Desiran angin menerbangkan rambut Ella yang tergerai rapi. Ombak yang berlomba-lomba di pesisir. Hening namun ramai dengan suara alam. Matahari melambai, menyapa Ella yang terduduk manis menatapnya. Matahari tersebut memiliki mulut dan seolah berkata, “Waktumu tiba.” Ella masih menatapnya, tetapi tatapan ini menyiratkan keterkejutan.
“Apa aku akan mati?” Matahari menggeleng lalu tersenyum.
“Bangun bego udah pagi!”
Ella sontak membuka matanya. Sial dia bermimpi.
Untuk kedua kalinya Ella terkejut karena melihat Vino di sebelahnya.
“Ah pasti lo matahari,” ucap Ella sambil menyipitkan matanya ke arah Vino. Vino menggeleng sambil berdecak.
“Lagian lo aneh. Tidur pake ngigo.”
“Emang gue ngapain?”
Senyum menggoda tercetak di wajah Vino.
“Lo bilang gini, ekhem— Radja aku sayang kamu... Muach muach.” mendadak Ella berjengit. Ia lalu melemparkan bantal gulingnya ke arah Vino.
“Iya-iya, lo bilang bakal mati ya gue tarik lagi lo ke dunia ini sebelum lo ke dunia lain.” Ella menghentikan kegiatannya yang memukul-mukul Vino. Tetapi tak lewat beberapa detik Ella melakukannya lagi.
“Ngapain lo disini? Mesum ihhh!”
“Mama nyuruh bangunin lo! Yaelah sensitif amat, lagi pms lo?”
“Pan tanggal merah—libur kok masih dibangunin?” tanya Ella polos.
“Meneketehe.” Vino berlalu meninggalkan Ella yang masih diam terduduk di kasur nya.
Ella bergegas menuju kamar mandi lalu melakukan ritual mandi bebek nya.
Setelah selesai memakai kaos seadanya, Ella turun ke bawah setidaknya membantu atau bertanya mengapa ia dibangunkan pada hari libur.
“Pagi sayang,” sapa Fatin kepada anak gadisnya.
“Pagi Mah, oh iya kok Ella dibangunin nya pagi amat?”
“Iya, kita bakal jenguk Mamanya Radja—”
“Yaelah Mah kan bisa agak siangan atau sorean.” Ella terduduk di sofa sambil menyetel channel televisi yang menarik.
Fatin menggeleng lalu menghampiri Ella perlahan.
“Kamu tahu kan siapa yang punya villa ini?” samar-samar Ella mengangguk.
“Om Made kan?”
“Iya, sekalian kita jenguk—”
“Jenguk? Om Made sakit?”
“Kamu ini jangan motong ucapan Mama mulu dong.” Ella dengan muka tanpa dosa menyengir.
“Istrinya melahirkan tiga hari yang lalu. Jadi kita juga sekalian jenguk. Ya moga aja masih di rumah sakit biar kita gak bolak-balik.”
“Emang rumah sakitnya sama?” Fatin mengangguk.
“Kamu sana ganti baju yang lebih pantas.” Ella lalu bangkit dan melayangkan sikap hormat kepada tiang bendera. Fatin tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.
Keluarga Ella kini sudah berada di depan rumah sakit tempat Dea dan istri Made dirawat.
Mereka menuju ke kamar rawat Dea terlebih dahulu.
Tok..tok...tok....
Terlihat Dea yang sedang disuapi makanan oleh Radja dan Agas yang sedang merapikan selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antarkita [Terbit] ✔
Novela Juvenil04in-schoolstory-140620 [Hapus sebagian untuk kepentingan penerbitan] Untuk apa adanya perjodohan, pertemuan lalu peninggalan dan perpisahan? Jadikan sebagai pelajaran, perjalanan hidup untuk kedepannya. Masa lalu bukan untuk dikenang apalagi dikeka...