Kurang lebih dalam seminggu sudah banyak yang Ella ketahui tentang sekolah maupun— Radja. Tetapi banyak juga yang tak Ella ketahui.
Aulia sudah memberi tahu tentang semua seperti, orang yang sering molor di kelas, yang paling pinter di kelas, paling ganteng, guru paling baik dan killer dan masih banyak lagi. Aulia sudah seperti sahabat dekat Ella, walau mereka baru mengenal seminggu saja. Pikiran Ella teringat akan Ira. Sejak telepon terakhir mereka tentang Radja, tak ada lagi yang mengirim pesan satu sama lain mungkin karena UTS sudah dekat, mereka harus mulai giat belajar. Entah mengapa Ella ingin menelpon Ira saat ini. Tetapi baru jari Ella ingin mencari nama Ira, perempuan tersebut telah terlebih dahulu menelponnya.
Lama-lama gue takut temenan sama lo, Ra. Lu punya indra perasa yang kuat! -batin Ella.
“Halo?”
“Kangen gue njir!”
“Guenya enggak.”
“Dih, tadi aja lu mau nelpon gue.”
“Ngapa lu bisa tau sih?”
“Ntahlah.”
Hening.
“Ekhem. Lo mau cerita atau gu—”
“Iya, gue mau cerita.”
Ella memposisikan badannya, siap mendengarkan curhatan sahabatnya.
“Kalau gue suka sama seseorang aneh gak?”
Ella mengerutkan alisnya.
“Ya kalau lo suka nya sama gue yang pasti itu aneh Ra.”
“Gue serius, Ella!”
“Lah emang gue tadi ngapain? Stand up comedy?”
“Gak asik deh lu.”
“Cie ngambek nie! Yaudah emang sama siapa?”
“Kak Bimo.”
“Tunggu, dia playboy kan?!Gak! Gak bakalan gue kasih lo pacaran sama dia!”
“Huh, iya sih tapi...”
“Ra dengerin gue ya? Lo pernah denger gak definisi goblok? Iya itu balikan sama mantan yang sering nyakitin.”
Ira tampak bungkam tak bisa berkata-kata. Ella mengerti ucapannya sangat kasar dan langsung meminta maaf.
“Maaf Ra gue gak maksud gitu.”
“Iya gue ngerti kok La, maksud lo juga baik. Gue tutup ya kapan-kapan kita lanjut.”
“Dahh, miss you...”
“I miss you more..”
Kata terakhir mereka setelah ponsel terputus. Sesak, Ella seharusnya ada di samping Ira di saat saudara beda darahnya ini terpuruk. Ingin sekali Ella memeluk Ira sama seperti dulu saat Ira menjadi korban si playboy Bimo. Entah di rasuk setan apa, setelah mendengar itu besoknya Ella langsung pergi menampar pipi Bimo tepat di depan orang banyak dan yang di lakukan Bimo saat itu masih terngiang jelas di pikiran nya. Bimo mendorong bahu Ella hingga Ella terpental ke tembok. Baru pertama kalinya Ella mendapat perlakuan seperti itu apalagi oleh cowok, ayah dan kakaknya saja tak pernah berbuat sekasar itu.
“Bang,” panggil Ella seraya merebahkan diri di tempat tidur Vino. Lelaki itu menanggapi hanya dengan deheman.
“Ella kalau mau curhat boleh kan?”
“Boleh, wani piro?” Ella tak menghiraukan sahutan Vino, ia langsung bangkit lalu terduduk di tengah kasur.
“Ella sebenernya gak mau ada acara-acara jodohan gitu, bang. Ella mau sukanya itu dari sini,” ucap Ella menunjuk pada hatinya. Vino yang sedang asik dengan game di ponsel nya meng-pause lalu duduk di sebelah Ella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antarkita [Terbit] ✔
Teen Fiction04in-schoolstory-140620 [Hapus sebagian untuk kepentingan penerbitan] Untuk apa adanya perjodohan, pertemuan lalu peninggalan dan perpisahan? Jadikan sebagai pelajaran, perjalanan hidup untuk kedepannya. Masa lalu bukan untuk dikenang apalagi dikeka...