1. Udah Jatuh Tertimpa Tai Pula!

1K 72 0
                                    

APA?! PINDAH??!”

Dua orang yang berumur sekitar empatpuluh tahunan memandang Ella dengan penuh harap. Mereka berdua agak ragu apalagi setelah mendengar respon anaknya yang di luar dugaan.

“Tapi sekolah Ella gimana? Ira ikut? Ella gak mau kalau Ira gak ikut!” rengek Ella dengan raut muka ditekuk.

Banyak hal yang menghantam pikiran gadis bernama Ella ini di hari yang sama. Pertama, Ella akan dijodohkan dengan anak dari sahabat orang tuanya. Entah sejak kapan orang tua Ella memiliki sahabat, mereka tak pernah menceritakannya kepada Ella ataupun Vino, kakak lelaki Ella. Mau tak mau, Ella harus menurut dengan perjodohan ini.

Cuma perjodohan biasa nanti kalau gak suka tinggal bilang no -pikir Ella. Tapi tak semudah itu kawan, Ella akan pindah ke Bali menetap di Villa milik pamannya. Itu masalah kedua.

Masalah ketiga, Ella orang yang tak mudah bergaul. Pertama kenal Ella dirinya terlihat pendiam dan kalem tapi kalau udah kenal aduh susah didiemin.

Ella punya banyak teman di sini dan punya seorang sahabat. Bagi Ella punya satu sahabat sudah cukup daripada punya ribuan teman. Dan orang yang tidak beruntung itu adalah Syavira Nandini atau sering dipanggil Ira.

Ira sudah mengenal Ella dari mereka belum sekolah. Kemana-mana mereka selalu bersama bak sepasang sandal. Jika nanti salah satu dari sandal itu hilang akan bagaimana jadinya?

Pacar? Ella tak terlalu akrab dengan cowok kecuali papa dan kakak lelakinya, itu yang menyebabkan cewek cantik di luar dan gila di dalam ini tak mempunyai pacar.

Besok Ella akan menginjakkan kaki yang terakhir kali di sekolahnya. Rumah kedua yang harus ia kunjungi dari pagi hingga siang menjelang sore, senin sampai sabtu. Banyak suka duka yang tersimpan di sekolah ini.

“Ahh sudah siap semuanya.” Ella melihat ke seluruh sudut di kamarnya. Banyak tumpukan kardus yang berisi benda-benda yang akan Ella bawa pindahan nanti.

“Ella, turun. Mama manggil!” teriak Ira. Mama maksud Ira adalah Mama Ella karena sudah akrab dari kecil, Ira menyebutnya Mama. Hari ini Ira membantu Ella mengepak barang-barang yang akan dibawa pindahan nanti.

“Jangan ganti nomor entar ya! Awes aja lo gak bisa di hubungin!” protes Ella. Ella dan Ira akan sering kontak-kontakan untuk melepas rindu. Itu janji mereka.

“Palingan lo yang lupa sama gue karena asik jalan-jalan,” ucap Ira sambil menyentil dahi Ella.

“Bener deh, Ra kalau disuruh milih diem di sini atau pergi ke Bali gue pasti milih Bali.” Ella terkekeh dengan omongannya. Saat ini mereka berdua sudah berada di ruang tengah.

“Iya deh yang mau di jodohin senengnya sampek ke ubun-ubun! Nanti kasih liat dong calon tunangan lo,” ujar Ira dengan nada menggoda dan di hadiahi pelototan tajam dari Ella.

“Kamu sudah memilih mana barang yang akan dibawa mana yang enggak?” tanya Papa Ella. Ella menggeleng dan terlihat raut muka bingung dari garis wajah tegas Papanya.

“Ella bawa semua. Bagi Ella semua penting,” ucap Ella polos lalu berjalan menuju dapur dan dibuntuti oleh Ira. Papanya hanya bisa tepuk jidat melihat kelakuan anak gadis satu satunya tersebut.

“Kenapa manggil, mah?” tanya Ella kepada Mamanya yang berada di dapur tak jauh dengan ruang tengah atau ruang keluarga.

“Yuk makan, panggil juga abangmu.”

“BANG INO! MAKAN!” Teriak Ella.

***

Ella kini sudah rapi dan siap berangkat ke sekolahnya. Tak ada acara tangis menangis karena tak berguna. Sekarang Ella tengah berada di meja makan bersama keluarganya.

Antarkita [Terbit] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang