Sialan. -umpat Ella dalam hati karena buku tulis Bahasa Indonesia nya hilang entah kemana. Kemarin malam Ella tidak memeriksa lagi karena sudah yakin berada di tas. Ella tak ada mengeluarkan buku tersebut dari tas tak mungkin ketinggalan kan?
Jam pelajaran pertama adalah Bahasa Indonesia. Sekarang semuanya telah bersiap untuk membaca puisi mereka masing-masing. Ada juga yang membawa gitar untuk musikalisasi puisi.
“Lo beneran gak bawa? Ketinggalan kali. Pulang sono,” ucap Aulia.
“Kemarin gue gak ada ngeluarin buku bahasa, Ul, gak mungkin kan bisa ketinggalan?” jawab Ella.
“Lo gak punya puisi lain?”
“Adanya yang ini,” ucap Ella sambil memperlihatkan puisi yang berjudul 'bingung' tersebut. Aulia menggelengkan kepalanya sebagai tanda jangan memakai puisi tersebut.
“Searching di internet aja yah?”
“Jangan! Ntu buk Eka tahu kalau lo nyari di internet.” Ella mendengus pasrah, pasti ia akan diomelin oleh guru bahasa Indonesia yang bernama Eka itu.
“Ada apa nih? Muka kalian asem banget,” tanya Haikal yang datang dengan membawa gitar di tangan kanannya.
“Gue gak bawa puisi.”
“Santai, bilang aja nyusul mingdep.” Ella mengangguk pasrah. Ella lalu mendongak melihat buku yang berada di tangan kiri Haikal. Sekejap Ella melupakan masalahnya.
“Liat dong puisi lo, Kal,” pinta Ella.
“Ah percuma La, gak bakal dikasi sampek lo lulus jadi sarjana trus nikah juga gak bakal dikasi. Pelit orangnya,” ucap Aulia.
“Woy Buk Eka dateng! Duduk-duduk!” suara Baim terdengar menggelegar di seluruh penjuru kelas. Sontak semuanya duduk di bangku masing-masing.
“Selamat pagi,” sapa wanita bernama Buk Eka.
“Selamat Pagi, Buk,” jawab semua serempak.
“Tugasnya bisa dikumpul didepan.”
Ella mengangkat tangannya.
“Saya sudah buat Buk, tapi hilang.” wajah tak mengerti terlukis di wajah tegas Buk Eka. Tentu saja, biasanya yang tidak mengumpulkan tugas alasannya ketinggalan atau lupa.
“Baiklah kumpulkan minggu depan.” baru saja Ella bisa bernafas lega.
Setelah semuanya mengumpulkan tugasnya, Buk Eka lalu memanggil nama muridnya satu persatu.
“Wika Wibisana,” panggil Buk Eka. Yang empunya nama langsung berdiri dengan senyum yang mengembang.
“Dengerin nih.”
"Lupa"
Aku ingin membuat puisi
Indah pastinya.
Untuk para orang yang kukasihi.Tapi aku lupa.
Setiap ku ingin tulis
Lupa.
Setiap ku ingat
Lupa lagi.
Tapi yang terpenting,
Aku sudah membuat puisi.Buk Eka berdiri sambil mengerutkan kedua alisnya lalu menggeleng perlahan. Suara tertawa anak lain membuat Wika tersenyum.
“Apaan sih lo, Wik.”
“Bodo, yang penting buat. Thanks inspirasi nya Ella,” ucap Wika dengan bangga.
Ella yang merasa dirinya disebut menatap Wika sambil berdecak. Memang, kemarin saat Ella membuat puisi 'bingung' Wika sempat membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antarkita [Terbit] ✔
Ficção Adolescente04in-schoolstory-140620 [Hapus sebagian untuk kepentingan penerbitan] Untuk apa adanya perjodohan, pertemuan lalu peninggalan dan perpisahan? Jadikan sebagai pelajaran, perjalanan hidup untuk kedepannya. Masa lalu bukan untuk dikenang apalagi dikeka...