Semua sudah siap dengan kelompok masing-masing terkecuali kelompok Ella, Haikal, Aulia dan Gavin. Sejak pagi setelah istirahat pertama, Haikal tidak terlihat lagi. Katanya sih pulang mengambil gitar yang ketinggalan tapi nyatanya sampai sekarang belum tampak juga batang hidungnya.
Jika sampai Haikal datang sesudah jam pelajaran dimulai tamat lah riwayat kelompok mereka. Pernah terjadi di kelas senior mereka bahwa siapapun yang terlambat di jadwal pelajaran Pak Banu tak akan termaafkan. Selain tegas beliau juga taat akan kedisiplinan.
“Pak Banu dateng!!” teriak Sisca dari arah pintu. Semua bergerak menuju tempat duduk masing-masing. Hanya terdapat satu tempat duduk kosong yang terletak disudut ruangan.
“Selamat siang semua,” sapa Pak Banu yang sudah berada di depan kelas.
“Selamat siang Pak,” ucap seluruh siswa serempak.
“Mampus kita,” bisik Ella kepada Aulia. Saat ini kalian bayangkan saja raut wajah Aulia. Ia bergetar, tangannya berkeringat dingin. Padahal setahu Ella nilai ini tak mempengaruhi nilainya di raport. Mungkin karena latihan mereka selama ini yang dirasakan Aulia sebagai sia-sia.
“Kamu ngapain?” tanya Pak Banu yang membuat mereka semua membulatkan matanya.
“Bapak gak liat saya? Dari tadi saya disini ngapus papan tulis bekas catatan mis Anna tapi gak ilang-ilang,” ucap seorang lelaki yang membuat Ella dan Aulia bernapas lega.
Pak Banu menggelengkan kepalanya. “Yang kamu hapus tulisannya, bukan papannya Haikal!” Haikal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Beruntung Haikal kali ini karena pak Banu tidak terlalu memikirkan pandangannya yang tak melihat Haikal di depan tadi.
“Baiklah hari ini yang pertama memulai penampilan kelompok kamu, Haikal.” Haikal lalu menunjuk dirinya di dada memakai ibu jari, bingung. Pak Banu mengangguk.
“Iya Haikal. Haikal Farajar.”
Ella, Aulia dan Gavin bangkit lalu berdiri di depan bersama Haikal. Seperti latihannya kemarin lalu, mereka mengambil posisi.
Ella dan Haikal berada di tengah, Aulia memainkan gitar di sebelah Haikal dan Gavin yang memainkan alat musik cajon di sebelah Ella. Gitar yang di ambil pulang oleh Haikal adalah yang akan ia pinjamkan kepada Aulia.
“Gila lo.” Haikal nyengir karena ucapan Ella.
“Kami akan menyanyikan lagu Abdullah. ~waktu abang pergi ke siborong-borong....”
“Goblok mah Gavin!” teriak seorang perempuan yang berada di pojok. Gavin hanya nyengir tak merasa malu.
“Yaudah yang bener tuh lagu dari Ghaitsa Kenang dan Luthfi Aulia yang berjudul bahagiaku bahagiamu. Selamat menyaksikan,” ucap Haikal.
Aulia memulai intro dengan memetikan senar gitarnya ketika Ella dan Haikal sudah memberi isyarat, dilanjut dengan Gavin yang memukul cajon. Lalu Ella memasuki bagiannya dengan suara yang cukup merdu bagi orang yang baru belajar bernyanyi dengan sungguh-sungguh. Di susul oleh Haikal pada bait kedua. Suaranya tak selembut penyanyi asli namun cukup seimbang dengan suara Ella. Setelahnya mereka bersama-sama saling bertatapan ketika sampai pada bagian reff.
Aulia tak hanya memetik senar gitar, ia juga menjadi latar vokal setelah reff. Kembali pada bagian Luthfi yang dinyanyikan oleh Haikal lalu masuk suara Ghaitsa yang dinyanyikan oleh Ella. Mereka sangat hebat menirukan lagu tersebut yang sebenarnya rumit pada bagian berbalapan. Penampilan tersebut sukses membuat seisi kelas bertepuk tangan setelah selesai.
“Opening yang bagus, baik kalian silahkan duduk.”
Perlu diketahui, lagu ini dipilih oleh Ella sendiri. Aulia, Haikal dan Gavin awalnya tak tahu. Mereka pun mulai mendengarkan setiap hari dan asik sendiri seraya bersenandung. Tapi baru saja ketika latihan awal, mereka sudah kewalahan. Pertama dari suara sumbang milik Ella. Lalu nada tinggi untuk Ella. Nada yang berbalapan untuk Ella. Setidaknya, sebagian besar yang membuat mereka kewalahan adalah Ella. Padahal mereka pikir jika Ella yang memilih maka akan lebih mudah. Ternyata oh ternyata Ella memilih lagu ini awalnya karena ngefans pada si lelaki yang memiliki suara lembut tersebut. Siapa lagi kalau bukan Luthfi Aulia. Lelaki itu tak ada hubungannya dengan Aulia si teman sebangku Ella ya!
Setelah penampilan kelompok Haikal. Pak Banu menyebut acak penampilan selanjutnya. Ternyata menjadi yang pertama tak buruk juga. Sekarang mereka akhirnya sudah bebas terutama untuk Ella. Begitulah, latihannya berhari-hari dan pementasannya hanya kurang lebih empat menit.
Drrrttt....
Ponsel Ella bergetar menandakan sebuah pesan masuk. Ella lalu membuka Whatsapp dan melihat room chatnya dengan sembunyi dari penglihatan Pak Banu.
Mas Es Cendol
Jelek suara lo!Satu pesan dari Radja yang membuat Ella membaca berulang-ulang lalu melihat ke arah kiri dan kanan. Disisi kanan adalah pintu yang tertutup tak ada seorang pun di sana dan sebelah kiri adalah jendela, tak mungkin kan Radja terbang? Karena kelasnya berada di lantai dua.
Aulia menyikut lengan Ella yang tampak menengok ke arah kiri dan kanan. Ella melihat ke arah Aulia. Aulia terlihat mengangkat sebelah alisnya yang seperti mengisyaratkan 'kenapa?'. Ella lalu menanggapi dengan gelengan kepala.
Mungkin ngirim gitu karena tahu gue hari ini tampil di jam sekarang. -batin Ella.
“Ngapain lo tepuk tangan?” tanya Aulia saat Ella menepuk tangannya mengikuti teman-teman yang lain.
“Eh.. Gak tahu gue ngikut aja.”
“Bege.”
TBC.
110420
Ailavutu.Chapter ini terlalu pendek ya huhuhu, besok 'kan update lagi yey!
KAMU SEDANG MEMBACA
Antarkita [Terbit] ✔
Teen Fiction04in-schoolstory-140620 [Hapus sebagian untuk kepentingan penerbitan] Untuk apa adanya perjodohan, pertemuan lalu peninggalan dan perpisahan? Jadikan sebagai pelajaran, perjalanan hidup untuk kedepannya. Masa lalu bukan untuk dikenang apalagi dikeka...