24. Itu Namanya.

192 21 5
                                    

Pagi ini Ella mendapat pesan Whatsapp dari nomor tak dikenal, sebenarnya dari kemarin ia mendapatkannya.

Gak kenal
Addback.

Anda.
👍

Gak kenal
Thanks buat kemarin, La.

“Maksudnya makasi buat gue addback dia kemarin gitu? Au ah bodo.”

Ella lalu turun ke lantai bawah untuk sarapan.

“Pagi, semuanya—eh kok sepi?”

Ella menemukan secarik surat di atas meja makan, ia lalu mengambilnya seraya mengoleskan roti dengan selai kacang.

“Dih apa-apan ini?” Ella kesal saat membaca isi surat tersebut.

Isinya tentang orang tuanya yang pergi ke pasar dan kakaknya—Vino- yang katanya mau apel di kampus.

Tapi gak sepagi ini sih Vino!

“Jalan kaki aja yah?” Ella kini sudah siap dan pergi ke pintu luar.

“Lama.” Seseorang membuat Ella terkejut.

“Ngapain, kak?”

“Ngitung rumput yang udah berfotosintesis dengan cahaya matahari pagi hari ini.” Ella terkekeh mendengar candaan tersebut.

“Ayo, mama lo nyuruh jemput tadi.”

“Udah gue duga, pasti mereka ngerencanain ini semua,” gumam Ella.

“Tapi kak nanti kalau—”

“Gue anter sampek gang sekolah, tau kan?” Ella mengangguk.

Di tengah perjalanan tak ada yang membuka suara hingga mereka telah sampai di gang yang dimaksud oleh Radja tadi.

“Thanks,” ucap Radja.

“Kebalik!”

“Maksud gue tentang Bella.”

“Ohh makasih kembali.” Ella pun pergi meninggalkan Radja.

Ella pikir Radja akan menunggunya hingga ia masuk ke gerbang sekolah. Tidak! Ia langsung melesat dengan kencang.

“Gak peka an emang tuh anak.”

Saat Ella menginjak tangga paling atas, ia terkejut melihat sosok Bella di depan pintu kelasnya.

“Kak?” dengan cepat Bella menoleh dengan tatapan marah lalu menyodorkan handphone miliknya yang menampilkan sebuah roomchat.

“Eh itu lo?”

“Menurut L? Kenapa diread doang?”

“Ya kan gue gak tau itu lo, kak. Lagian photo profile nya item gitu.”

“Kasih nama gue. Nanti ke kantin bareng ya? Gue tunggu.”

“Tapi lo gak ngajak antek-antek itu kan?” Bella tersenyum lalu menggeleng.

“Oke see you Ella!” ucap Bella melambai lalu ditelan oleh belokan tangga anak kelas dua belas.

Antarkita [Terbit] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang