Kamu tungggu sebentar, biar saya anterin kamu,” perintah Pak Arya.
Dia langsung membereskan beberapa berkas yang ada di mejanya, untuk di masukannya kedalam tas.
“Gak usah, Pak. Aku bisa pulang sendiri, kok.” Aku berusaha untuk menolak.
Dia menatap aku tajam seolah tidak ingin menerima penolakan.
“Ini perintah, Alya. Bukan tawaran.” jawab Pak Arya.
Dia menarik tanganku untuk ikut dia keluar dari ruangannya setelah dia selesai membereskan mejanya.
Aku berjalan dibelakangnya sambil menunduk. Karena, tangan Pak Arya tak lepas memegang tanganku. Beruntung suasana kampus tidak begitu ramai. Karena, sebagian mahasiswa mungkin sudah pulang. Hanya ada beberapa orang yang masih ada di sekitar kampus.
Aku merasa sangat risih, mereka menatapku dengan pandangan benci. Terutama para perempuan.
“Pak, bisa lepasin tangan aku, gak? Aku …”
“Kamu gak perlu mikirin pandangan orang lain terhadap kamu,” jawab Pak Arya. Dia seakan tahu apa yang aku pikirkan.
Aku memang takut jika semua perempuan di kampus membenci dan membully aku. Karena, aku jalan bersama dosen yang mereka kagumi, bahkan tanganku sampai digenggam erat olehnya.
Sepanjang perjalanan pulang kita hanya saling diam, Pak Arya fokus menyetir dan aku sesekali membuka notif di ponselku. Rasanya waktu berjalan begitu lambat. Aku ingin sekali cepat sampai rumah. Berdua dengan Pak Arya didalam mobil seperti ini membuat detak jantungku gak karuan. Walau aku sering berdua dengannya didalam ruangannya. Tapi, suasana saat ini sangatlah berbeda.
“Terimakasih, Pak.” ucapku setelah mobilnya sampai didepan rumahku. Tapi, sebelum aku membuka pintu mobil, tiba tiba tanganku dipegang pak Arya.
“Alya, tunggu.”
Akupun menoleh padanya. “iya, Pak. Ada apa?”
Pak Arya diam. Dia hanya menatap aku dalam. “Gak papa, kamu …” ucapannya terhenti, dia seperti sedang kebingungan.
Aku pun diam, hanya menunggu ucapan dia selanjutnya.
Pak Arya menarik nafas dalam sebelum melanjutkan ucapannya.
“Kamu mau gak, temani aku kesuatu tempat?”
“Kemana?”
“Nanti juga kamu tahu.”
Aku pun mengangguk pelan sebagai jawaban.
**
Hari ini setelah selesai dari kampus, pak Arya pun mengajak aku pergi kesuatu tempat yang aku sendiri belum tahu, aku mau dibawa kemana. Hingga akhirnya mobil pak Arya tiba di halaman sebuah rumah yang cukup besar. Dia mengajak aku untuk keluar dari mobil.
“Ini rumah siapa, pak? Kenapa kita kesini?” tanyaku heran.
“Ini rumahku. Aku mau memperkenalkanmu pada semua anggota keluargaku.”
“Kenapa? Aku kan bukan siapa-siapa untuk bapak?” cecarku yang masih bingung dengan ucapan pak Arya.
Selama ini aku tidak ada hubungan apapun dengannya. Bukankah yang harusnya dikenalkan Pak arya adalah Sofia, pacarnya?
“Al, kamu ingat gak, aku pernah bilang kalau hanya perempuan yang istimewa yang akan aku kenalkan pada keluargaku?” tanya Pak Arya. “Dan perempuan itu kamu.”
Aku tahu betul arti kata-katanya itu. Dia pernah bilang padaku Jika hanya perempuan yang berhasil menakhlukan hatinya yang akan dia kenalkan pada keluargaku sebagai calon istrinya.
“S..sofia?” tanyaku pelan.
Perasaanku begitu kacau saat ini. Aku bahagia karena ternyata dia mencintaiku. Tapi, disisi lain aku kepikiran Sofia. Perempuan yang selama ini dekat dengannya.
Disaat aku tengah mencerna semua yang terjadi padaku saat ini. Tiba-tiba dari dalam rumah terdengar suara teriakan seorang perempuan yang suaranya sangtlah tidak asing buatku.
“Abaang!”TheEnd
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story
Short Storyfollow dulu penulis nya Hanya berisi kisah Cinta. Ini random, ya. Cuma cerpen saja. Berikan dukungan nya kalau suka, jangan cuma di lihat dan di baca aja,,inikan bukan koran,,he,,he Kalau penasaran langsung baca, kalau gak penasaran, baca aja dulu...