Lapar tak membuat tubuh Ella bangkit dari kelas. Saat ini ada yang lebih penting dari kelaparan yaitu membuat pr sejarah. Walau buk Intan—guru sejarah—orangnya polos tetap saja sepolos-polosnya guru kalau moodnya jelek ya gak polos lagi namanya.
Buku dengan sampul merah muda menjadi sorotan mata Ella setelah selesai meminjam—mencuri buku latihan Aulia. Bukan salah Ella kalau Aulia yang menaruhnya sembarangan jadilah Ella menyontek.
Jam masih berputar, masih ada waktu sekitar lima belas menit. Ella lalu mengambil buku merah muda tersebut lalu membacanya.
Betapa terkejutnya Ella saat melihat tulisan tersebut yang berisi bercak darah. Tulisannya tak terbaca, sepertinya orang yang menulis itu sedang terburu-buru. Dan Ella lebih terkejut lagi saat melihat dua buah foto yang berbeda jaman. Satunya berisi seorang gadis kecil yang berdiri disebelah lelaki kecil. Dan satunya lagi adalah Aulia dengan seorang cowok jangkung yang tersenyum lebar.
Anin.ditoaulia.
I hope you can be happy...Hanya tulisan ini yang dapat dibaca. Ella semakin dibuat tak mengerti. Dan betapa lebih lebih terkejutnya lagi, Aulia sekarang sudah berada dikelas dengan sebotol minuman berasa. Ella lalu melemparnya dikolong bangku Aulia.
“Udah?”
“Woo iya dong! Kan nyontek di elo hehe.”
“Tai! Lo bilang bisa sendiri.”
Aulia duduk lalu merapikan bukunya yang berantakan. Bukan Ella yang melakukan itu, itu adalah sebuah kebiasaan Aulia.
Aulia merasa ada yang janggal, ia berjengit sambil menoleh kesana-kemari.
“Nyari apa?” tanya Ella dengan nada santai agar tak terkesan ikut panik.
“Liat buku sampul pink, gak?”
“Sejak kapan lo suka buku warna pink? Bwuahahahahahha.” tawa Ella menggelegar hingga semua yang ada di kelas merasa risih.
“Hadeuhh!”
“Sakit perut gue, Ul! Jangan ngelawak ah.”
“Bodo.” Aulia memutar bola matanya malas.
“Eh itu?” tanya Ella sambil menujuk kolong bangku Aulia.
“Iya ini!”
“Emang apaan sih isinya? Surat cinta ya?”
“Maybe.” Ella menghentikan tawanya. Seperti ada sesuatu dibalik wajah keceriaan Aulia dan Ella harus mengetahui itu!
“Haikal mana?” Aulia mengendikan bahunya acuh.
“Prnya mana? Kumpul-kumpul!” teriak Sisy si sekretaris.
“Emang buk Intan mana?” tanya Gavin.
“Gak masuk, anaknya sakit.”
“Alhamdulillah,” ucapan Gavin sentak membuat semua melotot.
“Yaelah maksud gue alhamdulillah ibuknya gak masuk bukan tentang anaknya sakit, gila kalian pada.”
Ella lalu beranjak keluar kelas. Ini kesempatan bagus.
“Mau kemana?” panggil Aulia.
“Mau nyari Ikal, tolong kumpulin tugas gue, Ul.”
Tanpa menunggu jawaban Aulia, Ella melenggang pergi menuju ke lapangan basket. Di jam seperti ini, Ella tahu si maniak bola jingga itu pasti sedang bermain di lapangan sekolah.
Benar saja. Haikal sedang bermain sendirian.
“Ikal!” teriak Ella. Haikal menoleh lalu tersenyum sambil melambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antarkita [Terbit] ✔
Novela Juvenil04in-schoolstory-140620 [Hapus sebagian untuk kepentingan penerbitan] Untuk apa adanya perjodohan, pertemuan lalu peninggalan dan perpisahan? Jadikan sebagai pelajaran, perjalanan hidup untuk kedepannya. Masa lalu bukan untuk dikenang apalagi dikeka...